"Sayang?"
Panggilan barusan membuatku yang semula tertawa karena ulah Feronika pun gegas menoleh ke belakang. Aku tersenyum mendapati kak Riki yang datang.
Meskipun wajahnya kentara sekali bahwa sedang merasa kelelahan tapi gak sekalipun dia menghilangkan senyum manis itu. Kak Riki mendekat lantas seperti biasa, dia tak malu untuk mengecup keningku.
"Baru sampai?" tanyanya namun saat hendak aku mengangguk lebih dulu Feronika menyahutnya.
"Sejam yang lalu!"
Tolong bersabar karena memang sejak dulu kan Feronika begitu. Dia memang suka banyak bicara, nyerobot tanpa permisi. Jika saja hubungan kami gak sedekat ini kemungkinan besarnya aku akan menaruh rasa dendam padanya. Namun karena kami sudah sedekat ini, jadi respon dariku hanya terkekeh geli saja.
"Sewot aja lo! Gas, punya cewek suruh diem kek. Ngalah terus lo mah!" dumel kak Riki dengan wajah masam.