Malam menjelang, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu untuk minum. Kutatap gelas berisi wine itu di tanganku dengan tersenyum kecut. Sepertinya sejak aku menginjakkan kaki di Chicago justru aku semakin terperangkap dengan minuman beralkohol.
Tanpa terasa aku sudah menghabiskan hampir 1 botol wine malam ini, rasanya tak buruk, sedikit mengobati rasa frustasiku karena harus terjebak di villa milik pria sialan itu. Aku mendesah dengan nafas berat karena memang hidupku terasa berat sekarang. Seolah aku tak punya pilihan sendiri. Kebahagiaan hakiki yang tak pernah kudapatkan selama dalam hidupku seolah membuat semua yang terjadi dan menimpa hidupku terasa tak adil.
Aku merasa lelah. Entah sampai kapan aku bertahan hidup seperti ini.
"Berani sekali kau minum tanpa izin dariku!" Sebuah suara terdengar cukup mendominasi di ruangan perapian tempat aku duduk menghabiskan waktu selama beberapa jam ini.
"Apa pedulimu?" Sahutku acuh seraya memalingkan wajahku dengan enggan.
Tanpa kuduga Chris merebut gelas minuman yang kupegang di tanganku dengan kasar.
"Bukankah kau sendiri yang bilang padaku kalau kau tak pernah minum - minuman beralkohol?!" Tegurnya keras.
"Aku berubah pikiran sejak aku menginjakkan kakiku kembali ke Chicago" sahutku enteng tanpa melihat wajah Chris yang berdiri di sampingku.
"Ingat Nat, kau adalah budakku. Apa yang aku katakan, kau harus patuh padaku termasuk apapun yang kau lakukan, kau harus mendapatkan izin dariku terlebih dahulu!" Serunya marah.
Mendengarnya seketika itupun aku bangkit dari tempat duduk dan berdiri menatap padanya.
"Lalu apa yang kau lakukan di sini?! Untuk apa kau datang menemui budak sepertiku lagi sedangkan kau sudah memiliki seorang istri yang sempurna, Chris Raven!!" Teriakku dengan nada berapi - api.
"Ini adalah rumahku, aku berhak datang sesuka hatiku, kau harus ingat itu!" Sahutnya tak kalah keras.
"Heh, apakah kau akan selamanya mengurung budak seperti ini hingga sampai kau bosan begitu??" Aku bertanya sinis.
Chris melotot seketika.
"Seorang budak tak berhak bertanya apapun pada tuannya, apa kau lupa itu?!" Sahut Chris tak mau kalah.
Mendengarnya akupun tersenyum sinis.
"Kau hebat sekali, Chris Raven. Memiliki segalanya, jabatan tinggi, kaya raya, istri yang cantik dan juga budak menyedihkan seperti aku ini" ucapku tajam dan menusuk.
"Apa maksud ucapanmu, hah?!" Tanya Chris seraya mencengkram kasar salah satu lenganku.
"Ya, apa lagi yang tidak kau miliki sekarang? Karena hidupmu sudah lebih dari sempurna bukan?" Ucapku mulai ngelantur.
"Kau mabuk, Natalie Mckent!! Kau harus mendapatkan hukuman atas ketidak patuhanmu!" Chris berseru seraya menyeret tubuhku dengan paksa masuk ke dalam kamar.
"Lepaskan aku sialan!!" Teriakku berontak.
Tenaga Chris yang memang jauh lebih unggul dariku dapat dengan mudah membawaku hingga masuk kesebuah kamar mandi besar, mengisi air di bathub hingga penuh dan memasukan tubuhku dengan paksa kedalam bathub yang sudah terisi air itu.
Aku menjerit dan berontak seperti orang gila, karena frustasi dan kesal, namun Chris tak peduli ia tetap memaksaku masuk ke dalam bathub itu dan menahan tubuhku dengan kedua tangannya yang kuat.
"Tubuh dan kepalamu memang harus didinginkan agar bisa berpikir dengan waras lagi, Natalie!!" Serunya.
"Lepaskan aku, Chris sialan!!
Aku bisa mandi sendiri!" Pekikku tak terima.
Kini tubuhku benar - benar basah kuyub dengan masih memakai pakaian lengkap.
"Tidak sebelum kau benar - benar bisa berpikiran waras lagi!"
"Ya! Aku akan mandi! Silakan kau pergi dan tinggalkan aku! Karena budak tak semestinya mandi bersama tuannya bukan?!" Protesku marah.
"Berjanjilah padaku kalau kau akan patuh, Natalie kalau tidak aku akan memberikan hukuman yang lebih berat hingga kau tak bisa bangun dari ranjang nanti!!" Ancam Chris dengan wajah serius.
Aku hanya bisa menatapnya dengan marah, kesal dan frustasi. Aku mencoba mengatur nafasku yang tak beraturan karena emosi yang meluap tinggi.
"Kau kejam Chris Raven!!" Umpatku marah.
"Jika kau patuh padaku aku tak akan kejam, aku bisa menjamin itu" sahutnya datar.
"Aku mohon tinggalkan aku sendiri, aku akan mandi seperti yang kau minta!" Pintaku.
"Begitu lebih baik. Tidak lebih dari 15 menit, aku tunggu kau di dalam kamar!" sahut Chris seraya bangkit dan meninggalkanku di dalam kamar mandi.
Aku menatapnya dari balik punggung dan tersenyum pahit.
"Selamat tinggal Chris, aku tahu apa yang harus kulakukan sekarang untuk mengakhiri semuanya."
©️©️©️©️©️©️
Chris melirik arloji mahalnya dengan raut wajah kesal.
"Ini sudah lebih dari 15 menit kenapa Natalie belum keluar juga?" Pikirnya gelisah.
Merasa kesal dan tidak beres, tanpa pikir panjang lagi iapun bangkit dari tempat duduk dan melangkah cepat menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar Natalie.
Ia mencoba membuka pintu kamar mandi namun ternyata itu dikunci dari dalam.
"Natalie buka pintunya cepat! Kalau tidak akan aku dobrak pintu ini! Aku serius!!" Perintahnya keras.
Tak ada jawaban, merasa frustasi dan kesal tanpa pikir panjang lagi Chris mencoba mendobrak pintu kamar mandi, setelah susah payah dengan sekuat tenaga akhirnya ia pun dapat membuka paksa pintu itu.
Ia ingin marah saat itu juga namun pemandangan di depan matanya sekarang telah membuat jantungnya hampir berhenti detik itu juga. Saat ia harus melihat tubuh wanita yang dicintainya itu kini mengambang di dalam bathub yang terisi penuh dengan air.
"Natalie!!!!????"
***