Agak menggelikan rasanya jika kau memakai kata-kata tersebut di depanku, Mr Jakarta."
Mr Jakarta menghela nafas. Menyentuh lehernya sendiri seolah-olah rasa sakit tiba-tiba saja muncul dari sana. Perbedaan karakter serta temperamen seperti ini, jelas membuat dirinya harus mampu menyesuaikan diri dengan orang yang memiliki karakter seperti Mr Meksiko.
"Baiklah tolong maafkan kebisaan burukku itu."
Mr Meksiko mengangguk. "Apa kau benar-benar mengkhawatirkan sampah sepertiku? Apa kau tidak memikirkan bagaimana orang-orang berbahaya tersebut bisa saja balik mengancam keselamatan dirimu sendiri?" Saat ini satu-satunya yang terbesit di dalam pikirannya adalah keselamatan dari Mr Jakarta sendiri.
Mr Jakarta tersenyum canggung. Sejujurnya, dirinya sendiri juga merasa tidak terlalu nyaman karena telah memilih untuk menyelamatkan Mr Meksiko yang sudah dianggap sebagai pengkhianat oleh pihak sekolah.