Seperti yang hari di tunggu Lindsay akhirnya pun tiba. Semua persiapan sudah dilakukan dengan baik dan sempurna. Keluarga besar Mckent dan keluarga besar sang mempelai laki - laki hadir dan sibuk dengan tugas masing - masing.
Gedung besar sudah di dekorasi semewah mungkin, dengan mengusung wedding organizer yang bukan main - main.
Karena status sosial dari keluarga Mckent bukan dari golongan yang biasa saja. Begitupula dengan status sosial dengan dari keluarga sang mempelai pria. Chris Raven adalah seorang CEO di sebuah perusahaan besar raksasa yang terkenal di Chicago IIIinois.
6 Tahun sejak kepergianku telah membuat banyak perubahan dalam diri Chris Raven. Karena kegigihan dan keberuntungannya ia sekarang menjadi salah satu pengusaha besar di wilayah bagian Amerika serikat itu.
Dulu ia memanglah bukanlah siapa - siapa, status sosialnya jauh lebih rendah dari keluarga Mckent itulah sebabnya kami dulu berhubungan dengan diam - diam selama 4 tahun lamanya saat kami berada dalam satu sekolah yang sama.
Hanya beberapa orang yang tahu dengan hubungan kami, itupun adalah teman terdekat dari kami berdua saat itu. Dan Chris adalah salah satu siswa prestasi tinggi karena kecerdasan dan ketampanan yang dimilikinya, sehingga ia bisa bertahan dan bersekolah di sekolah faforit bersamaku waktu itu.
Namun takdir tidak berpihak pada hubungan kami berdua, karena perjodohan aku harus pergi dan meninggalkannya.
Kutatap bayangan diriku sendiri di dalam cermin, dengan gaun putih panjang berenda yang merupakan gaun bridesmaid dan kuhembuskan nafas ini dengan berat seolah hari ini adalah hari terberat selama dalam hidupku namun hari kebesaran dan istimewa bagi adikku, Lindsay.
Haruskah takdir begitu kejam berpihak padaku sekarang? Aku yang tak pernah mendapatkan kebahagian yang sesungguhnya di dalam keluargaku sendiri harus memikul beban yang begitu berat seorang diri.
Apakah aku mampu untuk bertahan?
Hingga tanpa terasa air mata mulai jatuh di pelupuk mataku tanpa kusadari.
Aku harus kuat demi kebahagiaan Lindsay. Karena hanya itu yang bisa kulakukan sekarang.
"Kak...??" Panggil sebuah suara mengejutkanku. Kupalingkan kepalaku ke belakang dan melihat Lindsay kini berdiri begitu cantik dengan gaun pengantinnya.
Kuseka air mataku dengan reflek saat itu juga dan aku berjalan mendekatinya dengan senyum yang berusaha kupaksakan.
"Apa kakak menangis?" Tanyanya dengan ekspresi sedihnya padaku.
"Ah, tentu saja aku menangis karena adikku hari ini akan menikah dan meninggalkanku" sahutku dusta.
Senyum manis mengembang kini di wajah cantiknya, ia merentangkan kedua tangannya dan memelukku.
"Terima kasih kak, karena kakak sudah hadir di pernikahanku.
Aku sangat bahagia karena kakak bisa menjadi pendampingku untuk yang terakhir kali." Bisiknya tulus di balik punggungku.
Aku menepuk bahunya lembut dan mengelus rambut indahnya di balik kerudung putih yang menutupinya.
"Semoga kau bahagia, Lindsay. Selalu dan selamanya." Ucapku sungguh - sungguh.
***
Malam itu setelah acara pemberkatan pernikahan Lindsay dan Chris di gereja pesta pun dimulai di sebuah gedung besar dan sudah didekorasi semewah mungkin.
Kedua mempelai kini sudah bersanding di tengah - tengah podium pesta. Senyum bahagia tak lepas di wajah cantik Lindsay yang kini begitu cantik dengan memakai gaun putih panjang mewah dengan bahu terbuka membuat penampilannya malam ini begitu sempurna sebagai pengantin wanita.
Sedangkan Chris aku sama sekali tak ingin melihat wajahnya sejak hari itu di villa miliknya.
Kamipun belum bertegur sapa bahkan bertemu sejak hari itu, karena kesibukan masing - masing.
Selama pemberkatan dan pesta, Mom dan Dad juga tak pernah menganggap aku ada. Begitupun sama dengan keluarga besarku, hampir semua dari mereka memandang sinis padaku dan kehadiranku sama sekali tak membuat minat mereka ingin menyapaku.
Hanya bibi Rosy dan uncle Richard yang masih menganggapku selama ini. Mereka berdua tetap baik dan sayang padaku karena sejak kecil hanya mereka yang menyayangiku sejak dulu.
Hingga acara puncak pun dimulai, yaitu ritual dansa bagi sang mempelai dan keluarga besar mereka.
Aku yang kehilangan minat untuk acara itu pun berniat meninggalkan tempat dan pesta kini, namun niatku terhalang oleh salah satu MC tentang pemberitahuan acara yang mengatakan masing - masing mempelai harus berdansa dengan kerabat dari kedua belah pihak.
Aku susah payah berusaha menelan salivaku sendiri saat ini, dengan jantung yang semakin berdebar kencang tiba - tiba aku pun berusaha mengatur nafasku agar kembali normal.
Tanpa pikir panjang saat itu aku pun berjalan menghindar dari kerumunan tamu yang ada di pesta itu namun entah bagaimana bibi Rosy memanggil namaku dan berjalan mendekatiku yang saat itu berusaha untuk bersembunyi.
"Natalie! Ayo nak, kau harus ke ballroom. Berdansalah dengan mempelai pria, sayang." Perintahnya padaku dengan senyumnya yang keibuan.
"Ah, aku rasa tidak perlu bibi, aku harus pergi karena suatu hal. Biarkan Lara yang mewakiliku untuk berdansa dengan suami Lindsay" ujarku berusaha menolak.
"Hay, sayang. Jika kau ingin membuat mata mereka yang menyepelekanmu terbuka kau harus berbuat sesuatu agar kau tidak mudah ditindas begitu saja, honey.
Ayo tunjukkan pesonamu kalau kau juga adalah salah satu keluarga Mckent yang cantik dan bersinar, sayang." Ucap Bibi Rosy berusaha membujukku.
Entah kenapa ucapan bibi Rosy membuat hatiku sedikit terbuka dan tergerak lebih percaya diri dari sebelumnya.
Disaat yang sama itupula kudengar suara dari seorang yang sangat kukenal memanggil namaku dengan pengeras suara.
"Chris Raven?! Apa yang ia lakukan?!" Seruku dalam hati.
Dan bagai mimpi rasanya, saat Chris kini berjalan membelah tamu pesta menghampiriku yang saat ini hanya bisa berdiri terpaku menatapnya tak percaya.
"Ayo, kak Natalie. Maukah kau berdansa dengan adik iparmu ini?" Ajaknya dengan lembut dan merayu.
Astaga, apa pria ini sudah tak waras dan gila?! Bagaimana bisa ia mengajakku secara langsung berdansa di depan semua tamu undangan pesta??
Aku menatap sekilas bibi Rosy di sampingku, dan dia hanya mengangguk seraya tersenyum sebagai dukungan.
Kulihat dengan kedua sudut mataku, banyak mata - mata memandang ke arahku. Seakan menunggu dan tak sabar dengan apa yang akan terjadi. Hingga tatapanku jatuh pada Lindsay yang tampak bertepuk tangan dengan senyum mengembang di wajahnya seakan ia pun mendukung apa yang suaminya lakukan padaku saat ini.
Senyum tak lepas di wajah Chris yang tampan, seakan kami memang adalah saudara ipar yang baik. Akhirnya dengan tekad yang kumiliki, akupun menerima ajakan Chris saat itu untuk menjadi pasangan dansanya.
Musik pun mulai mengiringi langkah kami menuju tempat dansa. Diikuti oleh para tamu lainnya kamipun mulai berdansa seiring dengan musik yang mengalun indah dengan tempo yang lambat namun pasti.
"Kau sinting, Chris!" Bisikku serak saat kami berdua mulai berdansa.
Chris hanya terkekeh tanpa dosa, ia justru mempererat pelukan tangannya di pinggulku.
"Kau pun pernah merasa puas saat bercinta dengan orang sinting sepertiku bukan?" Sahutnya tak tahu malu.
Mendengarnya tentu saja membuat kedua mataku ini melotot tak percaya. Bagaimana ia bisa begitu nekad mengucapkan kalimat seperti itu di tengah - tengah pesta pernikahannya sendiri.
"Kau jangan konyol, Chris! Bagaimana kalau ada yang mendengar omong kosongmu ini nanti?!" Aku berbisik marah dengan ekspresi menahan kedongkolan.
"Aku tak peduli, karena aku suka membuatmu kesal, Nat." Cibirnya padaku.
"Kau pasti dalang yang menyuruh MC itu untuk acara konyol ini!" Tukasku yakin dan Chris hanya terkekeh geli.
"Budak wanitaku memang jauh lebih mengenalku dengan baik ternyata" Sahutnya acuh.
"Kau-!" Aku pun mencengkram kasar pelukanku di bahunya yang bidang itu sebagai ungkapan kekesalanku dan Chris hanya meringis tak peduli.
"Simpan tenagamu nanti, honey karena aku akan datang malam ini untukmu." Ucapnya begitu jelas di telingaku dan aku hanya bisa melongo menatapnya tak percaya dengan apa yang baru saja ia ucapkan padaku tadi.
***