Descargar la aplicación
7.12% Aku Bukan Boneka Ayahku / Chapter 28: Cinta Segitiga

Capítulo 28: Cinta Segitiga

"Pa, tidak seharusnya Papa bersikap seperti itu dengan Verrell di depan orang banyak. Kasihan dia! Dia merasa kalau kita sudah mengabaikannya sejak kecil. Sudah cukup kesibukan kita selama ini membuat dia jadi pribadi yang kurang pantas."

"Ya itu salah sendiri, kenapa harus berubah."

"Tapi kan sebab kita juga kenapa dia jadi seperti ini, Pa. Dia anak pertama kita, dia aset kita sebenarnya. Tapi Papa selalu bersikap dingin dengan dia. Coba berilah sedikit kesempatan dia untuk menjadi anak yang baik."

"Memangnya harus pakai cara seperti apa lagi, Ma? Semua yang dia minta sudah Papa berikan. Lalu apa lagi yang kurang?"

"Jelas kurang, Pa. Harta tidak berarti baginya. Tapi kasih sayang itu jauh lebih penting dari itu semua."

"Ah, sudahlah. Nih, lihat. Anak kita, Bram. Dia sangat berbakti dengan kita, dia selalu menjadi anak yang berprestasi. Seharusnya Verrell mencontoh baiknya Bram."

"Semua anak kita baik, Pa. Bagaimana tidak Verrell tidak terima akan hal ini. Mana mungkin dia bisa di bandingkan dengan adiknya sendiri."

"Ah, sudahlah. Aku tidak mau bahas tentang Verrell lagi. Jika dia sadar, dia pasti akan kembali dengan apa yang aku mau."

"Terserah Papa."

***

"Sekarang kamu sudah tahu kan alasannya kenapa aku tidak mau melibatkan mama papa aku?"

Grizelle hanya mengangguk kan kepalanya tanda mengerti dan membiarkan Verrell mengungkapkan isi hatinya.

"Mereka itu tidak pernah suka kalau aku hadir. Hanya Mama yang peduli sama aku. Tapi dia akan tetap kalah dan diam karena tidak ingin melawan Papa."

"Iya, Mama kamu baik. Tadi dia mau ajak aku bicara. Tapi biar bagaimanapun, itu tetap papa kamu. Kamu harus bisa lebih menghormati."

"Apa pantas aku hormati, jika dia sendiri tidak menghargai aku, Grizelle?"

"Entahlah, yang jelas aku tidak ingin kalau kamu sampai melawan Papa kamu terus menerus. Biar bagaimanapun, dia tetap lah papa kamu yang harus kamu jaga nantinya. Masalah papa tidak suka kamu yang seperti ini, coba lah sesekali menjadi apa yang dia inginkan."

"Aku ya aku, aku tidak bisa menjadi seperti yang orang lain inginkan."

"Baiklah. Perlahan nanti kamu juga pasti bisa mengatasi ini kok." Ucapnya lembut.

"Terima kasih ya!" Verrell mengalihkan pembicaraannya.

"Untuk apa?"

"Untuk hari ini, kamu sudah mau temani aku hari ini. Walaupun aku di sambut tidak ramah, setidaknya aku sudah puas hari ini bawa pendamping secantik kamu."

"Tapi bagaimana nanti ke depannya?"

"Akan aku tanggung sendiri risikonya."

"Termasuk pacar kamu? Bagaimana nanti kalau dia sampai tahu akan hal ini?"

"Aku minta sama kamu, jangan sampai dia nanti tahu. Jaga rahasia ini ya?"

"Baiklah. Tapi bagaimana dengan yang lain? Mereka kan tahu tadi kita pergi bersama. Apa lagi sekarang kita pulang bareng dengan penampilan seperti ini!"

"Kamu tidak perlu repot ganti, biar aku urus semua nanti. Mereka tidak akan bicara apa-apa kok."

"Baiklah. Aku harap tidak akan terjadi apa-apa nanti."

Sampainya mereka di rumah, sesuai Verrel janjikan. Dia membungkam semua pelayannya untuk merahasiakan hal itu. Karena sayangnya pada Rasya, dia tidak ingin timbul masalah setelah ini.

Beberapa hari kemudian, tidak ada kabar sama sekali dari Rasya setelah acara itu. Verrell merasa di landa rindu dengan hilangnya kabar Rasya.

"Hei, kenapa melamun saja?"

"Eh, tidak apa-apa. Aku hanya rindu dengan Rasya. Apa kabar ya dia? Kok sampai sekarang dia tidak ada kabar."

"Ya telpon dong!"

"Beberapa hari ini dia susah di hubungi. Kadang tidak aktif, kadang tidak di angkat."

"Hari ini sudah coba untuk hubungi?"

"Belum,"

"Ya sudah, kalau begitu coba kamu hubungi lagi. Barangkali di angkat."

"Oke deh!"

Beberapa menit kemudian, setelah menelepon Rasya. Verrell berubah lagi menjadi seperti orang linglung. Grizelle bingung melihat apa sebenarnya yang sudah terjadi pada Verrell.

"Rel? Kenapa? Rasya baik-baik saja 'kan?"

"Aku seperti mendengar yang aneh ketika telpon dia tadi."

"Maksud kamu apa?"

"Dia bilang lagi sibuk akhir-akhir ini. Tapi tadi sekilas aku mendengar kalau ada yang panggil Rasya sayang."

"Oh, mungkin mamanya kali."

"Bukan, suara pria."

"Berarti papanya dong?"

"Aku paham suara papanya. Tapi kali ini sangat terdengar asing. Setelah itu juga Rasya langsung matikan handphonenya."

"Waduh, kalau soal itu aku tidak mau mengira-ngira. Lebih baik kamu pastikan sendiri langsung untuk menjawab pertanyaan kamu itu."

"Hah! Iya benar. Kamu benar, Griz."

Verrell langsung lompat dari duduknya semula di sofa, dan menuju garasi untuk pergi ke suatu tempat. Setelah mengeluarkan mobilnya, Verrell keluar kembali dari mobil dan berlari menuju Grizelle. Seketika tangan Grizelle di tarik untuk masuk ke dalam mobil.

"Mau kemana?"

"Ke rumah Rasya."

"Kenapa ajak aku? Kan bisa sendiri?"

"Aku ingin kamu juga tahu dan menjadi saksi jika nanti terjadi apa-apa. Tolong bantu aku lagi kali ini ya."

"Baiklah."

Grizelle hanya terdiam. Lalu mobil itu pergi melesat begitu saja. Beriringan dengan mobil Verrell keluar, ternyata Kiano juga datang masuk ke rumah Verrell.

"Permisi! Permisi!"

Berkali-kali Kiano ucapkan. Keluarlah seorang pelayan untuk menyambut kedatangan Kiano.

"Eh, Den Kiano. Mari masuk!"

"Tidak, Bik. Cuma sebentar kok, ada Verrell tidak?"

"Wah, Tuan Verrell barusan saja pergi."

"Kemana?"

"Tidak tahu pasti. Yang jelas tadi mereka terburu-buru."

"Mereka? Memangnya dia pergi dengan siapa?"

"Dengan Grizelle."

"Grizelle?" Sontak Kiano terkejut mendengar nama Grizelle.

"Iya, Den."

"Kenapa mereka bisa berdua?"

"Grizelle 'kan kerja di sini sebagai pelayan."

"Owh, ya sudah terima kasih ya."

"Den Kiano mau bibik ambilkan minuman?"

"Tidak, Bik."

"Cemilan, atau makan?"

"Tidak, tidak perlu. Aku sudah mau pulang kok, Bik. Oh iya, jangan bilang sama Verrell ya kalau aku kemari."

"Siap, Den."

"Ya sudah, aku permisi dulu ya Bik."

Kiano berpikir keras tentang Grizelle. Jadi benar dugaannya kali ini. Grizelle memang sedang dekat dengan Verrell. Mungkin itu alasannya kenapa kemarin sewaktu bertemu, Grizelle malah menjauhi Kiano.

"Jadi ini alasannya kenapa Griz kemarin menghindari aku? Kenapa aku cemburu ya?"

"Den, belum pulang?" Tegur pelayan ketika melihat Kiano masih diam menduduki motornya.

"Eh, Bibik. Buat aku terkejut saja. Iya, ini mau pulang kok." Kiano langsung menghidupkan mesin motornya lalu pergi meninggalkan rumah Verrell. Di perjalanan pun, Kiano masih memikirkan Grizelle.

"Ya Tuhan, kenapa aku baru menyadarinya sekarang. Bahwa aku memang benar-benar sayang dengan Grizelle. Tapi dia sekarang malah dekat dengan saudara aku sendiri. Apa aku harus biarkan ini terjadi? Ah, mungkin Grizelle hanya menganggap aku teman biasa. Aku saja yang merasa percaya diri kalau dia kemarin suka sama aku juga. Ah, sudahlah."

Kiano melajukan motornya dengan kencang. Meski dia sudah punya kekasih, dia malah terus memikirkan Grizelle semenjak pertama ketemu kemarin. Grizelle sudah berhasil menaklukkan hati Kiano. Bahkan, Verrell juga sudah berhasil di gait oleh Grizelle. Kini dua saudara itu menyukai satu wanita yang sama. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C28
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión