Dalam perjalanan menuju rumah Kalika, Samael sedikit berbincang dengan istri dan putri kecilnya yang terdengar berbicara dengan suara aneh namun lucu.
Mendengarkan suara mereka, Samael merasa hatinya yang dingin menghangat.
Ini benar-benar suatu keajaiban yang hanya bisa dirasakan oleh orang tua seperti dirinya.
"Baiklah sayang, kau pasti masih memiliki kerjaan bukan? Maaf sudah menganggumu." kata Laelia di telephone.
Samael menggelengkan kepalanya disana, "Tidak masalah, dan aku merasa semua kelelahanku sudah menghilang mendengar suara Lily, Aura, dan Giselle."
"Fufu~ Aku tahu itu, kan?" Laelia sepertinya setuju.
Dia yang pada saat ini menyusui Aura di pelukannya merasa senang dan geli disaat yang sama, dan dia hanya bisa memainkan pipi tembem lembut putrinya disana.
Kemudian dia menatap Atira yang juga menggendong Giselle, sementara Lily terlihat bermain dengan mainannya di atas matras lembut dibawah sana.
Melihat ini semua, Laelia hanya bisa berkata: "Kalau begitu aku akan menutup panggilannya. Dan Samael....jika bisa, ajak Lucy ke rumah. Dia, sudah lama tidak kesini."
Mendengar ini, Samael hanya bisa menghembuskan nafas panjang disana: "Aku tahu. Mungkin kau juga sudah harus menebaknya sayang, ada sesuatu yang mungkin....akan membuatmu sakit setelah hari ini terjadi."
Laelia terdiam, tapi sedetik kemudian dia tersenyum lembut: "Apapun yang terjadi, dan apapun kesalahanmu, yakinlah bahwa aku akan selalu di sisimu sayang. Lagipula, aku adalah Istrimu~"
Atira juga menambahkan tiba-tiba ke sisi ponsel, "Aku juga! Bahkan jika aku merasa ini kesalahan besar, selama ada alasan yang tepat, aku bisa memaafkanmu, Papa."
"... Terima kasih, dua istriku."
Tuttut....
Panggilan diakhiri oleh Samael secara sepihak, dan setelah dia mengusap wajahnya dengan satu tangannya, wajah hangat dan penuh senyuman tadi langsung menghilang digantikan wajah penuh ketidakpedulian dan dingin yang sangat acuh tak acuh.
Sopir di depan yang melihat ini, meskipun sudah melihatnya berkali-kali, dia masih tidak terbiasa.
Kebiasaan Bos nya untuk merubah wajahnya hanya dalam beberapa detik selalu membuat bulu kuduknya berdiri!
"Jangan melihat kemana-mana, fokus pada jalan!"
"I-Iya! Maaf, Bos."
Samael tidak peduli lagi dengan sopirnya, dan dia hanya bisa menyandarkan kepalanya sambil menutup matanya disana.
.....
Sementara itu di sebuah vila mewah tempat Kalika tinggal.
Terlihat sosok wanita lemah lembut, namun sedikit kuyu dengan perut yang membengkak sedang menatap seorang wanita paruh baya yang bisa dibilang juga sangat cantik, tapi wajah penuh sarkas dan jijik itu membuang semuanya.
"Apakah kau masih tahu untuk menemuiku dibanding mengejar kekuasaan dan uang, Mama?"
"Setelah tidak melihatmu hampir selama lima tahun, kau menjadi kurang ajar, Kalika."
Kalika tidak merubah wajahnya bahkan jika ibu kandungnya, Aresha, menatapnya dengan pandangan seperti itu.
Bahkan sejak tadi, dia hanya menundukkan kepalanya sembari terus mengelus perutnya yang membesar.
Ini adalah buah cinta darinya dan Samael.
Meskipun dia tahu bahwa untuk mencapai titik ini, dia mungkin melakukan sesuatu yang salah seperti yang Lucy katakan empat bulan yang lalu...
Tapi dia tidak menyesalinya setelah waktu berlalu, dan perutnya yang menjadi semakin besar.
Dia tahu ini salah, tapi dia tetap mencintainya, dan bahkan mungkin, rasa cinta itu semakin meluap seiring waktu berjalan.
Aresha yang melihat putrinya menjadi seperti ini, sebenarnya sangat sedih. Dia ingin menghiburnya, tapi dia tahu bahwa putrinya telah melakukan sesuatu yang salah.
Ketika dia melihat Alisha disamping Kalika yang memberikan kehangatan melalui telapak tangannya, Aresha hanya bisa menghembuskan nafasnya tanpa ada yang bisa disadari siapapun.
Peraturan keluarga Aura terlalu ketat.
Bahkan dulunya, dia ingin ibu Alisha untuk tinggal di rumah utama. Tapi karena aturan, dia hanya bisa memasang wajah "dingin, keras, dan menjijikkan" kepadanya.
Sebagai seorang wanita, dia juga tahu kesulitannya. Sayangnya, dia benar-benar tidak bisa berbuat apa.
Dan sekarang, mungkin karma berputar, dan giliran putrinya yang menjadi seperti ini.
Kali pertama dia mendengar berita ini, dia hanya bisa tiduran di ranjang ruangannya dengan memandang langit. Matanya kosong, dan dia tidak tahu harus berbuat apa.....
Sekali lagi, dia tidak tahu harus berbuat apa.
Jika Samael tahu bahwa inilah sifat Aresha, dia mungkin juga akan menghela nafas. Karena sifat Aresha disini berbeda dengan Aresha yang ada di Blue Star.
Aresha di Blue Star benar-benar seorang wanita tiran, dan bahkan keluarga besar itu harus tunduk padanya. Benar-benar sifat seorang Ratu.
Tapi Aresha disini, dia terlalu berhati lembut, hati-hati, dan penuh kasih sayang. Tapi disaat yang sama dia adalah pengecut!
"Sekarang Kalika, aku sudah ada disini, apakah kau masih akan menyembunyikan siapa Ayah anak itu? Tidak seperti Wanda, atau mungkin Ibu Alisha yang murni seorang kupu-kupu malam, kau adalah anakku, kau pasti memiliki sosok pria asli, siapa namanya?"
"Tidak akan kuberitahu."
Dengan pandangan dingin di luar, Aresha mengancam: "Katakan siapa dia! Kau telah dicemari olehnya! Apakah menurutmu aku bisa duduk diam disini, Kalika?"
"....."
"Alisha, katakan."
"Eh?" Alisha terkejut ketika sumber pertanyaan beralih ke dirinya.
Kalika menatap Alisha dengan diam, dan Alisha yang ditekan dua arah oleh Ibu-Anak ini merasa kelelahan.
"Namanya Samael, Samael Duodere." Hanya saja Alisha memilih untuk membocorkan ini, karena dia harus melakukannya demi Kalika!
Dia sudah melihat perjuangan Kalika selama bulan-bulan ini, dan dia, meski merasa ini egosi, tapi dia juga ingin keadilan bagi Kalika!
Dia menambahkan, "Bos perusahaan La Satia Group, kurasa Ibu Aresha juga tahu ini, kan?"
"La Satia Group?" Aresha tetap tenang, tapi dalam hatinya dia terkejut bukan main.
La Satia Group adalah kuda hitam besar di global selama setengah tahun ini. Bahkan dia yang jarang bersentuhan dengan perusahaan luar tahu nama ini!
Aresha menatap Kalika, dan Kalika dengan diam hanya bisa mengangguk.
"Begitukah....Ketua La Satia Group. Aku ingin bertemu dengannya."
"Kebetulan, aku sudah ada disini."
Suara ini terdengar dari luar, dengan langkah kaki yang jelas di ruangan itu.
Kemudian, pintu terbuka, menunjukkan sosok bodyguard kuat disana, sampai akhirnya sosok Samael yang berjalan sembari membetulkan jas panjangnya.
"Bagaimana kau bisa masuk?"
Samael menjawab, "Cara kasar."
"Cara kasar?" Aresha mengerutkan keningnya.
Dan Samael mengangguk saat menjawab:
"Ya, aku menampar semua penjaga kalian dengan uang. Itu cara kasar."