Emilia sedang merokok di balkon kamarnya ketika dengan tiba-tiba terdengar suara deheman yang berasal dari belakangnya. Tubuhnya bak disiram air es serta jantungnya berdetak cepat.
Emilia menoleh ke arah belakang dan menemukan Marchel sedang menatapnya dengan pandangan sangat datar serta tangan yang di masukkan ke dalam saku celana kerjanya yang kini di padukan dengan kemeja, dan di bagian lengannya di gulung hingga siku.
Emilia langsung membuang puntung rokoknya ke arah bawah. Ia pura-pura menyengir atau lebih tepatnya terlihat meringis.
"Eh ada Papap."
Dalam hati gadis itu merutuk kenapa tadi ia lupa mengunci pintu.
Marchel maju untuk mendekati anak gadisnya yang duduk di kursi balkon kamarnya. "Kamu masih ngerokok?"
Emilia menunduk. Suara Marchel terdengar sangat tajam.
"Kamu udah janji sama Papap buat nggak ngerokok sejak kelas dua SMP, Emilia! Jadi selama ini kamu bohongin Papap?"