Nizam jadi tidak enak hati. Ia kemudian berjalan perlahan mendekati adik tirinya itu. Tubuh Pangeran Thalal berdiri tegak menjulang. Badannya yang ramping tetapi berisi tampak sangat gagah dan tampan mengenakan jubahnya. jubah itu tampak berkibar tertiup angin.
"Apakah kakak hendak mengorbakan ibundaku ?" Kata Pangeran Thalal tampak sangat tidak setuju ibunya akan pergi ke istana ayah mereka. Pangeran Thalal merasa bahwa mendekati ayahnya tanpa seizin ratu sabrina sama saja dengan mangundang maut. Anaknya sendiri bisa dicambuk sampai mau mati, apalagi terhadap orang lain.
Nizam menelan ludahnya dengan muka sedikit pucat tetapi kedudukannya sebagai anak yang paling tua dimana kedudukannya ada di atas Pangeran Thalall membuat Nizam lalu merangkul adiknya dan mempersilahkannya untuk duduk.