Descargar la aplicación
57.69% Billionaire Baby / Chapter 15: Bagian 14.

Capítulo 15: Bagian 14.

Dalam perjalanan kembali ke pertemuan berikutnya, Alex masih berpikir soal siang tadi di pajak Hongkong. Wanita itu yang selalu bermasalah dengannya, hingga sekarang Alex belum bisa melepas bayangan dari wajah wanita itu. Bahkan Alex tidak sadar sekarang dia sudah tiba di salah satu tempat pabrik yang akan dia bertemu dengan seseorang.

"Tuan," Alberto memanggil Alex yang dari tadi belum disahuti sama sekali.

"Iya, ada apa?" respons Alex kemudian setelah panggilan itu mengembalikan alam melamun nya.

"Kita sudah sampai, Tuan," ucap Alberto lagi memberitahu kepada Alex.

Alex melirik sekitar parkiran, luas, bahkan suara mesin produksi di sana juga terdengar. "Oh, apa kita sudah sampai?" Alex malah bertanya balik pada Alberto.

"Iya, Tuan. Kita sudah sampai, kita sudah sampai di PT. Murnia Arjani Rejeki. Sesuai jadwal pertemuan kita janjian pada mereka, Tuan," jawab Alberto mengingatkan lagi pada Alex.

Alex pun bersiap untuk keluar dari mobilnya, tapi dia tidak sadar akan pakaian dia kenakan saat ini. "Begitu? Baiklah, apa kau sudah persiapkan semua berkas-berkas yang akan kita sepakati dengan mereka nantinya?" Alex bertanya lagi pada Alberto, Alberto dengan anggukkan pun bertanda 'sudah' sebelum itu Alberto mencoba mengingatkan kembali pada Alex soal pakaian dia kenakan sekarang.

"Tunggu, Tuan!"

Alex menoleh, kali ini dia mengernyit sekaligus mengamati pria tua itu menghampirinya. "Ada apa? Apa ada sesuatu tertinggal?" Alex bertanya pada Alberto.

Alberto menggeleng, "Lalu? Kenapa dengan wajahmu seperti itu?" lanjut Alex berbicara.

"Apa Tuan akan mengenakan pakaian seperti ini? Kita bukan di tempat terbuka, Tuan," bisik Alberto memberitahu kepada Alex.

Alex pun menunduk dan melihat baju dia pakai tadi, baju yang sudah terkena noda kuah bakso. Menurut Alex tidak ada permasalahan dengan baju dia pakai itu. Malah dia nyaman dengan baju dia pakai sekarang. Untuk menggantikan adalah buang-buang waktu baginya.

Lalu dia menatap sekitar luar gedung dia datangi, semua pada keluar masuk sembari mencuri perhatian pada Alex. Badan Alex memang tinggi, dengan rambut tersisir ke belakang, bahkan wajah yang khas banget, siapa pun akan terpukau akan ketampanannya. Tetapi Alex malah mengangkat satu alisnya, dia memilih cuek akan penampilannya sekarang ini.

"Memang kenapa dengan baju yang aku pakai? Apa ada yang tidak enak dilihat? Menurut aku, ini bagus, walau terlihat mencolok," ucapnya enteng dan mengangkat kakinya dari parkiran.

Alberto melongo saat mendengar kalimat dari putra majikannya itu. Selama Alberto menjadi penasihat, tangan kanan kepercayaan keluarga Sanjaya, bahkan dia hafal kebiasaan putra majikan yang angkuh, keras kepala, egois, bahkan suka jidat berbicara. Apalagi soal penampilan Alex paling benci noda-noda yang mencolok seperti tadi. Entah kenapa sekarang pria itu berubah tujuh puluh persen?

"Tapi, Tuan!" Alberto mengejar langkah Alex yang lebar dan cepat itu.

Alex tidak mempedulikan omelan orang tua di sampingnya. Sekarang dia berdiri tepat di depan lift untuk segera bertemu dengan pemilik gedung ini.

"Aku suka penampilan seperti ini, memang selama bertemu orang penting, kita harus penampilan elegan?" tanya Alex pada Alberto.

Alberto terperangah tidak percaya atas pertanyaan putra majikannya ini, dia sampai kesulitan untuk menjawab. "Bu-bukan seperti Tuan. Selama ini Tuan tidak pernah bersikap...."

"Memang dulu aku bersikap seperti apa? Sifat manusia itu sewaktu-waktu bisa berubah apa lagi penampilan seperti sekarang ini ... bukan?"

Tiba-tiba pintu lift terbuka sangat lebar, seorang wanita berpakaian feminim berdiri tepat di depan lift, dengan berkesima pula Alex menoleh arah lift tersebut. Pertemuan dua sepasang itu berhenti seketika.

"Iya, sih, Tuan. Cuman ...." Alberto melanjutkan pertanyaan dari Alex juga berhenti setelah apa yang dia lihat, seorang wanita yang cantik dan manis itu bergeming menatap Alex.

Tetapi Alex tidak pengaruh pada tatapan wanita itu, dia malah mengangkat kami masuk ke lift dengan sikap acuhnya. Wanita itu mau tak mau menggeser ke samping, tapi dengan sikap malu dan menunduk pun tak terelakan.

Alberto masih sibuk mengamati wanita di sebelah Alex. Alberto seperti pernah melihat wanita itu, tapi lupa di mana. Alex yang sedari tadi memperhatikan sikap aneh pada pria tua ini.

"Apa kau kenal dengan wanita culun ini?" tanya Alex dengan suara berat tapi menusuk banget. Wanita itu yang diam-diam dari tadi langsung mendongak tidak percaya atas perkataan Alex.

Alex tau wanita itu tidak terima atas kalimat dia ucapkan. Alberto langsung mengelak dan senyum pada wanita di sebelah nya.

"Tuan, dia putri Hantari Rejeki, yang akan kita jumpa dengan dia saat ini," bisik Alberto memberitahu pada Alex.

Alex masih sikap angkuh tidak merasa kaget, bahkan dia tau kalau wanita disebelahnya memang putri Hantari Rejeki, di perusahaan sekarang dia datangi.

"Aku tau, dia putrinya Bapak Hantari Rejeki. Sengaja aku sebut gitu, memang dia cupu, kan?" sindir Alex, masih logat bahasa yang tidak mengenakan untuk wanita saat ini.

Alberto sekali lagi melirik wanita itu, ada terlukis dibalik wajah cantiknya. Wanita itu menahan emosi dan bersikap santai. Tapi pada kenyataan dia tersinggung atas sikap dari Alex barusan.

Ting!

Suara dentingan lift berhenti tepat di mana lantai Alex dan Alberto tuju. Pintu itu terbuka dan di sana seorang wanita berpenampilan sopan banget berdiri dengan rasa cemas menunggu seseorang di lift tersebut.

Wanita tua itu menghela lega setelah menemukan putri majikannya dari tadi tidak ditemukan. Sungguh wanita tua itu hampir copot jantungnya, jika sampai putri majikannya menghilang atau nyasar di gedung sebesar ini.

"Terima kasih, Pak, sudah menemukan Nona Chika, eh, sebentar Bapak bukannya ...." Wanita tua itu mengucapkan Terima kasih pada Alex dan Alberto. Tetapi Alex tidak mengindahkan ucapan Terima kasih itu dari wanita tua tersebut.

"Dia Tuan Alexis Viando Sanjaya, sudah janji dengan Bapak Hantari Rejeki Kusuma," jawab Alberto memberitahu kepada wanita tua itu.

Wanita tua itu pun teringat, "Ah iya, Bapak Hantari sudah menunggu dari tadi di ruangannya, silakan, Pak Alex," ujar Wanita tua itu mempersilakan Alex mendahului duluan.

Alex dengan angkuh melewati dua wanita itu tanpa sedikit hormat atau basa-basi. Setelah Alex dan Alberto sudah jauh dari dua wanita tersebut. Alberto masih sekilas menoleh, jika wanita cantik itu sedikit kesal pada Alex.

"Sepertinya dia benar-benar kesal pada Tuan, apalagi...."

"Biarkan, biarkan dia kesal. Dia pikir dengan cara pakaian seperti itu aku akan terpikat? Cupu ya tetap cupu?" tuding Alex ketika dia telah memasuki ruangan milik Hantari Rejeki Kusuma.

"Nona! Sudah berapa kali saya ingatkan, jangan keluyuran. Nona tau bagaimana gedung pabrik ini? Di sini tidak mengenal bulu mata Nona itu putri Bapak Hantari Rejeki," ucap Wanita tua itu, sekali lagi menasehati Chika.

Chika Debora Mentari Kusuma, 23 tahun, seorang wanita yang paling disayangi oleh keluarga Hantari Rejeki Kusuma, yang membangun sebuah perindustrian makanan ringan salah satu di kota Sumatera. Chika baru saja selesai dari studi pendidikan salah satu negara ternama. Bahkan, Chika juga jarang sekali berinteraksi dengan seseorang. Dulu Chika memang sosok wanita yang sangat cupu, tidak tertarik dengan penampilan yang feminim.

Namun hal itu dia berubah setelah diperintah oleh ayahnya, memindahkan dirinya kuliah di luar negeri ternama. Dan dia kembali dengan penampilan sangat berbeda, jauh berbeda. Chika berpenampilan seperti wanita pada umumnya untuk bisa meyakinkan seseorang bahwa dirinya bukan wanita cupu.

Tetapi Chika malah jengkel pada seorang pria yang sudah membuat hatinya patah. Dia mencoba melakukan terbaik, namun masih saja mulut pedas itu selalu buat hatinya ingin mencakar wajah pria sok angkuh, Alex.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C15
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión