"Xena kamu yakin mau jual Resto itu? Kan kamu bilang hasilnya lumayan", tanya Pras saat duduk berdua dengan Xena di depan TV.
"Iya kak. Aku bingung nanti siapa yang akan masak menu sedangkan aku ngga punya referensi koki handal. Lagian aku uda tawarkan ke om Andika juga. Rencananya Sabtu ini dia mau lihat dulu", ujar Xena sambil memberikan buah apel yang sudah ia kupas kepada Pras.
"Kalau menurut aku si sayang aja kalau di lepas karena selain tempatnya strategis, kamu juga uda punya banyak pelanggan. Kalau kamu kerjasama dengan mama Yani gimana? Dia ada punya anak buah yang mungkin bisa bantu ngelola Resto kamu itu", ujar Pras dan membuat Xena bersemangat.
"Boleh tuh sayang. Aku tinggal kembalikan modalnya Wilma jadi full modalnya aku dan mama bantu aku kelola. Tapi om Andika gimana?", tanya Xena bingung.
"Gampang aja kok. Bilang aja terus terang sama om Andika kalau Resto nya ngga jadi kamu jual. Kamu uda dapat yang mau kelola. Nanti aku bantu omong", ujar Pras.
"Ya uda kamu yang bilangin om Andika ya", ujar Xena tersenyum lalu meletakkan pisau buah yang ia pegang.
"Mau kemana?", tanya Pras saat melihat Xena bangun dan berjalan ke arah dapur.
"Mau taruh pisau sama buang sampah ini. Kenapa?", tanya Xena.
"Buatin aku kopi ya", ujar Pras dan diangguki oleh Xena.
Xena berjalan ke arah dapur dan beberapa lama kemudian dia kembali dengan secangkir kopi ditangannya.
"Aku Uda telp om Andika tadi dan dia bilang it's ok kok. Lagian Tante Yuni juga ngga minat", ujar Pras.
"Kamu gercep juga. Ya uda jadi nanti kita tanya mama Yani ya", ujar Xena lalu duduk di samping Pras.
Pras merangkul bahu istrinya dan mencium sisi kening Xena.
"Sayang, Daddy tadi manggil aku ke rumah depan. Dia minta kita segera pindah ke rumah depan. Daddy sama Mommy rencananya bulan depan berangkat ke Eropa dan tinggal beberapa lama disana. Daddy bilang dia ada proyek yang akan dia kerjakan disana sambil berleha-leha. Kamu mau pindah?", tanya Pras sambil menatap wajah istrinya.
"Aku terserah sama kamu. Kamu kemana aku juga bakalan ikut kok", ujar Xena tersenyum.
"Aku tuh masih ngga enak sama Xavier kalau kita pindah ke rumah Daddy. Rumah itu lebih besar dari rumah Xavier", ujar Pras kemudian dia menyeruput kopinya dan setelah selesai, ditaruhnya cangkir kosong di atas meja.
"Loh kenapa sayang? Kan kak Xavier ngga picik kok orangnya. Kakak juga tahu kok rumah itu uda dibalik nama atas nama aku. Lagian kak Xavier dapat yang lebih banyak, dia menjadi CEO WD Group juga kan", ujar Xena sambil menatap wajah suaminya lembut.
"Aku ngerasa ngga nyaman aja. Tapi ya udahlah. Besok kita mulai berbenah, kita pindah ke rumah depan ya. Aku makin ngga enak nanti sama Daddy karena dia Uda minta gitu. Oh ya sayang. Rumah ini aku rubah lagi ya. aku bikin jadi 3 rumah", ujar Pras.
"Loh kalau rumah ini dibuat 3 ngga akan jadi kecil kak? Tau si anak kita ada 3", ujar Xena heran.
"Ngga lah. Kan hadiah kelulusan kamu Uda aku beliin juga. Rumah sebelah Uda dibalik nama juga atas kamu. Jadi nanti kita bisa buat rumah 3 yang sama untuk ketiga anak kita", ujar Pras lembut.
Xena membelalakkan matanya dan tersenyum. Xena langsung menghadiahkan Pras sebuah ciuman dibibirnya. Pras langsung tersenyum nakal kemudian dengan segera dibopongnya tubuh Xena memasuki kamar mereka. Selanjutnya seperti biasa, rutinitas kamar mereka kembali heboh.
Sebulan sudah Xena dan keluarga kecilnya tinggal di rumah Nathan Utomo yang telah dibalik nama atas nama Xena. Tiba saatnya hari yang merupakan hari paling menyedihkan untuk Xena dan Xavier karena mereka harus berpisah dengan Nathan dan Adelia. Sejak semalam, Xena sudah meminta untuk tidur bersama Adelia dan Nathan. Dia tidur dalam pelukan kedua orang tuanya.
"Mommy kalau sudah sampai jangan lupa vicall aku ya. Mommy juga juga harus selalu jaga kesehatan ya", ujar Xena dengan linangan air mata dan tangannya tidak lepas menggandeng tangan Adelia.
"Iya sayang. Mommy pasti akan sering vicall kamu ya. Nanti liburan panjang, kamu harus datang ke rumah Mommy di sana ya", ujar Adelia tersenyum.
"Daddy juga ya harus vicall aku juga", ujar Xena.
"Iya cantik pasti itu. Daddy juga pasti kangen lah sama kamu sekeluarga juga Xavier dan keluarganya", ujar Nathan sambil mengelus kepala Xena. Xavier tampak berlari mendekat dan kemudian dengan serta merta dia memeluk Nathan Utomo.
"Ya ampun kakak. Kamu lari-lari ya?", tanya Nathan sambil memeluk tubuh anak laki-laki nya.
"Aku kira aku ngga akan ketemu Daddy makanya aku lari. Anak dan istri ku sampai aku tinggal tadi. Hehehe. Itu mereka", ujar Xavier tersenyum.
"Astaga ... kamu. Jangan gitu kakak. Keluarga mu yang terpenting sekarang", ujar Adelia menasehati sambil memeluk putranya.
"Iya Mommy. Tapi Mommy dan Daddy sama pentingnya dengan mereka", ujar Xavier. Taklama Adriana dan kedua anaknya tiba dan dia langsung mencium tangan kedua mertuanya. Adelia memeluk Adriana erat.
"Mommy sehat terus ya dan Daddy juga jangan sering kerja sampai larut lagi ya", ujar Adriana lembut.
"Iya sayang", ujar Adelia dan Nathan tampak mengelus kepala menantunya lembut.
Taklama terdengar panggilan untuk penumpang pesawat yang akan dinaiki Nathan dan Adelia.
"Daddy sama Mommy jalan dulu ya. Jangan lupa sholatnya ya dan doa kan Mommy dan Daddy selalu ya", ujar Nathan.
"Tentu Daddy. Hati-hati ya. Love you so much Daddy", ujar Xavier memeluk Nathan erat. Mereka saling berpelukan bergantian. Terakhir Pras memeluk Nathan erat.
"Nanti kamu susul kami ke sana ya. Bakalan ada project juga untuk Lexi ya", bisik Nathan lembut. Pras mengangguk. Adelia memeluk menantunya erat.
"Jaga Xena ya Pras. Jangan pernah sakiti dia", ujarnya lembut.
"Tentu Mommy, tak akan pernah", ujar Pras. Nathan lalu menggandeng Adelia berjalan menuju pintu masuk diikuti pengawal utama mereka yang memilih untuk ikut pergi bersama mereka. Di depan pintu masuk, Nathan dan Adelia berbalik lalu melambaikan tangan mereka kepada keluarga mereka.
Selamat Jalan Nathan dan Adelia, berbahagialah kalian selalu dimana pun kalian.
Hai ... ini bab Terakhir dari kisah Nathan dan Adelia. Saya akan mempersiapkan novel yang akan menceritakan tentang cucu-cucu mereka si kembar, Mika dan Raffa dan Adik perempuan mereka sesegera mungkin ya ... bye
— Fin — Escribe una reseña