---------------
Pagi datang lagi.
BaiHu masih membicarakan strategi bersama SangTao kemana harus mencari selanjutnya berbekal peta yang mereka miliki, dengan DaHuang yang berhasil menyusul rombongan setelah mendapat informasi dari para pemburu di sekitar hutan.
"Tuan besar, menurut pemburu sejak berapa hari lalu mereka berjaga di area sini tidak melihat orang yang melintas" lapor DaHuang.
BaiHu melihat ke arah Sang.
"Apa kita sudah salah jalan? Ini harusnya jalan yang dilalui Fei dan Hong kalau melihat dari lokasi kereta rusak, emm" ia melirik peta kembali, menunjuk pada aliran air yang sepertinya sudah tidak jauh di dekat mereka.
"Ini sungai, apa Fei menuju ke sana?"
.........
Di dekat aliran sungai.
Fei menurunkan tubuhnya di depan Hong.
"Ayo Hong tunggu apa lagi, cepat naik ke punggung kakak kita akan cari jalan keluar"
"Tapi kak, kakak juga terluka, Hong bisa sendiri kak pelan-pelan saja" Hong hendak mengacuhkan kakaknya dan mengambil jalan lain, tapi Fei menarik tangannya hingga ia jatuh di punggungnya.
"Sudah ayo, biar cepat sampai, luka kakak sudah membaik kok sedangkan kaki Hong masih bengkak begitu, malah sepertinya tambah parah"
**Hong memaksakan kakinya saat berjalan di atas batu mencari makanan kemarin hingga memarnya semakin besar.
"Tapi kak" Hong tidak bisa menolak saat Fei sudah mengangkatnya di punggungnya.
"Pegang yang erat, kalau adik jatuh lagi akan tambah parah nanti"
Hong menurut saja, punggung besar kakaknya begitu kokoh, ia tidak akan terjatuh karena tangan Fei sudah memegangnya erat, dilingkarkan tangannya ke leher kakaknya.
Hong jadi ingat waktu ia kecil dan jatuh dari kuda, sebelum tak sadarkan diri ia masih sempat melihat Fei yang memapahnya di punggungnya seperti ini dan tak bisa berhenti menangis, padahal saat itu yang jatuh dan terluka adalah dirinya, tapi kakaknya yang terus menangis.
Hong menoleh menatap wajah kakaknya dekat. Fei menyadari tatapan Hong.
"Apa yang kau pikirkan dik?"
Hong menggelengkan kepalanya.
"Tidak pikir apa-apa, he, apa HongEr berat kak?"
Fei menggeleng.
"Tidak, tidak terasa sedikitpun, adik malah tambah kurus yah, tulangnya jadi terasa jelas"
Hong langsung mengembungkan mulutnya.
"Pastinya tambah kurus kak khan sejak kemarin Hong tidak makan masakan bibi ErNiang, bagaimana Hong tidak jadi kurusan"
Fei tertawa, padahal itu baru hari pertama. Perlahan dengan membawa Hong di punggungnya ia menginjak batu-batu yang agak licin di pinggir kali dengan hati-hati, jangan sampai tergelincir dan membuat masalah baru.
"Kak lihat itu tupai yang kemarin kak, mereka lucu sekali, sepertinya memberi ucapan selamat tinggal, bye bye tupai kecil!" Seru HongEr.
Fei tidak ingin melihat karena itu mungkin hanya beberapa ekor tupai kecil menggemaskan di atas pohon seperti biasanya, tapi, Fei menghentikan langkahnya sejenak, ia tertegun di tempatnya, bukan hanya beberapa ekor tupai kecil, tapi hampir di semua dahan pohon, lalu ada juga kera kecil yang imut, dan, beberapa ekor harimau yang ada di balik pohon besar.
Fei mengepalkan tangannya memegang Lukan, bersiap dengan apa yang akan terjadi seandainya pada harimau itu menyerang, tapi, saat itu pagi, apa harimau juga akan berburu di pagi hari?
Hong mengerutkan dahinya melihat wajah serius kakaknya, seperti wajahnya saat ia bersiap menyerang.
"Kak kenapa? Mereka tidak berbahaya kak, mungkin hanya ingin mengantar kita pergi, ayo kak"
Fei masih berdiri siaga di tempatnya, tapi, mungkin benar apa kata HongEr, para harimau yang berdiri di balik pohon hanya diam di tempat mereka, tidak mendekat sedikitpun mata mereka hanya mengikuti gerakan Fei hingga Fei melanjutkan langkahnya kembali.
"Bagaimana, adik tahu kalau mereka tidak menyerang? Insting harimau selalu menyerang terlebih dahulu Hong, Hong harus ingat jangan dekat-dekat dengan mereka yah"
Hong mengangguk, ia juga tahu hal itu, tapi memang aneh, selama mencari makanan sendiri ia tidak melihat harimau mendekatinya, hanya melihat dari kejauhan saja, mereka terlihat tidak berbahaya.
Fei melanjutkan perjalanan mereka, agak jauh di depan ada bukit yang landai yang bisa mereka naiki, mungkin bisa menemukan jalan keluar di atas sana.
Fei menoleh pada Hong yang sejak tadi menjatuhkan kepala di pundaknya diam, tidak bawel lagi seperti biasanya.
"Dik kau tidur yah?"
Agak lama tidak ada jawaban dari HongEr, hingga ia mengangguk.
"Iyah kak, kepala Hong sakit sekali, Hong mau tidur sebentar yah"
Fei mengangguk, ia merasa sangat bodoh dan bersalah karena tidak menjaga Hong dengan benar, hingga ia harus sakit dan demam, tubuhnya panas sekali, mereka harus segera menemukan jalan keluar atau kalau tidak ini akan sangat berbahaya untuk HongEr.
"Hong tidurlah, kita akan sampai sebentar lagi yah"
FeiEr sudah berjalan cukup jauh hingga tiba di ujung ngarai dan mendekati bukit yang agak landai.
Fei berusaha menaiki bukit yang walau landai tapi masih agak terjal baginya.
"Hong pegang yang kuat, kakak akan lepaskan tangan kakak yah"
Hong mengangguk, Fei melepaskan pegangannya dan memegang batang pohon yang terjulur untuk membantunya naik, ia agak kepayahan karena memapah Hong di belakangnya.
"Ekh"
Tapi, seseorang lalu mengulurkan tangan ke depannya.
"Eh.."
Fei mengangkat kepalanya, dan tersenyum lebar melihat siapa yang sudah ada di depannya.
"Ayahanda!" Seru HongEr.
BaiHu dan lainnya sudah ada di atas bukit, tanpa pikir panjang DaHuang segera membantu HongEr turun dari punggung Fei.
"Tuan muda Hong! Anda baik-baik saja?" Seru DaHuang.
-------------------