Kamis 22 Septermber 2029, tangis bayi bernyanyi bahagia karena terlahir di dunia atau malah menangis karena penyesalan, akibat menyanggupi perjanjian dengan Sang Pencipta untuk menerima peran sebagai manusia.
Heningnya dini hari terpecahkan oleh tangisanku yang terlahir kembali, menempati kenestapaan dunia nan fana.
Menurut ayah, tangisanku berhenti tatkala dia mengumandangkan adzan dan iqomat di telingaku. Setelahnya, aku kembali menangis seperti bayi pada umumnya.
Satu hingga dua belas tahun setelahnya. Aku terlepas dari fase anak-anak yang sebenarnya harus diperhatikan secara mental, agar bisa membangun pribadi anak yang kokoh, percaya diri, dan merdeka. Namun, tahun demi tahun kulewati dengan intimidasi serta eksploitasi dari orang tuaku, yang berdalih demi menjadikanku anak yang baik bagi Tuhan, masyarakat, dan negaranya.
Aku harus akui bahwa didikan kedua orang tua yang memperhatikan adab, etika dan tata krama—itu membantuku dalam kehidupan ber-Tuhan dan bermasyarakat. Meskipun mentalku yang harus dikorbankan, demi mendapatkan apa yang mereka harapkan terhadap anaknya.
Aku masih ingat dimana diriku terserang penyakit tifus sewaktu kecil. Mereka merawatku di rumah sakit selama beberapa minggu. Anehnya, ketika orang tua berkonsultasi dengan orang 'pintar', dan mengganti namaku sebelumnya menjadi Wishkey Vancouver, aku sembuh dari penyakit tifus.
Kemudian, aku pernah hampir masuk penjara ketika teman-teman sebaya mengajak meminum minuman keras, di lapangan bola yang tak jauh dari situ terdapat Polsek Wure.
Untung saja telepon genggamku ketinggalan dan setelah berpisah dari teman-teman, aku malah asyik berkirim pesan dengan para wanita di dalam rumah.
Keesokan pagi setelahnya, aku langsung dinasehatin oleh ibu karena teman-temanku masuk penjara. Namun mereka dibebaskan atas dasar masih di bawah umur, dan tentunya orang tua mereka pasti mengomeli dengan ucapan yang menggetarkan jiwa.
Tak lama dari kejadian itu, aku dan teman- teman harus mengganti mainan yang kami curi dari minimarket. Aku langsung kena omelan dan ancaman dari kedua orang tuaku, setelah mereka membayar mainan yang berhasil dicuri.