Rubi yang sudah biasa dijadikan seperti babu oleh Agnes hanya bisa memberikan senyuman kecil. Meski dia ingin menolak, dia tau kalau Nyonya Anti akan berusaha memaksanya. Dengan senyuman terpaksa, Rubi terus mengikuti mereka. Bahkan belanjaan yang ada di dalam pelukannya hanya semakin bertambah. Saat dia ingin beristirahat sebentar saja, Nyonya Anti atau Agnes pasti selalu saja memanggilnya berkali-kali.
"Kamu itu, kenapa lelet banget sih?" tanya Nyonya Anti yang memasang ekspresi penuh kekesalan. Agnes yang berdiri di belakangnya memberikan kekehan kecil. Tapi ketika Nyonya Anti melirik ke arahnya, kekehan tersebut segera digantikan oleh ekspresi yang polos.
"Jangan dimarahin, Tante. Nanti anaknya nangis lagi," ucap Agnes yang berbasa-basi. Nyonya Anti tau kalau Agnes tidak benar-benar melindunginya, karena itu dia tertawa cukup keras. "Oh, iya. Tante mau aku beliin minum nggak? Daritadi kan udah jalan terus, pasti Tante haus, kan?"