Descargar la aplicación
59.67% AKU TERGODA (21+) / Chapter 37: Aku Ada Untuk Mu

Capítulo 37: Aku Ada Untuk Mu

Setelah puas tertawa melihat Alex  yang kesal Lita menepuk pelan pundak Alex.

"Bagaimana rasanya..? tidak suka kan kalau dipaksa mencoba hal yang tidak diinginkan" ledek Lita.

"Iya... iya... tapi sepertinya kau mulai menikmati apa yang tidak kamu inginkan itu" balas Alex menghentikan langkahnya.

Alex memandang wajah wanita dihadapannya yang masih tertawa meledeknya. Bukan perasaan kesal yang ia rasakan, tapi Alex merasa senang melihat tawa dan senyum yang sempat hilang itu muncul diwajah wanita pujaannya lagi.

"Kau senang hari ini?!" Tanya Alex lembut seraya menyelipkan helaian rambut Lita yang tertiup angin ke belakang telinga wanita itu.

Lita menghentikan tawanya, tak dipungkiri hatinya berdebar, bagaimana tidak wajah tampan dihadapannya memperlakukannya dengan baik hari ini, bahkan sikapnya yang biasa egois tak ditunjukkan sekarang.

"He-em, aku senang..." balas Lita sambil melukis senyum lembut di bibir pink nya.

Alex mengulurkan tangannya, Lita yang tahu maksud Alex langsung menyambutnya menyerahkan tangannya untuk digenggam lelaki yang penuh perhatian seharian ini. Alex mengeratkan tautan tangan mereka.

Sambil berjalan menatap satu sama lain, mereka saling membalas senyum simpul malu-malu.

Alex dan Lita antusias ketika melihat orang-orang naik wahana yang ada dijalur air, terombang-ambing terbawa arus diatas perahu yang berbentuk bulat.

Mata Alex dan Lita saling bertemu, seolah tahu apa yang ada difikiran masing-masing, tanpa kata mereka hanya berbalas senyum lagi kemudian mendekat masuk kedalam antrian wahana yang sempat mereka lihat barusan.

Akhirnya mereka naik keatas perahu berbentuk bulat yang sempat membuat mereka tertarik untuk mencoba.

Ditemani enam orang lainnya perahu yang mereka tumpangi akhirnya berjalan seolah terbawa arus dan berguncang sampai membuat sebagian baju mereka basah terkena cipratan ombak.

"Kyaaa... bajuku basah!" Pekik Lita diselingi tawa.

"Lita pegangan yang kuat, hati-hati pegangan perahunya licin karena basah" pekik Alex khawatir, karena mendapati Lita mulai fokus dengan bajunya yang basah.

"Iya" jawab Lita mengikuti perintah Alex, kemudian berteriak lagi ketika cipratan ombak berikutnya sukses mengguyur tubuhnya.

Akhirnya selesai sudah perjalanan perahu yang mereka tumpangi "bajuku basah semua" ucap Lita sambil memeras ujung bajunya.

"Mau coba wahana yang basah-basahan lagi? Nanti baru kita beli baju ganti" bujuk Alex.

"Oke! Siapa takut! Lets go!" Jawab Lita antusias. Seperti biasa tangan mereka saling menggenggam satu sama lain berjalan menuju wahana yang dimaksud.

Sebuah kereta yang mulai berjalan pelan menanjak dengan ketinggian yang curam kemudian dengan cepat turun melewati jalur yang hampir tegak lurus menghantam genangan air dibawahnya mengguyur semua penumpang yang ada di setiap bangku kereta.

"Kyaaaaa" teriak serempak Alex, Lita dan para penumpang lain.

Lita tertawa renyah mendapati tubuhnya yang basah sempurna dari ujung rambut sampai kaki.

Alex segera menarik Lita berjalan menuju tempat souvenir setelah turun dari kereta, Alex tahu kalau Lita sedang kedinginan meskipun Lita tidak bilang, tapi tubuh Lita sepontan gemetar menahan dingin.

Mereka memilih kaos yang berwarna sama dan bertuliskan sama. Mereka segera mengganti baju dan juga celana yang basah dengan pakaian yang baru mereka beli.

Lita menggunakan kaos putih dengan celana semi jeans biru yang ia pilih di toko souvenir tadi.

Alex juga menggunakan kaos yang serupa dengan Lita, ia juga memakai celana jeans yang dipilihkan Lita.

Setelah berganti baju dan hari semakin sore Alex membawa Lita ke wahana terakhir yang lebih tenang dan damai untuk menikmati pemandangan laut sore dari atas.

Wahana berbentuk kincir angin siap membawa mereka menikmati ketenangan hari setelah menaklukkan wahana-wahana ekstrim sebelumnya.

Mereka duduk saling bersebrangan, Alex sengaja duduk di seberang Lita agar bisa memandang lebih leluasa wajah cantik wanita didepannya.

Lita tahu betul Alex sedang menatap dirinya, namun Lita berusaha tetap memandang panorama sore yang disuguhkan langit petang disekitar pantai yang jauh disana.

"Aku lebih suka melihat rambutmu terurai seperti itu, kamu terlihat makin mempesona" oceh Alex sambil menatap lekat wajah wanita yang sedang fokus melihat kearah lain.

Lita melirik kearah Alex namun ia enggan menatap lelaki yang baru saja menggombal padanya "oh ya?! Kenapa kau bisa menyukaiku?"

"Entahlah... mungkin karena kau cantik" jawab Alex.

"Cantik!?" Lita mengulang ucapan Alex "Lebih cantik mana aku dengan cinta pertamamu?" Tanya Lita yang memang tahu cerita tentang Alex dari Angel.

"Hemm... rupanya kau sudah tahu cerita tentang ku, pasti si cewek bar-bar itu yang cerita ke kamu"

Lita menaikkan alis dan pundaknya bersamaan.

"Aku tidak ingin Ge-er sekarang karena aku sangat tahu secantik apa wanita yang masih membuatmu terjebak perasaan sampai saat ini.. makanya aku gak akan mempan kalau kau merayuku begitu"

Alex tertawa renyah "jadi.. karena itu kau terus menjauh dariku?"

"Bukan!.. tapi.. karena aku sudah bersuami itu alasannya" jawab Lita sambil meratap lagi tentang perbuatan suaminya.

Alex tersenyum kecil "jadi.. kenapa tidak kita coba untuk saling mengobati luka satu sama lain, kau sudah tahu cerita tentangku, aku juga sudah tahu apa yang kau alami"

Lita menoleh kearah lelaki yang saat ini lekat memandangnya, ia bingung harus menjawab seperti apa, jika mengelak pun percuma nyatanya saat ini ia sedang menikmati hiburan yang disuguhkan Alex untuk mengobati hatinya yang sedang terluka dan rapuh.

"Bagaimana?!" Tanya Alex berharap Lita menjawab hal yang sama seperti yang ia inginkan.

Ckiit!

Salah satu petugas perempuan  membuka pintu sangkar yang mereka tempati dan mengarahkan mereka berdua menuju arah pintu keluar dari wahana kincir angin itu.

Pertanyaan yang diajukan Alex belum sempat dijawab oleh Lita. Suasananya tiba-tiba menjadi canggung sekarang, hingga membuat mereka berdua saling diam tanpa kata.

Langit senja telah berubah menjadi gelap kini langkah mereka dihiasi lampu-lampu penerang dari setiap wahana dan lampu penerang yang di susun apik mengikuti setiap sisi jalur jalan setapak.

Degh! Degh!

Degup jantung Lita tak beraturan, sambil berjalan pelan.. tangan Lita yang biasanya digenggam Alex malah sibuk meremas tali tas selempangnya, saking bingung harus memberikan jawaban seperti apa tentang tawaran Alex didalam kincir angin tadi.

Lelaki arogan yang berubah menjadi lembut seharian ini mengamati hal yang dilakukan Lita, ia sadar pasti wanita yang ada dihadapannya sedang frustasi karena tawaran konyolnya.

Mungkin terdengar konyol dan sangat tidak bermoral mengharap cintanya berbalas dari wanita yang sudah bersuami, namun apa yang dirasakan Alex tulus, ia hanya ingin melihat wanita yang sedang berjalan disampingnya tetap tersenyum dan bahagia.

Ia akan berusaha untuk membuatnya tidak merasa terlalu terpuruk dan bersedih setelah dihianati suaminya. Meskipun Alex sendiri merasa dirinya tidak lebih baik dari lelaki manapun, tapi ia tahu rasanya terluka karena terhianati.

"Hei! Lita!" Seru Alex menyadarkan Lita yang terlihat frustasi sendirian.

"Huh?!" Langkah Lita terhenti.

Alex mendekat kehadapan Lita "Aku tahu terlalu sulit bagimu untuk menerima tawaranku, aku tidak berharap kau menjawabnya sekarang.. kau harus tahu, kalau aku selalu ada untukmu.. jadi.. datanglah padaku jika terlalu sulit untuk terus bersama dengannya" terang Alex.

"Jangan dijadikan beban tawaranku tadi.. aku lebih suka melihatmu yang penuh senyum seperti biasanya" sambung Alex seraya mengusap pucuk kepala Lita, mengelus rambut halus wanita yang terlihat murung itu.

"Aku mau!" Ucap Lita "mari kita perlahan saling mengobati luka yang kita alami satu sama lain" sambung Lita seraya menatap lekat wajah lelaki yang tangannya masih tertahan mengusap kepalanya.

Alex membeku, mendengar jawaban Lita, ia hanya terlalu senang mendengarnya sampai bingung harus bereaksi seperti apa.

Lita meraih tangan Alex yang membeku di pucuk kepalanya kemudian maju satu langkah mempersempit jaraknya dengan Alex yang masih diam, lalu menuntun kedua tangan Alex melingkar dipinggangnya.

Lita berjinjit dan mengalungkan tangannya dileher Alex "aku ingin dipeluk saat ini" pinta Lita seductive.

Alex syok dengan tindakkan Lita yang tidak seperti biasanya, namun disisi lain ia sangat senang Lita yang menginginkannya lebih dulu.

Alex langsung mengeratkan pelukannya, melingkarkan tangannya semakin erat dipinggang Lita.

***

"Bu.. aku pulang!" Seru Indah seraya masuk kedalam rumah yang diikuti Leo dibelakangnya.

Ibu Melati keluar dari kamar setelah mendengar suara Indah yang memanggilnya "kalian sudah makan malam?" Tanya ibu Melati seraya menuju kearah dapur.

"Kita beli tongseng nih untuk makan bareng ibu" balas Indah mendekat ke ibu Melati dan mengambil beberapa mangkok dan piring dari lemari dapur.

"Padahal ibu masak" ucap ibu Melati.

"Ibu belanja?" Tanya Indah tak percaya, karena baru pagi ini mereka pindah ke gedung apartemen yang masih terasa asing.

"Ibu bosan sendirian, jadi ibu tanya kescurity, swalayan ada disebelah mana" terang Ibu Melati sambil membantu anaknya mengeluarkan makanan yang dibeli.

Indah mengamati wajah ibunya, wajahnya sembab seperti seharian habis menangis, tentu saja memang Ibu Melati menangis seharian ini karna rindu dengan cucu tersayang satu-satunya, biasanya ia bercanda dan tertawa bersama Putri tapi hari ini ibu Melati sendirian ditempat asing yang tidak ada satupun orang yang ia kenal.

Terutama rasa bersalahnya pada Lita yang membuatnya terus merasa bersalah dan merasa iba, karena ibu Melati pernah berada diposisi seperti yang Lita alami.

Semua makanan telah siap berada dipiring dan mangkok masing-masing dari mereka. Ibu Melati makan dengan tenang tanpa suara sedikitpun namun matanya tak bisa berbohong, Bola putihnya berubah merah, air mata menggenang tertahan.

Ibu Melati mengenang masa-masa mereka makan bersama Lita, wanita yang disakiti oleh anak perempuannya sendiri.

"Ibu sudah kenyang, ibu mau tidur duluan" ucap beliau tidak menghabiskan makanannya, beliau segera berlari kecil masuk kedalam kamarnya.

Dari tadi siang ketika beliau masak pun ia tak mampu menelan hasil masakannya, perasaannya terlalu sakit bila ingat kesalahannya pada Lita.

Namun ia tak punya pilihan lain, anaknya dan janin yang sedang dikandung Indah butuh sosok Leo yang harus bertanggung jawab disisinya, ia tak mau jika anak yang belum lahir itu bernasib sama seperti Putri.

Tangisnya pecah lagi mengingat luka hati yang pernah dialaminya juga, senasib sama seperti Lita saat ini, tentunya Lita pasti sedang sangat hancur saat ini.

***

"Ndah.. aku pulang dulu.. besok aku akan jemput kamu kerja" ucap Alex yang tengah duduk berdua dengan Indah disofa depan televisi.

"Kamu tahu kan Putri tidak ada disini, aku kangen Putri mas.. jangan pulang dulu.. temani aku tidur disini.. aku masih asing dengan apartemen ini" ucap Indah sambil bermanja bersandar di lengan kanan Leo sambil menatap acara TV.

"Tapi Lita juga sendirian dirumah.. aku harus menenangkan hatinya saat ini..aku harus minta ma-" ucapan Leo terpotong ketika bibir Indah menyentuh bibirnya.

"Mas.. kamu bisa bicara dengan mba Lita besok atau lusa.. sekarang temani aku dulu yah" pinta Indah melas, tangan Indah menyentuh lembut pipi Leo dan mencumbu bibir lelaki yang ia ingin miliki sepenuhnya itu.

Mereka larut dalam pagutan yang semakin intens, desah mereka teredam oleh suara televisi.

Indah melepas pagutannya menarik tangan Leo agar mengikutinya masuk kedalam kamar.

Setelah menutup pintu kamar, Indah kembali melumat bibir Leo, malam ini ia menjadi pemimpin dalam permainannya, dia hanya tidak rela membiarkan Lelaki yang sudah berada dalam genggamannya pergi begitu saja.

Indah mendorong Leo rebah diatas kasur bibirnya menciumi leher Leo turun sampai ke dada bidang lelaki yang telah larut dalam belaiannya itu, bibir Indah tak berhenti menginvasi otot-otot sixpack perut Leo menjilatnya dan meninggalkan bekas kiss mark disana.

Perlahan Indah mulai membuka satu persatu pakaian bagian bawah Leo, tak butuh waktu lama Indah melumat habis batang kekar Lelaki yang kini sedang mendesah menikmati permainan mulutnya.

Naik-turun mulut Indah memompa batang besar nan panjang milik Leo.

Lelaki itu tak kuasa menahan hasratnya lagi, ia bangun dan kemudian menangkup wajah Indah dengan kedua tangannya, melumat bibir nakal wanita itu.

Leo melepas kemeja kerja Indah yang memang belum berganti baju sehabis makan malam tadi, mencumbu gundukan kenyal milik wanita yang membuatnya tak bisa pulang malam ini.

Tangan Leo sibuk meremas buah dada kenyal sedangkan mulut Leo rakus menghisap salah satu puting Indah yang sudah tegang karena birahi.

Desah nikmat memenuhi ruang kamar yang masih asing bagi mereka, Malam panas mereka berlanjut hingga larut di rumah yang baru mereka huni saat ini.

***

Jam 22:10 PM

Lita dan Alex akhirnya sampai dirumah berpagar Hitam yang mereka tinggalkan pagi tadi.

Lita menatap nanar kearah pelataran rumahnya, ia tahu kalau suaminya belum pulang kerumah, karena tidak ada mobil putih yang biasanya bertengger disana.

"Kamu gak mau buka pagarnya?" Tanya Alex yang mendapati Lita malah diam dengan wajah ditekuk sedang menunduk.

"oke.. biar aku aku saja yang buka" sambung Alex seraya membuka safetybeltnya.

"Gak perlu!" Seru Lita menarik tangan Alex, menahan lelaki yang seharian bersamanya itu agar tidak turun dari mobil.

"Kenapa?" Tanya Alex.

"Suamiku belum pulang, aku gak mau sendirian didalam.. aku takut.." jelas Lita melas, yah memang Lita seorang penakut, ditempat kerja saja dia tidak akan berani masuk kedalam gudang sendirian, dirumah pun kalau siang saja ia berani.

Tentu saja biasanya Leo selalu pulang kantor tepat waktu sampai dirumah kalau Lita sedang Libur, dan baru kali ini Leo belum pulang sampai larut begini, alasannya tentu sudah jelas pasti karena suaminya sedang bersama perempuan yang semalam baru saja dia usir.

Alex mengerti ucapan Lita, akhirnya Alex memutar mobilnya dan parkir diseberang rumah Lita "oke! Kita akan tunggu disini sampai suamimu pulang" ucap Alex seraya mematikan mesin mobil.

"He-em" angguk Lita samar, sejujurnya dalam batinnya ia ragu jika suaminya akan pulang malam ini.

"Kira-kira suamimu biasa pulang jam berapa?" Tanya Alex.

"Enggak pernah selarut ini.." jawab Lita  melas.

"Jadi..?!" Seolah Alex tahu jawabannya sama seperti yang di duga Lita "oke.. kita coba tunggu sampai jam dua belas" lanjut Alex sambil menatap kearah rumah Lita.

"Em" angguk Lita samar menjawab ucapan Alex, hatinya tak berminat menjawab, karena ia yakin kalau suaminya tidak akan pulang.

"Tidurlah kalau kau lelah.. nanti akan aku bangunkan jika dia sudah datang" ucap Alex, berusaha menghibur Lita yang terlihat sedih lagi.

"Hem" jawab Lita malas.


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C37
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión