Setelah istirahat beberapa saat, Elia memiliki kekuatan yang cukup untuk berdiri tegak dengan kakinya dan melangkah tanpa gemetar. Ketika dia membuka pintu, dia melihat Azaila si tabib tersenyum di depannya. Terdengar lenguh kaget dari kerongkongan Elia.
"Ku pikir kau takkan datang," kata Elia. Dia melewati pintu dan berdiri di depan Azaila.
"Ku kira aku terlambat," kata Azaila si tabib yang menunjukkan rasa tak enaknya. Dia mengulurkan handuk beraroma terapi yang dilihat Elia sebelumnya. Xixi tidak membawakan benda itu, jadi Elia akan selalu menantikan hari dimana Azaila yang menjadi pengawas kondisi fisiknya.
"Aku baru selesai kok," kata Elia dengan gembira menerima handuk itu. Dia menempelkannya ke wajah, mencium aromanya dan meletakkannya ke leher. Sepanjang jalan kembali ke paviliun, dia menciumi aroma handuk itu.
"Apa kau melihat menu makan sore ini?" tanya Elia yang selalu berusaha mencari tahu.
"Yang pasti kau akan suka," kata Azaila bersikap misterius.