Semilir angin kencang berhembus. Jurus Kabut Bunga Merah milik Mei Lan hampir dibuat hancur olehnya. Perlu diketahui, jurus itu sebenarnya mengandung ilusi. Semakin tinggi kekuatan penggunanya, maka semakin dahsyat juga ilusi yang diciptakannya.
Walaupun saat ini kekuatan Mei Lan belum berada di puncak tertinggi, namun gadis itu sudah termasuk luar biasa.
Sayangnya, dia telah menemukan lawan yang seimbang. Sehingga meskipun kekuatannya tinggi, lawannya tetap bisa mengimbangi.
Ketika Jurus Rantai Perak Menghempas Lautan dilayangkan, dia merasakan ada tenaga luar bisa yang sedang berusaha menghempas tubuhnya dengan sangat kuat. Untunglah Mei Lan mempunyai benteng pertahanan yang luar biasa. Sehingga meskipun posisinya terancam, dia masih bisa bertahan.
Benturan dua jurus itu walaupun terjadi dalam waktu singkat, ketegangannya justru sangat diluar dugaan.
Kedua belah pihak sama-sama tergetar. Mereka memuji kekuatan lawannya masing-masing.
Qin Wu sendiri begitu kagum ketika menyaksikan lawannya mampu menahan jurus pertama. Hatinya terasa lebih gembira. Keinginan untuk bertarung tiba-tiba tumbuh lebih subur daripada sebelumnya.
Setiap pesilat, siapa pun orangnya, maka dia pasti akan merasakan hal yang serupa ketika menemukan lawan yang seimbang dengannya.
Tidak terkecuali dengan si Rantai Perak sendiri!
Wushh!!!
Rantainya kembali meluncur ke depan. Serangan pertama gagal, serangan kedua telah datang kembali. Jurus pertama tidak berhasil, maka jurus kedua segera dilayangkan olehnya.
"Mengibas Air di Tengah Samudera …"
Wutt!!!
Rantai Perak pusaka itu kembali bergerak dengan cepat. Gelombang tenaga yang dihasilkan oleh jurus tersebut lebih dahsyat daripada sebelumnya. Rantai Perak terlihat seperti ribuan ular yang sedang mengibaskan ekornya.
Mei Lan dibuat sedikit kerepotan. Dia harus banyak melompat atau menghindar demi berusaha menyelamatkan diri dari serangan tersebut.
"Memetik Bunga di Langit …"
Wushh!!!
Tubuhnya tiba-tiba melesat. Sambil mengambil langkah itu, dia tetap harus melewati gelombang serangan yang berasal dari Rantai Perak milik lawan.
Untunglah usaha tersebut tidak sia-sia. Dia berhasil membebaskan diri dari jurus lawannya. Sekarang, gadis itu sudah berada di hadapan Qin Wu. Mereka hanya terpaut jarak sejauh lima langkah.
Tusukan Pedang Bunga Mawar langsung memberikan ancaman telak. Ujung mata pedang itu mengincar ulu hati.
Qin Wu mengegos ke samping kanan. Siapa sangka, ujung pedang lagi-lagi telah mengancam dirinya.
Pertempuran jarak dekat segera terjadi dengan sengit!
Kedua belah pihak sama-sama memberikan perlawanan dan berjuang sekuat tenaga.
Jika dalam pertempuran jarak jauh, Qin Wu mungkin bakal berada di atas angin. Bahkan tidak mustahil pula dia akan memenangkan pertarungan itu.
Tak nyana, gadis cantik tersebut ternyata sangat lihai. Dia pun terhitung sangat cerdas. Setiap langkah yang diambil olehnya telah melalui perhitungan yang sangat matang.
Semua gerakan yang dilakukan oleh Mei Lan tidak ada yang percuma.
Semuanya mengandung ancaman maut!
Pedangnya semakin berkilat dengan tajam. Bayangan pedang mulai mendominasi pertarungan tersebut.
Lewat tiga puluh lima jurus, Qin Wu mulai berada dalam keadaan terdesak. Rantai Perak yang selama ini dia andalkan tidak mampu memberikan bantuan berarti baginya.
Begitu pertarungan mencapai enam puluh jurus, Jiang Mei Lan segera meningkatkan kekuatannya.
Di matanya, lawan sudah tidak bisa berbuat banyak. Ini adalah kesempatan emas. Dia tidak akan menyia-nyiakannya begitu saja.
"Cahaya di Tengah Malam …"
Wutt!!!
Tubuhnya lenyap. Digantikan dengan satu cahaya merah yang sangat terang. Cahaya itu langsung menyeruak ke segala arah.
Qin Wu yang saat itu sudah berada dalam keadaan terdesak hebat, segera merasakan dirinya tidak mampu melakukan apa-apa.
Dia seperti orang buta. Selain cahaya merah terang yang menekan tubuhnya itu, dirinya tidak dapat melihat apapun lagi.
Crashh!!! Clangg!!!!
Sebuah luka sabetan pedang langsung tercipta di tengah dadanya. Luka itu cukup lebar dan sangat dalam. Tubuhnya langsung terdorong sejauh sepuluh tombak.
Yang lebih mengejutkan lagi, Rantai Perak miliknya ternyata sudah putus menjadi dua bagian.
Jiang Mei Lan telah memotong rantai pusaka tersebut dengan menggunakan Pedang Bunga Mawar miliknya!
Darah segar bercucuran dari mulut luka. Luka itu sangat perih. Tapi lebih lebih lagi ketika mengingat senjata pusakanya yang hancur.
Bagi para pesilat, senjata pusaka adalah segalanya. Mungkin sama berharganya dengan selembar nyawa.
Tapi sekarang?
Sekarang pusaka itu telah terpotong. Terpotong menjadi dua bagian.
Bagaimana mungkin Qin Wu tidak merasa perih?
Ingin sekali dia membalaskan kekalahan ini. Sayangnya, sekarang dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Walaupun masih hidup, tapi Pemimpin Ketiga Organisasi Bawah Tanah itu, tiada bedanya seperti orang mati.
Pertarungan di antara mereka pun akhirnya selesai. Mei Lan tidak menyerang lawannya lagi. Meskipun dia adalah orang baru, tapi gadis itu paham betul bahwa menyerang orang yang sudah lemah adalah perbuatan rendahan.
"Kau kalah," katanya dengan nada dingin.
"Ya, aku memang sudah kalah," jawab Qin Wu dengan lesu.
"Kau pun sudah mati,"
"Aku pun tahu kalau aku memang sudah mati,"
Bagi seorang pesilat yang bersenjata, hancurnya senjata pusaka, sama artinya dengan kematian mereka sendiri.
Qin Wu orang yang adalah termasuk di dalamnya. Tentu saja dia mengerti maksud dari ucapan Jiang Mei Lan.
"Bagus,"
Hanya itu jawaban Mei Lan. Dia tidak bicara lagi. Tidak pula menghiraukan si Rantai Perak.
Gadis itu kemudian berjalan. Tapi bukan untuk kembali masuk ke hutan. Melainkan berjalan keluar hutan, menuju ke arah kota, untuk memulai pengembaraannya.
Wushh!!!
Mei Lan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya. Dia bagaikan meteor yang menyala terang di tengah kegelapan malam. Hanya sekejap mata saja, dirinya sudah berada jauh dari Hutan Larangan.
Sementara itu, setelah kepergian Mei Lan.
Di hutan itu, Qin Wu masih berbaring. Darah segar yang keluar dari mulut lukanya semakin bertambah banyak. Darah itu malah sudah menggenangi tubuhnya sendiri.
Qin Wu sudah kehilangan banyak darah. Tapi dia tidak berusaha untuk menutupi lukanya. Orang itu malah membiarkannya begitu saja.
Berselang sesaat kemudian, tiba-tiba dari dalam hutan berkelebat sebuah bayangan.
Bayangan itu mengenakan jubah merah darah dan memakai tudung. Penampilannya serba merah. Wajahnya tidak terlihat. Entah, apakah dia itu manusia atau iblis. Yang jelas, Qin Wu segera ketakutan ketika mengetahui kedatangannya.
Wajah Pemimpin Ketiga Organisasi Bawah Tanah itu semakin memucat. Keringat dingin telah membasahi sekujur tubuhnya.
Keringat dan darah telah bercampur menjadi satu. Bersama-sama menggenangi tubuhnya.
"Apakah kau tahu, hukuman apa bagi yang gagal menjalankan tugas?" tanya orang berjubah dan bertudung merah itu.
Suaranya dingin. Dingin seperti es. Orang yang mendengarnya pasti akan merasa ketakutan. Sebab suara itu terasa seperti berasal dari tempat yang sangat jauh. Namun terasa juga seperti berasal dari tempat yang sangat dekat.
"Ya … aku, aku tahu," jawab Qin Wu sambil terbata-bata.
"Lalu kenapa kau belum melakukannya? Apakah kau menginginkan aku sendiri yang melakukan hal itu?"
Qin Wu semakin ketakutan. Tubuhnya langsung bergetar hebat.