"berterima kasih, apa kau sudah lupa?" tatapannya begitu tajam seolah-olah menunjukan kekuasaannya.
"apa yang akan kita lakukan?" gadis itu masih berusaha untuk menolak.
"dengan tubuhmu" pria itu mengatakan sesuatu yang sangat ambigu membuat gadis itu berfikir lebih. "hei, jangan macam-macam kamu ya....".sebelum Naumi sempat melanjutkan kata-katanya mulutnya telah dibekap dengan tangannya yang kekar.
dengan menaiki sebuah mobil sampailah mereka di sebuah bangunan. bangunan yang sama yang pernah ia menginap pada perayaan tahun baru kemarin.
Naumi mulai menangis tersedu-sedu "aku tidak mau...aku tidak mau melakukannya... jangan paksa aku untuk melakukan hal itu...akan kulakukan apapun kecuali hal itu... aku mohon... kasihanilah aku.... ia merengek bagaikan anak bayi.
"hei, dasar gadis bodoh, aku hanya memintamu untuk membersihkan rumahku karena 2 hari lagi orangtuaku akan datang. pembantu di rumahku sedang cuti". ia berkata dengan nada rendah seraya memohon sambil memandang ke arah rumahnya.
" ha.." gadis itu menganga mulutnya terbuka lebar. ternyata hanya membersihkan rumah. rasa malu mulai berkumpul di wajahnya dan membuatnya memerah bagaikan buah cherry.
"baiklah" ia mulai berjalan mengikuti langkah pria itu. bukan masalah membersihkan rumah anggap saja seperti olahraga.
tapi apa yang dia lihat, rumah itu begitu berantakan, sangat sangat berantakan bagaikan kapal pecah. bantal sofa berantakan, sampah dimana-mana.
apakah rumah ini habis dipakai untuk pesta begitu kacau balau, bagaimana aku membersihkannya?
ahk... kenapa aku menyanggupinya. ia menghentakkan kakinya ketanah berkali-kali dan membanting sapu yang telah ia pegang serta mengacak-acak rambutnya.
pemandangan itu sungguh sangat lucu dimata pria itu.
"ehem.., maaf sedikit kekacauan itu di buat oleh kakakaku tadi malam. aku tidak bisa membereskannya sendiri jadi aku memintamu untuk membantuku membereskannya. sebagai gantinya aku akan membantumu bila kau meminta." dengan rasa canggung pria itu memohon.
fikiran Naumi kacau sekacau tempat itu, ia bahkan tidak mendengarkan perkataan dari pria itu. ia mulai meraih sapunya dan mulai membersihkan sampah-sampah itu.
ya tuhan penderitaan dalam hidupku sudah di mulai bagaimana aku mengubah hidupku. ia mengeluh di setiap ayunan sapunya.
"aku akan membantumu" pria itu mulai merapikan sofa, meja, mencoba mempercepat pekerjaannya.
gadis itu masih sama, moodnya semakin lama semakin buruk bahkan dia tidak menghiraukan pria yang ada di sampingnya itu.
kenapa aku begitu sial hari ini, aku harus membersihkan kekacauan ini ketika perutku masih kosong. ia menarik nafas yang berisi keluhannya dan membuangnya secara bersamaan.
setelah membersihkan sampah-sampah yang menggunung itu, ia mulai bersiap untuk mengepel lantai.
kenapa semakin lama aku disini semakin aku ingat sesuatu, tapi apa itu... sepertinya rumah ini tidak asing bagiku.
karena terlalu lama berfikir ia mulai melamun dan tidak memperhatikan kakinya hingga ia hampir saja terjatuh. dan sebuah lengan yang kokoh itu menopang tubuhnya.
"ahk.." jeritnya spontan. pria itu berusaha membantunya untuk berdiri lagi dengan seketika empat mata itu saling bertemu.
wajah itu tidak asing bagiku. siapa kah sebenarnya dia. ia memandangi wajah dari pria itu begitu lama, ia mulai menyusun pazel sketsa wajah di dalam fikirannya.
"ahhh..." ia mulai menjerit lagi. aku ingat .. iya aku ingat... ia bergumam dalam batinnya.
"apakah kau sudah puas memandangiku" pria itu berkata dengan nada sombong.