Setelah beberapa kali menghirup nafas, Mei Lan segera merasakan hatinya menjadi lebih tenang. Sekarang gadis itu sudah merasa rileks.
Mei Lan berjalan kembali ke belakang. Gadis itu kemudian duduk di atas batu hitam yang terdapat di sekitar goa.
Setelah dipastikan bahwa keadaan di sekitarnya aman, Mei Lan lalu mengeluarkan sejilid buku catatan dari Cincin Ruang miliknya.
"Hemm, mungkin ini adalah catatan yang dimaksudkan oleh guru." gumamnya.
Setelah merasa yakin, Mei Lan segera membukanya. Isi catatan itu tidak banyak. Hanya sedikit. Tapi meskipun sedikit, isinya justru teramat sangat penting. Mei Lan membacanya secara perlahan. Dia pun berusaha mengingat setiap kata yang terdapat di dalamnya.
Hingga beberapa saat kemudian, sampailah dia kepada catatan terpenting dalam buku tersebut.
Dalam catatan tersebut, Dewi Bunga Hitam berkata:
"Lan'er, jika kau sedang membaca catatan ini, ingat baik-baik kata-kata guru. Alasan kenapa guru bertarung melawan sepuluh tokoh persilatan itu adalah karena mereka ingin merebut Pedang Bunga Mawar dan Kitab Seribu Bunga. Asal kau tahu saja, dua benda pusaka tersebut merupakan salah satu benda yang paling dicari oleh orang-orang persilatan. Jika sampai seseorang berhasil memiliki Pedang Bunga Mawar dan berhasil menguasai semua jurus yang terdapat dalam Kitab Seribu Bunga, maka seiring berjalannya waktu, orang tersebut akan menjadi pendekar tanpa tanding di Benua Merah."
"Guru tidak mau dua benda pusaka ini jatuh ke tangan orang yang salah. Oleh karena itulah, saat terjadi perebutan dulu, setelah berhasil mendapatkannya, guru berusaha mempertahankan dua kitab pusaka ini dengan mempertaruhkan nyawa sendiri,"
"Dan jika nanti dalam pertempuran melawan sepuluh tokoh dunia persilatan, guru tidak berhasil mempertahankan selembar nyawa, maka selanjutnya tugas berat ini harus kau pikul. Kau wajib mempelajari semua jurus yang terdapat dalam Kitab Seribu Bunga. Jika kau sudah berhasil menguasainya dengan sempurna, kau harus pergi mengembara dalam dunia persilatan,"
"Sebab kehadiranmu sedang ditunggu oleh semua orang. Selamatkan Benua Merah dari tangan orang-orang jahat. Jagalah keutuhan dunia persilatan,"
"Pesan guru yang terakhir, kau harus selalu waspada. Sebab dalam dunia persilatan nanti, kau akan menemukan berbagai macan masalah dan berbagai jenis manusia. Jangan sampai tertipu oleh penampilan luar. Sebab hal itu bisa saja tipuan belaka,"
"Guru sangat berharap kau mau menjalankan tugas ini. Dan jangan lupa, jika guru benar-benar mati, maka balaskan kematianku,"
Mei Lan segera menghela nafas panjang ketika dia selesai membaca catatan singkat tersebut. Dua tetes air matanya tiba-tiba keluar membasahi pipi yang lembut.
Dia memejamkan matanya. Mencoba untuk mengenang masa-masa ketika bersama gurunya dulu.
Baginya, Dewi Bunga Hitam bukan saja seorang guru. Bahkan lebih dari itu, dia telah menganggap wanita tersebut sebagai ibunya pula.
Sejak kecil, Mei Lan sudah hidup bersama Dewi Bunga Hitam. Suka dan duka dalam hidup selalu mereka lewati bersama-sama.
Pengorbanan Dewi Bunga Hitam untuknya teramat besar. Walau seluruh dunia diberikan kepadanya pun, rasanya hal itu masih belum cukup untuk membalaskan semua jasa-jasanya.
Jadi, bagaimana mungkin perintah dalam catatan itu tidak dia laksanakan?
Bagaimanapun juga, dia harus tetap melaksanakannya. Bahkan meskipun harus mempertaruhkan selembar nyawa, Mei Lan akan tetap melakukannya.
Salah satu alasan kenapa Mei Lan mau bertahan hidup adalah demi ini. Demi menjalankan semua tugas dari guru tercintanya, Dewi Bunga Hitam.
"Guru, Lan'er berjanji, Lan'er pasti akan membalaskan kematianmu." gumamnya pelan.
Mei Lan bangkit berdiri. Semangatnya berkobar-kobar, seperti api di neraka sana. Sepasang matanya berkilat tajam. Keinginan untuk membunuh sepuluh tokoh persilatan semakin membara. Seperti juga dendam gurunya yang selalu membara bagaikan bara api.
Sringg!!!
Pedang Bunga Mawar sudah dia keluarkan. Kitab Seribu Bunga pun telah dikeluarkan dari dalam Cincin Ruang.
Mei Lan mulai berlatih. Selangkah demi selangkah, sejurus demi sejurus, dia terus melakukannya tanpa kenal lelah. Siang dan malam, Mei Lan terus berusaha mempelajari semua jurus yang terdapat di dalam Kitab Seribu Bunga.
Tanpa terasa, satu bulan sudah berlalu. Selama belakangan ini, Mei Lan selalu menyibukkan dirinya untuk berlatih. Dia tidak pernah berhenti kecuali hanya untuk melakukan hal-hal pokok saja.
Setelah berlatih selama satu bulan penuh, tenaga dalamnya meningkat pesat. Ilmu yang dia kuasai sebelumnya pun menjadi lebih sempurna. Terlebih lagi, akhirnya Mei Lan berhasil menguasai enam dari sembilan jurus Kitab Seribu Bunga.
Walaupun gadis cantik itu baru menguasai enam jurus, namun menurutnya, hal itu saja sudah lebih daripada cukup. Apalagi, sekarang dia telah mengetahui bahwa Kitab Seribu Bunga merupakan kitab pusaka terkuat ketiga dari lima kitab pusaka terkuat yang terdapat di Benua Merah.
Di sisi lain, Pedang Bunga Mawar miliknya juga berada pada urutan kedua di antara sepuluh senjata terkuat.
Hal ini menjadi kegembiraan tersendiri. Memiliki senjata dan kitab pusaka yang masuk ke dalam jabatan terkuat, siapa yang tidak akan gembira?
Setiap orang yang berkecimpung dalam dunia persilatan pasti akan merasa gembira karenanya. Apalagi, senjata dan kitab pusaka selalu menjadi benda-benda sangat penting yang diincar oleh kaum pendekar.
Saat ini masih pagi hari. Mei Lan sedang berlatih seperti biasanya. Di depan goa tempat tinggalnya, gadis itu memainkan pedangnya dengan jurus Kabut Bunga Merah.
Kabut Bunga Merah adalah jurus pertama dari Kitab Seribu Bunga.
Di sana, Mei Lan tampak memainkan Pedang Bunga Mawar dengan cepat dan lincah. Gerakannya begitu anggun. Tapi setiap gerakan pedangnya mengandung ancaman maut.
Cahaya merah menyelubungi seluruh batang pedang. Setiap pedangnya berkelebat, cahaya merah itu selalu menyeruak ke tempat sekitarnya.
Jurus Kabut Bunga Merah ini mengandung ilusi. Di mana jika lawannya kurang konsentrasi, maka dia akan merasakan bahwa dirinya sedang berada di sebuah taman bunga. Di sekelilingnya terdapat bunga-bunga berwarna merah.
Keadaan di sana sangat indah. Siapa pun pasti akan merasa nyaman ketika berada di sebuah taman bunga.
Sayangnya, taman bunga ini lain. Sebah dibalik keindahannya, ada ancaman maut yang setiap saat bisa datang menjemput.
Gerakan Mei Lan semakin cepat. Tubuhnya seolah-olah berubah menjadi bayangan suram. Sekarang gadis itu telah mengganti jurusnya. Dari jurus pertama, segera dilanjut ke jurus kedua.
"Memetik Bunga di Langit …"
Wushh!!!
Tubuhnya melesat ke atas sana. Di tengah udara, Pedang Bunga Mawarnya berkelebat memberikan tebasa beruntun. Angin yang dihasilkan oleh gerakan itu sangat hebat. Sampai-sampai ranting pohon di sekitarnya dibuat berterbangan.
Mei Lan terus melakukan gerakan tersebut. Bahkan hingga kedua kakinya kembali menginjak bumi, dia masih belum berhenti. Justru gerakannya semakin cepat.
Wutt!!!
Untuk yang kesekian kalinya, Pedang Bunga Mawar dikibaskan. Desiran angin tajam menerjang ke depan dalam kecepatan tinggi.
Blarr!!!
Lima batang pohon berukuran cukup besar dibuat tumbang. Kerusakan yang ditimbulkan oleh jurus itu ternyata terbilang dahsyat. Padahal, Mei Lan sendiri merasa hanya mengeluarkan tenaga dalam seperlunya saja.