Descargar la aplicación
100% Cinta Untuk Siapa / Chapter 3: 3. Pertemuan Part 3

Capítulo 3: 3. Pertemuan Part 3

Dian terkaget ketika melihat papah nya pulang. Papah Dian terlihat memakai kaos hitam, jaket kulit hitam, dan celana pendek. Terlihat sangat sederhana.

"Dian..... Siapa dia?" tanya papah

"Om..." kata Marshel menyapa sambil tersenyum.

Wajah Dian nampak khawatir dengan situasi ini. Papah Dian sejenak memandang Marshel dari bawah ke atas.

"Kamu siapa?" tanya Papah Dian.

"Kenalin om, nama saya Marshel. Saya temen nya Dian! Temen kampus" jawab Marshel sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Saya Papah nya Dian" kata Papah Dian menyambut jabat tangan dari Marshel. Marshel mencium tangan Ayah Dian.

"Ada keperluan apa kamu datang kemari?" tanya Papah.

Wajah Dian masih dalam keadaan cemas.

"Jadi gini om.." ucap Marhsel

"Jadi gini Pah!" kata Dian memutus pembicaraan dari Marshel.

"Si Marshel mau mengembalikan buku yg tadi pagi ia pinjam" senyum Dian sambil meyakinkan papah nya meski ia berbohong.

"Kan Marshel?" kata Dian menoleh ke Marshel seolah memberi isyarat untuk menuruti perkataannya.

"Iya..." jawab Marshel yg sepertinya mengerti apa yg di maksud oleh Dian.

"Buku???" kata Papah menunjukkan wajah antara percaya atau tidak percaya.

"Ii... Iya pah!" ucap Dian sembari menoleh ke Marshel. Memberi isyarat agar Marshel mengambil suatu buku.

"Sebentar om! Saya ambilkan bukunya" kata Marshel berlari ke arah mobilnya untuk mengambil sebuah buku.

"Buku buku buku..." ucap Marshel dengan panik sembari merogoh-rogoh tas nya.

Marshel yg tampak panik, tanpa ia sadari mengambil sebuah buku majalah dari dalam tas nya yg berada di dalam mobil. Marshel tidak mengecek terlebih dahulu buku yg ia ambil. Kemudian Marshel berlari menuju tempat Dian dan Papah nya berada.

"Ni om buku nya! Saya pinjam buku ini dari Dian tadi pagi pas masuk kuliah! Baru membaca beberapa sudah membuat saya terkesan!" kata Marshel dengan basa-basi.

Marshel pun memberikan sebuah buku majalah kepada Papah Dian. Buku majalah tersebut nampak terbalik, sehingga sampul depan tidak terlihat.

Kemudian Papah Dian menerima buku majalah tersebut. Papah Dian pun membalikan buku majalah tersebut, ia ingin melihat sampul buku itu.

Setelah membalikkan buku majalah tersebut, betapa terkejutnya mereka melihat bahwa itu adalah buku Majalah Dewasa.

"Marshel!" ucap Dian mulai geram.

Marshel nampak terkejut, ia sangat panik.

"Waduh!" kata Marshel

"Sepertinya saya salah ambil buku" ucap Marshel meringis.

Papah Dian menghela nafas.

"Dian sebaiknya kamu masuk ke dalam rumah" ujar Papah Dian.

"Ta.. Tapi pah!" kata Dian

"Sudah.... masuk ke dalam rumah saja" kata Papah Dian dengan suara nada rendah.

Dian pun masuk ke dalam rumah. Lalu ia menutup pintu rumahnya.

"Nama kamu tadi siapa?" tanya Papah

"Marshel om!" jawab Marshel

"Silahkan kamu duduk dulu di sini" kata Papah sembari mensilahkan Marshel untuk duduk ke kursi yg ada di teras rumahnya.

"Iya om" kata Marshel.

Mereka pun duduk di kursi di teras rumah. Kemudian Ayah Dian membanting majalah dewasa yg ia pegang ke sebuah meja.

Marshel terkaget, ia tak menyangka kalau buku yg dia ambil ternyata adalah majalah dewasa. Betapa cerobohnya dia tanpa mengecek terlebih dahulu.

Ayah Dian perlahan meletakkan kedua siku nya di atas meja. Mendongak kan kepalanya mendekat ke Marshel.

"Kamu dapat majalah ini dari siapa??" tanya bisik Ayah Dian sambil seolah mendekatkan telinganya ke arah Marshel.

"Dari Sebuah...." Ucap Marshel yg kemudian di potong oleh Ayah Dian.

"Sssttt... Sttt... Sttt.... bicara pelan-pelan saja" ucap Ayah Dian sambil menutup mulut Marshel.

"Saya dapat majalah ini dari sebuah situs tertutup om!" bisik Marshel

"Situs apa?" bisik Ayah Dian

"Situs internet! Saya beli dari situ!" bisik Marshel.

"Oooooo...." kata Ayah Dian sambil menganggukkan kepalanya.

Kemudian Ayah Dian menormalkan posisinya.

"Hem.. hem.. hem.." Suara tenggorokan dari Ayah Dian.

"Ada hubungan apa kamu sama anak saya?" tanya Ayah Dian dengan nada suara normal.

"Hanya teman om! Tadi pagi baru kenalan" jawab Marshel.

"Baru kenalan sudah berani datang ke rumah saya?" kata Ayah Dian.

"Maaf om! Tadi saya gak sengaja melihat Dian naik ojek....! Karena saya penasaran, akhirnya saya ikutin om!" kata Marshel.

"Kebetulan rumah saya juga dekat dari sini kok om!" ucap Marshsel berbohong.

"Ooo begitu..." Kata Ayah Dian

"Ya udah om saya permisi dulu ya!" kata Marshel mengulurkan tangan ke Ayah Dian, mengajaknya bersalaman.

Ayah Dian pun menerima ajakan salaman dari Marshel. Sembari mengatakan sesuatu ke Marshel.

"Saya pinjam dulu majalahnya" bisik Ayah Dian.

"Nanti kalau kesini, bawakan saya majalah yg seperti itu lagi" lanjut Ayah Dian dengan suara lirih.

"Ii... Iya om" ucap Marshel sambil menganggukkan kepalanya

"Tapi jangan ke sini kalau saya tidak ada di rumah! Oke?" kata Ayah Dian

"Oo oke om" Ucap Marshel.

"Saya permisi dulu ya om!" kata Marshel mengulangi salamannya kembali. Marshel mencium tangan Ayah Dian, lalu pergi menuju mobilnya.

****

[Scene Berganti]

Terlihat Pras yg mengenakan jaket ojek sedang mengendarai sepeda motornya. Ia belum mendapat orderan baru.

"Waktu sudah menjelang malam" ucap Pras

"Sebaiknya aku istirahat sejenak dan membeli es" lanjut Pras

Pras pun kemudian berhenti di depan sebuah Ruko. Pras kemudian membeli sebuah es ke pedagang kaki lima.

"Pak beli es! Rasa coklat ya!" ucap Pras kepada pedagang tersebut.

Pras tak sengaja melihat seorang gadis yg sedang duduk sendirian di bangku trotoar di seberang jalan. Gadis tersebut nampak sedang berbicara di telepon dengan seseorang. Ekspresinya nampak seperti meluapkan kekesalannya pada orang di telepon tersebut.

"Pak, es nya tambah satu lagi ya! rasa coklat!" ucap Pras kepada pedagang.

Pras terus mengamati gadis tersebut. Pras berpikir seolah-oleh Gadis tersebut sedang mengalami suatu masalah.

"Ini mas es nya sudah jadi!" kata pedangan tersebut memberikan dua es kepada Pras.

"Makasih pak! ini uangnya!" Pras mengambil es tersebut dan memberikan uang kepada pedagang.

"Terima kasih" kata pedagang itu.

Kemudian Pras berjalan menyeberang jalan sambil membawa es. Pras menghampiri gadis yg tadi ia lihat.

Gadis tersebut sedang tertunduk dengan wajah kesal dan sedih. Pras berdiri di hadapannya.

"Hem.. hem.." suara dari tenggorokan Pras.

"Ku lihat kamu seperti sedang bersedih!" Pras coba memberikan sebuah es kepada gadis itu. Namun gadis tersebut hanya diam dan memandang Pras.

"Aku beli es ini dari sana! Cobalah!" ucap Pras.

"Aku tidak bermaksud apa-apa! Hanya ingin sedikit berbagi saja!" lanjut Pras.

Gadis tersebut perlahan menerima pemberian es dari Pras.

"Boleh aku duduk di sampingmu? Tenang saja aku tidak akan berbuat jahat kepadamu!" kata Pras.

Kemudian gadis itu menggeser tubuhnya. Mempersilahkan Pras untuk duduk di sampingnya.

"Kata orang-orang, coklat bisa mengurangi rasa sedih!" kata Pras

"Minumlah! Mungkin itu bisa mengurangi rasa sedih mu" lanjut Pras

"Terima Kasih" ucap gadis itu sembari memasukan sedotan ke dalam gelas es. Kemudian ia meminumnya.

"Gimana? Enak?" tanya Pras.

"Ya! Rasanya manis" jawab gadis itu.

"Bagaimana mungkin bisa seorang perempuan bisa duduk disini sendirian, apakah kamu tidak takut jika terjadi suatu hal nantinya?" kata Pras

"Apakah kamu pernah di kecewakan oleh seseorang?" tanya gadis itu.

"Tentu saja aku pernah! Bahkan sering" jawab Pras

"Itulah yg aku rasakan" kata Gadis itu.

"Ketika ada seseorang yg mengecewakanmu, tidak ada yg bisa kamu lakukan selain sabar dan ikhlas menerimanya" kata Pras berusaha menenangkan.

"Meski itu sulit!" lanjut Pras

"Kamu perlu membuktikan seberapa tangguh kamu bisa menghadapi itu semua" kata Pras.

Gadis itu kemudian memandang ke arah Pras. Lalu Gadis itu mulai tersenyum.

"Kamu orang yg baik!" kata Gadis itu.

"Terima kasih sudah memberikanku motivasi" lanjut Gadis itu.

"Itu sudah menjadi prinsip ku untuk berusaha menjadi lebih baik! Meski terkadang aku juga pernah melakukan hal buruk!" ucap Pras.

"Apakah kamu bekerja sebagai tukang ojek?" tanya gadis itu.

"Ya! seperti yg kamu lihat sekarang" kata Pras.

"Apakah kamu mau mengantarku pulang?" tanya gadis itu

Namun seketika HP Pras berbunyi, terlihat ada orderan masuk di HP nya. Pras sempat berpikir, namun akhirnya ia memutuskan untuk membatalkan orderan tersebut. Dan mematikan aplikasi ojek miliknya.

"Ya! aku akan mengantarmu pulang" kata Pras

"Tunggu di sini! Aku akan membawa motor ku kesini" ucap Pras kemudian menyebrang kembali mendatangi motornya yg terparkir di seberang jalan.

Pras kemudian menjalankan motornya. Menyeberang dan menghampiri gadis itu.

"Ayo naik!" kata Pras sembari memberi helm pada gadis itu.

Gadis itu menerima helm dari Pras.Kemudian ia memakainya dan menaiki motor matic milik Pras.

"Beri tahu aku jalan menuju rumahmu! aku belum begitu hafal jalan di daerah ini!" kata Pras sembari menjalankan sepeda motornya.

****

[Scene Berganti]

Ayah Dian nampak sedang membaca koran di teras rumah ditemani dengan secangkir kopi.

Kemudian Ayah Dian mengambil cangkir kopi tersebut, lalu meminumnya dengan cara menyeruputnya.

"Ahhh!!" kata Ayah Dian menikmati kopi buatan istrinya.

"Seperti pepatah bilang! Jika hidupmu tak sesuai dengan ekspetasimu, maka satu-satu nya jalan keluar adalah ngopi! hehehehe" gurau Ayah Dian.

"Koran ini sangat membuatku terkesan!" kata Ayah Dian yg ternyata sedang melihat majalah dewasa. Ayah Dian sengaja menyembunyikan majalah tersebut dengan koran agar tidak di ketahui oleh istrinya.

Dian membuka pintu rumah. Perlahan ia melangkah ke arah ayah nya dengan wajah cemas.

"Pah!" kata Dian

"Yak?" kata Ayah Dian sambil senyum-senyum fokus melihat majalah dewasa.

"Papah gk marah kan dengan kejadian tadi?" tanya Dian cemas.

"Memangnya ada kejadian apa?" tanya Ayah Dian yg masih fokus melihat majalah dewasa yg ia sembunyikan di balik koran.

"Masalah Marshel..." kata Dian

"Gk masalah kok" ucap Ayah Dian masih santai.

"Ku kira papah bakalan marah kalau ada teman laki-laki datang ke rumah" kata Dian

"Lain kali kamu jangan bawa temanmu lagi ke rumah" kata Ayah Dian sejenak memandang ke arah Dian.

"Iya pah... maafkan Dian" kata Dian

Kemudian Ayah Dian kembali fokus pada majalah itu lagi.

"Oh iya pah! tas ku dah ada yg robek. Aku boleh minta uang buat beli baru gk pah?" kata Dian

"Iya nanti papah kasih! sekarang papah sedang sibuk baca koran. Nanti saja ya" kata ayah Dian.

"Makasih ya pah!" ucap Dian, kemudian ia kembali masuk ke dalam rumah.

****

[Scene Berganti]

Di dalam mobil, Marshel sedang mengendarai mobilnya. Terlihat ekspresi wajahnya bahagia campur sedih.

"Maafkan aku hari ini sudah membohongi dan mengecewakanmu" Kata Marshel

"Aku tau kamu adalah sahabat masa kecilku! Tapi kali ini situasi nya berbeda! Sepertinya aku menyukai Dian!" kata Marshel

****

[Scene Berganti]

Hari sudah malam. Gemerlap cahaya lampu menghiasi keindahan kota. Di suatu tempat Pras sedang mengendarai motornya, ia sedang memboncengkan seorang gadis yg ia temui tadi.

"Apakah kamu ke kampus tidak ada yg antar jemput?" tanya Pras.

"Aku biasa naik taksi" kata gadis itu

"Tapi tadi aku nelpon temanku. aku minta dia jemput aku di kampus! Tapi ternyata dia sangat lama sampai membuatku kesal menunggu" lanjut kata gadis itu.

"Mungkin kamu harus lebih bersabar" kata Pras.

"Aku menunggu di kampus sampai berjam-jam. Dari siang sampai sekarang! Katanya jalan macet padahal jarak antara kampusku dengan kampusnya jaraknya lumayan dekat!! tapi kenapa bisa sampai berjam-jam belum datang!! Itu tidak masuk akal! Mungkin hanya alasan saja dia tidak mau menjemputku!" kata gadis itu.

"Aku tidak tahu! Tapi yg terpenting, aku mau mengantarmu pulang" kata Pras

"Makasih ya! Kamu memang orang baik" kata gadis itu.

"Dari tadi kita saling ngobrol tapi belum saling mengenal" lanjut gadis itu.

"Hahahaha.... Iya... Namaku Prasetyo! Panggil saja Pras!" kata Pras

"Kalau kamu?" tanya Pras

"Aku Christina! Panggil saja Kristin!" ucap Kristin.

Kristin adalah sahabat Marshel. Sejak kecil mereka selalu bersama. Mereka bisa dekat karena hubungan harmonis antara orang tua mereka. Dan yg menelpon Marshel untuk meminta jemput tadi adalah Kristin.

****


next chapter
Load failed, please RETRY

Un nuevo capítulo llegará pronto Escribe una reseña

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C3
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión