Descargar la aplicación
10.64% CINTA SEORANG PANGERAN / Chapter 146: Mengapa Bukan Aku yang Menderita

Capítulo 146: Mengapa Bukan Aku yang Menderita

Tubuh Nizam yang tinggi dengan para pengawal sangat mencolok perhatian seisi pasar tradisional. Keringat dingin mengalir dipelipisnya. Udara pengap langsung menyergap hidungnya yang mancung. Seorang guide asli dari Bali berjalan tanpa ragu mendatangi setiap pedagang sayur mencari belimbing wuluh. Belimbing wuluh atau di Bali disebut dengan Blimbing Buloh bukanlah buah yang biasa dimakan mentah ataupun dibuat rujak.

Seperti buah belimbing biasa, mangga muda, jambu, bengkuang dll. Belimbing wuluh walaupun namanya buah belimbing tapi cenderung dianggap sayur seperti halnya buah tomat. Belimbing wuluh biasa dijadikan pengganti tomat atau asam pada beberapa sup seperti sup ikan atau gulai.

Buah belimbing wuluh sangat asam dan bagi sebagian orang sangat tidak ingin memakannya. Hampir tidak ada yang berani memakannya mentah-mentah. Kalaupun mau dimakan tersendiri tanpa campuran makanan lain biasanya belimbing itu sudah berupa produk olahan seperti manisan. Ada beberapa orang yang sengaja menanam pohonnya sebagai penghias pekarangan rumah. Pohonnya pendek dengan buah yang bergerombol di batang atau dahan pohon. Buahnya kecil berbentuk lonjong berwarna hijau muda, kalau sudah matang kuning muda. Sematang-matangnya belimbing wuluh tetap saja rasanya asam.

Nizam menghapus keringatnya. Bau pasar yang tidak pernah diciumnya malah membuatnya jadi mual. Sebenarnya standar pasar tradisional tentu saja tidak akan sebersih supermarket tapi bagi Nizam yang ke supermarket saja belum pernah. Masuk ke dalam pasar tradisional tentu saja membuat Ia sedikit tersiksa. Alena sendiri malah enak-enak duduk di mobil. Ia memaksa Nizam yang harus masuk ke pasar tradisional padahal Ia sendiri belum pernah masuk ke dalamnya.

Penyiksaan yang dilakukan Alena terhadap suaminya seakan pelampiasan rasa tersiksanya selama ini oleh kelakuan Nizam sendiri. Alena mengusap perutnya yang terasa mual. Ia melihat ke arah pasar dari balik jendela mobil. Berharap Nizam segera menemukan belimbing wuluh dan kembali ke mobil. Ia sudah tidak tahan ingin memakannya karena

Nizam terus berjalan menyusuri lorong pasar, sudah tiga pedagang sayuran yang mereka hampiri tapi tidak ada satupun yang menjual belimbing wuluh. Arani dari tadi menatap wajah Nizam yang sudah bagai kepiting rebus. karena panas dan pengap. Apalagi ketika mereka kemudian melewati pedagang ikan basah. Hampir saja Nizam tepar.

Ikan basah seperti cumi, kepiting, ikan nila, ikan kembung dan lain-lain jarang ada dalam menu harian Azura. Kalaupun ada paling hanya ikan salmon, kakap atau tuna. Kecuali daerah di pesisir pantai. Mencium bau amis ikan mentah membuat Nizam terasa sangat menyiksa. Baunya menyengat walaupun mungkin bagi orang lain tercium biasa saja.

Hingga akhirnya Guide berteriak gembira melihat kumpulan dari buah yang mereka cari. Nizam yang memang sudah melihat di Internet bentuk buahnya seperti apa. Ia langsung bahagia bisa keluar secepatnya dari tempat yang sangat menyiksanya. Tanpa tawar-menawar lagi Arani membayarnya langsung.

Pedagang sayur dimana mereka membeli buah belimbing wuluh adalah gadis muda sekitar berumur 20 tahunan. Ia dari tadi terus melihat wajah Nizam yang memang bagai Dewa Yunani yang nyasar ke pasar. Ia tidak konsen melayani guide Nizam. Dari tadi matanya terus melirik Nizam. Jadi ketika Ia diberi uang dengan jumlah yang sangat banyak. Egonya sebagai wanita muda memaksanya menolak uang tersebut. Ia malah berkata pada guidenya.

"Saya tidak ingin dibayar, Saya hanya ingin berfoto dengan Pangeran Nizam untuk Instagram Saya." Katanya sambil mengeluarkan Handphonenya. Mata Guide itu langsung beriak lucu. Ia segera berkata pada Arani menterjemahkan kata-kata pedagang itu. Arani lalu berkata kepada Nizam. Nizam tampak mengerutkan keningnya tapi karena Ia tidak mau berlama-lama dan takut kalau Ia menolak maka gadis itu tidak akan memberikan belimbing wuluh nya maka akhirnya Nizam menganggukan kepalanya.

Si gadis bersorak dan langsung mengambil posisi di dekat Nizam. Ia tahu dari berita-berita yang beredar bahwa ada rombongan kerajaan Azura di Bali. Tapi jika Pangerannya nyasar ke pasar tempat Ia berjualan maka itu adalah suatu mukjizat. Nizam tersenyum kaku ketika gadis itu mengambil fotonya berdua. Ia bukanlah artis yang biasa berselfi dengan fansnya. Ia hanya difoto dari kejauhan oleh para wartawan. Tetapi karena Ia sangat memerlukan belimbing wuluh buat Alena maka Ia menahan diri.

Usai berfoto Nizam langsung melarikan diri diikuti oleh Arani dan para pengawalnya. Gadis itu berulang kali mengucapkan terima kasih sambil memegang uang yang diberikan oleh guide Nizam dengan pemaksaan.

Begitu berada di luar pasar Nizam menarik nafas lega. Ditangannya terdapat keresek yang berisi belimbing wuluh sekitar satu kilo setengah. Karena memang jumlah seluruhnya yang dijual gadis itu adalah satu kilo setengah. Dengan kata lain Nizam membeli seluruhnya. Ia lalu berjalan menuju mobilnya.

Ali membukakan pintu untuk Nizam. Alena langsung tersenyum bahagia melihat Nizam memberikan keresek berisi belimbing wuluh itu. Ia lalu mengeluarkan bumbu rujak dalam botol yang tadi dibelinya di supermarket. Ketika Alena membuka kereseknya dan mengeluarkan belimbingnya. Nizam langsung mencekal tangannya.

"Honey Kau mau apa?" Tanyanya sambil menatap tajam.

"Aku mau makan belimbingnya, Air liurku sudah mengalir" Kata Alena sambil hendak menyuapkan belimbingnya. Tapi Nizam menahannya. "Jangan!! Belum dicuci" Nizam menariknya dari tangan Alena. Melihat belimbingnya diambil wajah Alena jadi muram dan mendung. Tanpa bisa ditahan lagi Alena langsung menangis tersedu-sedu.

Nizam jadi kebingungan Ia langsung memeluk Alena. Tapi begitu Nizam memeluknya Alena langsung muntah-muntah. Bau keringat Nizam karena dari tadi muter-muter dipasar membuat Alena langsung mual. Alena muntah dipangkuan Nizam. Sarapan pagi yang tadi dimakannya keluar semua.

Nizam terpaku menatap muntahan Alena diatas pangkuannya. Sarapan yang tadi susah payah dimakan Alena harus berakhir dipangkuannya. Tangan Nizam mengepal kuat. Kenapa bukan Ia saja yang mual-mual kenapa harus Alena yang diperutnya ada bayi mereka.

Tangan Nizam memijat tekuk Alena yang basah oleh keringat. "Maafkan Aku Alena. Maafkan karena anakku yang ada dalam kandunganmu membuat Kau merasa tersiksa"

Alena cuma menangis disela-sela muntahnya. Ia menangis bukan karena kata-kata Nizam yang seakan mampu melelehkan gunung es tapi Ia menangis karena Nizam begitu erat memegang keresek belimbing nya padahal Ia sangat ingin memakannya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C146
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión