Descargar la aplicación
49.18% A SECOND CHANCE / Chapter 30: 30. A Second Chance - Two

Capítulo 30: 30. A Second Chance - Two



Saat ini Farel dan Claudya berada di ruangan Dhika begitupun Thalita. "Vino mengalami Amnesia Anterograde, mungkin kamu tau jenis amnesia apa itu, Claud." jelas Dhika membuat Claudya mengangguk seraya menggenggam tangan Farel. "terjadi cendera pada otaknya, ada peradangan pada jaringan otak. Kejadian ini sering terjadi pada pasien yang mengalami trauma atau kecelakaan yang membuat cendera pada jaringan syaraf otak."

"Apa ingatannya akan kembali?" Tanya Farel,

"Tergantung, bagaimana kinerja otaknya dalam mengembalikan memorinya. Semuanya butuh waktu, Vino harus sering control pada dokter Anwar spesialis jaringan syaraf otak. Dia akan membantu menyembuhkan Vino." ucap Dhika.

"Lakukan saja yang terbaik untuknya, Dhika." ucap Thalita,

"Benar kata Thalita, gue percaya sama loe." ucap Farel,

"Akan gue usahakan yang terbaik untuk Vino," ucap Dhika.



Leonna dan Verrel sampai di kamar mereka, Leonna mengambil duduk di sisi ranjang. "kasihan Chella" gumamnya.

"Bukankah cinta itu butuh perjuangan," ucap Verrel beranjak menuju kamar mandi.

"Tapi kenapa Abang hanya lupa pada Chella." ucap Leonna kembali merenung tetapi tak ada jawaban dari Verrel. "Kak," panggil Leonna tetapi tak ada sahutan, ternyata Verrel sudah masuk ke dalam kamar mandi. "ihh nyebelin, orang lagi ngomong juga," gerutu Leonna beranjak menuju kamar mandi.

Brak

"Kakak, ke-," ucapan Leonna tertahan saat melihat Verrel sudah bertelanjang tetapi masih memakai cdnya.

Seketika wajah Leonna memerah dan malu sendiri. "Aaaa," Leonna langsung berbalik memunggungi Verrel dan menutup wajahnya sendiri.

Verrel malah tersenyum melihat Leonna yang terlihat malu. "Ke-kenapa ng-nggak pa-pakai ba-junya." cicit Leonna terbata-bata.

Verrel malah sengaja berjalan mendekati Leonna. "kenapa?" bisik Verrel tepat di telinga Leonna membuatnya kegelian karena terpaan nafas Verrel. Leonna hanya bisa menggingit bibir bawahnya. "ada apa? Mau mandi bersama?" pertanyaan Verrel membuat Leonna terpekik dan langsung berbalik dan melotot ke arah Verrel.

"Ihh Kakak mesum," Leonna memukul dada bidang Verrel dengan spontan membuat Verrel tak mampu menahannya, hingga keduanya jatuh ke lantai dengan posisi Leonna berada di atas tubuh Verrel.

Keduanya saling beradu pandang dan terkunci. Baik Leonna maupun Verrel tak ada yang mampu mengalihkan pandangannya. "Aaaaaaa!!" pekik Leonna segera berdiri dan menjauh membuat Verrel ikut bangun dan duduk.

"I-itu apa Kak, kok ada yang nusuk-nusuk perutku," cicit Leonna dan pandangannya turun ke bawah pinggang Verrel. Verrel tertawa melihat wajah Leonna yang bingung dan malu. Ia berjalan mendekati Leonna.

"Mau berkenalan dengannya," bisik Verrel membuat Leonna semakin meremang dan gugup. Verrel membelai kedua pipi Leonna dengan lembut.

"K-ak aku takut," cicit Leonna menggigit bibir bawahnya.

"Jangan menggigitnya," Verrel mengusap bibir Leonna dengan ibu jarinya. "aku akan memperkenalkannya kembali dengan sangat lembut dan dengan kesadaran penuhmu." ucap Verrel membuat Leonna menelan salivanya sendiri. "kamu mau?" Tanya Verrel masih terkunci dengan mata indah Leonna.

Perlahan Leonna menganggukkan kepalanya yang seakan terhipnotis oleh mata biru tajam milik Verrel. Perlahan Verrel mengecup bibir Leonna dan mengusap kembali bibir Leonna dengan ibu jarinya. "ini sudah menjadi candu buatku," ucapnya seakan tak ingin menahan apapun lagi yang ada di dalam hatinya.

"Semuanya milikmu, Kak." cicit Leonna dengan pandangannya yang masih terkunci dengan mata Verrel. Verrel tersenyum kecil, dan kembali mencium bibir Leonna. Perlahan Leonnapun membalas ciuman Verrel dan mengalungkan kedua tangannya di leher Verrel, memberi luang untuk Verrel supaya lebih leluasa mencecap bibir Leonna. Verrel bahkan mengabsen satu persatu deretan gigi Leonna.

Leonna melenguh panjang saat tangan Verrel menyusup ke balik t-shirtnya dan memainkan bagian sensitivenya. Verrel melakukannya dengan sangat sangat lembut, seakan Leonna adalah sesuatu yang rapuh dan akan pecah kalau tidak di perlakukan dengan lembut. Leonna sangat terbuai dengan apa yang Verrel lakukan padanya. Ini sensasi yang baru baginya, karena saat pertama kali mereka melakukannya. Leonna tak sadar dan tidak tau apa yang dia rasakan, hanya rasa sakit di bagian intimnya saat terbangun.

Kini ciuman Verrel mulai turun ke pipi dan rahangnya, dan terus turun ke leher jenjang putihnya. Leonna menengadahkan kepalanya seakan memberi luang untuk Verrel dan meremas rambut Verrel dengan kesepuluh jari tangannya. Desahan Leonnapun lolos saat Verrel menggigit kecil lehernya. Verrel menyukai suara desahan Leonna yang terdengar begitu merdu di telinganya dan itu mampu membuat hasratnya semakin naik.

Leonna sedikit risih dengan sesuatu yang menusuk perutnya. "K-kak kenapa nusuk terus itunya," ucap Leonna lirih dan Verrel hanya tersenyum kecil dan kembali mencecap tubuh Leonna. Bahkan T-shirt Leonnapun sudah terlepas entah sejak kapan.

Verrel menarik Leonna ke dekat shower, saat ini hanya tersisa pakaian dalam saja yang menempel di tubuh Leonna. Verrel tak melepas tatapan mereka sampai air dari showerpun menerpa tubuh keduanya. Terlihat senyuman menawan milik Verrel membuat Leonna berkali-kali menelan salivanya, melihat air menetes membasahi tubuh kekar Verrel, itu terlihat sangat seksi bagi Leonna. Bahkan ia terang-terangan menatap tubuh kekar di hadapannya dengan tatapan kagum.

"Semuanya milikmu," bisik Verrel membuat Leonna kembali menatap manik mata Verrel yang berbinar indah. "Sentuhlah,"

Leonna kembali menelan salivanya sendiri dan perlahan kedua tangannya terangkat untuk menyentuh dada bidang itu, ia merasakan keras dan lembutnya kulit Verrel. Darahnya terasa berdesir hebat saat ia menyusuri tubuh Verrel.

Verrel menarik sebelah tangan Leonna dan menempelkannya di bibirnya, ia mengecupinya dengan lembut membuat Leonna tersenyum senang. Perlahan ciuman Verrel merambat naik ke pergelangan tangannya, naik lagi ke bagian lengannya. Leonna hanya mampu memejamkan matanya merasakan gelenyar aneh ini, sungguh membuat bulu-bulunya meremang.

Kini ciuman Verrel sudah menuju ke dadanya, dan perlahan sebelah tangannya melepaskan pengait dari kain putih berenda itu hingga jatuh ke lantai marmer dan dingin. Ia melepas ciumannya dan menatap binar pemandangan indah di depannya, bahkan di bagian atasnya sudah terdapat beberapa tanda kepemilikannya yang dia ukir dan itu membuatnya bangga. Karena akhirnya dia memiliki istrinya.

Verrelpun mulai menangkup dan memainkannya dengan mulutnya, Leonna meremas rambut Verrel diiringi erangannya. Sebelah tangan Verrel mengusap perut rata Leonna, dan perlahan turun ke bawah masuk ke dalam kain segitiga yang masih menempel di tubuh Leonna. Ia mencari sesuatu yang mampu membuat Leonna semakin terbakar gairah begitu juga dengan dirinya.

Setelah puas di bagian itu, Verrel lalu berjongkok di depan Leonna membuat Leonna mengernyitkan dahinya bingung. Matanya sudah berkabut dan menggelap karena gairah. Verrel hanya menampilkan senyuman khasnya dan melepas kain terakhir yang menempel di tubuh Leonna, "indah," gumamnya membuat Leonna tersipu malu.

Ia mulai mendekatkan wajahnya dan menciuminya membuat tubuh Leonna semakin bergetar hebat, erangan demi erangan lolos dari bibir mungilnya. Leonna merasakan ada gelenyar aneh yang menyerang tubuhnya. Perlakuan Verrel benar-benar membuatnya merasakan hal baru, sesuatu yang baru dan begitu indah. Leonna berteriak memanggil nama Verrel dan mencengkram kuat rambut Verrel saat dia mendapatkan pelepasan pertamanya, Verrel kembali berdiri dengan senyumannya.

"Kamu menyukainya?" bisik Verrel,

"Emm, i-iya." Cicit Leonna masih mengatur nafasnya yang terengah.

Verrel merengkuh tubuh Leonna dan menyandarkan punggung Leonna ke dinding kamar mandi, ia kembali mengecupi leher dan pundak polos Leonna sambil melepaskan sisa kain yang ada di tubuhnya hingga bukti gairahnya terpangpang jelas dan itu membuat Leonna melotot sempurna. Ini pertama kalinya ia melihat itu, ia juga meringis melihat ukurannya yang begitu besar.

"Jangan takut," bisik Verrel mulai memposisikannya dan perlahan menyatukan tubuhnya dengan Leonna. Leonna menjerit kecil saat merasakan sakit dan perih tetapi lama kelamaan sudah mulai biasa. Verrel mengangkat kedua kaki Leonna hingga Leonna mengalungkan mengalungkan kedua tangannya di leher Verrel. Ia hanya mampu meremas rambut Verrel dengan erangan lembutnya dan menikmati apa yang Verrel lakukan.



Leonna terbangun dari tidurnya saat cahaya matahari menerobos ke celah jendela. Ia tersenyum saat melihat wajah tenang Verrel yang terlelap di sampingnya. Kepingan bayangan semalam terus berputar di kepalanya, bahkan mereka melakukannya berkali-kali. Pipi Leonna langsung memanas mengingat kejadian semalam. Ia menyampingkan tubuhnya ke arah Verrel, sebelah tangannya terangkat untuk membelai pipi Verrel. Ia terus memandang wajah Verrel yang sangat menggemaskan, seakan itu adalah rutinitas barunya setiap pagi. Memandangi wajah suaminya sendiri yang terlelap.

"Sampai kapan mau memandangiku?" ucapan Verrel membuat Leonna kelabakan dan mengigit bibir bawahnya. "Jangan menggigitnya," ucap Verrel seraya membuka matanya.

"Kenapa?" Tanya Leonna dengan kernyitannya.

"Karena itu membuatku ingin ikut menggigitnya," ucap Verrel mengusap bibir Leonna dengan ibu jarinya membuat Leonna tersenyum senang. "katakan, apa semalam aku menyakitimu?" Tanya Verrel dan Leonna menggelengkan kepalanya.

"Rasanya tak sesakit sebelumnya," cicit Leonna.

"Maaf," ucap Verrel dan Leonna kembali menggelengkan kepalanya.

"Aku yang harusnya meminta maaf, karena tidak melakukan kewajiban seorang istri."

"Tidak apa-apa," jawab Verrel merapihkan rambut Leonna yang terlihat berantakan. "kemarilah, aku masih mengantuk." Verrel menarik Leonna ke dalam pelukannya agar tubuh mereka menempel.

"Kak,"

"hm,"

"Itunya nusuk lagi," ucapan polos Leonna membuat Verrel terkekeh.

"Sepertinya dia mau sarapan," Leonna mengernyit bingung.

Cup

"Jangan memasang wajah seperti itu. Bagaimana kalau mandi bareng lagi?" ucap Verrel mengedipkan sebelah matanya membuat Leonna melongo.

"Ihh Kakak mesum," Leonna mencubit pinggang Verrel dengan tersipu.

"Mesum sama istri sendiri kan halal," kekeh Verrel.

"Mesum yah mesum saja, dasar mesum." Leonna kembali mencubit perut Verrel. "dasar mesum, nih rasakan yah." Leonna terus mencubit Verrel membuatnya mengaduh. Sampai Verrel merubah posisinya menjadi di atas tubuh Leonna, dan barulah Leonna diam.

"Kali ini terima pembalasanku gadis nakal," Verrel langsung menciumi leher Leonna membuat Leonna tertawa karena Verrel menggelitik lehernya.

"Hahaha,, geli Kakak," tawa Leonna. Tetapi Verrel tak menghiraukannya dan terus melakukannya, hingga cukup lama hanya mengecupinya membuat Leonna tak merasakan kegelian lagi tetapi merasakan hal yang lain.



Chella masuk ke dalam ruang rawat, terlihat Vino tengah memainkan handphonenya. Terlihat juga Thalita di sana tengah memeriksa Vino. "Pagi tante, pagi Abang," sapa Chella membuat Vino menengok begitupun Thalita.

"Pagi Sayang, ayo masuk." ucap Thalita,

"Kamu temannya Leonna yah, yang kemarin. Siapa namanya?" ucap Vino membuat hati Chella terhimpit.

"Michella," ucap Thalita.

"Oh iya benar," ucap Vino tersenyum manis ke arah Chella. 'Bahkan namaku saja, tidak bisa Abang ingat.' Batin Chella dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ada apa sayang?" Tanya Lita,

"I-ini tante, Chella bawain sarapan untuk Abang. Kebetulan Chella masuk kuliah siang." ucap Chella dengan senyumannya.

"Bunda, berarti Leonna juga sudah kuliah sekarang?" Tanya Vino,

"Iya Vino, Leonna sekarang sudah semester 4." ucap Lita,

"Ah, tidak terasa. Banyak yang Vino lupakan ternyata, aku kira Leonna masih SMA." ucap Vino, 'iya abang, bahkan akupun abang lupakan.' batin Chella,

"Sudah jangan terlalu di paksakan untuk mengingatnya. Bunda sudah sangat lega mengetahui kamu selamat dari kecelakaan ini." ucap Thalita. "baiklah, bunda tinggal dulu yah. bunda harus memeriksa pasien lain," Thalita berlalu keluar kamar, dan kecanggungan menghinggapi Chella dan Vino.

"A-abang mau makan?" Tanya Chella,

"Tidak, simpan saja makanannya." Vino memang mengatakannya dengan ramah, tetapi ramah terhadap orang lain.

'Bagaimana cara aku mendekatimu, Bang.' batin Chella berjalan menuju meja di samping brangkar dan menyimpan makanan bawaannya.

"Abang merasa sepi tidak? Aku temani disini yah." ucap Chella memperlihatkan senyuman terbaiknya.

"Tidak perlu, aku tidak mau merepotkanmu. Makasih yah sudah mau menengok," ucapan Vino membuat hatinya semakin sakit. Chella hanya bisa tersenyum masam dan beranjak pergi meninggalkan ruangan.

"Emm, kalau aku datang lagi tidak masalah kan?" tanya Chella membuat Vino tersenyum hingga menampilkan lesung pipitnya.



Saat ini Chella, Datan dan Leonna tengah duduk di kursi taman tempat mereka berkumpul. Hanya Leon yang tak terlihat. "Ona, tumben panas-panas gini pake syal," ucap Datan.

"Suka-suka gue lah," ucap Leonna cuek dan menikmati cemilannya. Tetapi seketika Datan menariknya membuat Leonna terjangkit kaget.

"Wow!" pekik Datan,

"Ihhh Kunyuk sialan,, balikin." amuk Leonna.

Datan kabur seraya membawa syalnya membuat Leonna mengejar. Mereka saling kejar-kejaran mengelilingi kursi taman yang Chella duduki membuat Chella terkekeh melihat tingkah mereka.

Pletak

"Adawwww jidat gue," pekik Datan mengaduh karena Leonna melempar sepatunya hingga mengenai jidat Datan.

"Rasain," celetuk Leonna dan mengambil syalnya dan memakainya kembali.

"Dasar gendeng loe, jidat gue nih bukan penyimpanan sepatu," celetuk Datan membuat Chella terkikik melihatnya.

"Cieee, udah enaena," goda Chella.

"Apaan sih," ucap Leonna malu-malu.

"Loe kagak pantes so malu-malu gitu kayak putri kraton," celetuk Datan masih mengusap jidatnya. Membuat Leonna meleletkan lidahnya.

"Ceritain dong ngapain aja kalian. Kan penasaran gue," ucap Datan.

"Kope loe," celetuk Chella,

"Gak apa-apa kan buat pelajaran, jadi pas gue enaena gak keliatan amatir dan ketauan masih perjaka." bisik Datan membuat Leonna dan Chella tertawa.

Chella merasa terhibur saat berada di samping Datan dan Leonna. Mereka berdua mampu menghibur hatinya yang gundah gulana.

Tuhan menghadirkan pelangi untuk keindahan langit. Maka tuhan juga menghadirkan sahabat untuk keindahan hidup manusia.

"Loe tau gak sih, ya tuhan kak Verrel. Emmmm menggiurkan," ucap Leonna berlebihan. "roti sobek sobek, kotaknya ada enam lho. Tiga di kiri dan tiga di kanan." ucap Leonna dengan polosnya. "Gue menyentuhnya dan membelainya, terasa keras dan lembut, itu sungguh seksi."

Leonna tersenyum sambil membayangkannya. "Pokoknya gue meleleh saat melihat tubuh kak Verrel yang banyak kotak-kotaknya, terus putih bersih gak ada bekas luka."

"Kayak hulk gitu kotak-kotak," celetuk Chella.

"Nggak hulk juga kali," celetuk Leonna menyentil kening Chella.

"Sakit, Ona." keluh Chella mengusap keningnya.

"Badannya mirip superman yang ada di film superman vs batman. Tubuhnya kayak gitu kekar, perkasa, gagah dan ahhh ya tuhan gue benar-benar jatuh cinta padanya." ucap Leonna sangat berlebihan dan terlihat histeris. "Gue nyesel kenapa gak dari dulu ngelakuin Naena."

"Asyem," celetuk Chella membuat Datan terkekeh.

"Mirip yang nyanyi lagu astuti yah," celetuk Datan.

"Agung Hercules dong, hahaha," tawa Chella pecah.

"Dasar kunyuk sialan, nggak mau pokoknya kak Verrel itu mirip superman. Superman yang sudah memporak porandakan hati aku," ucap Leonna lebay

"Pret," ucap Datan dan Chella tertawa puas.

"Loe tau, dia terus bergumam mencintaiku sambil nyium bibir, leher dan itunya aku lho," ucapan Leonna vulgar membuat Chella dan Datan melongo.

"Mupeng loe Chell," ledek Datan dan itu berhasil membuat Leonna dan Datan tertawa puas.

"Sialan kalian," celetuk Chella.

"Pokoknya, sentuhannya, belaiannya memabukkan jiwa raga gue."

Pletak ... Kali ini Chella yang menyentik kening Leonna, membuatnya mengaduh kesakitan. "cuci otak loe sono, belum mandi besar loe yah. Makanya tuh isi kepalanya penuh dengan hal hal mesum." ucap Chella.

"Udah kok, tapi kan kebayang-bayang terus bikin gue ketagihan," ucap Leonna tak tau malu.

"Hahah si Ona bener-bener tersengat virus mesum, Ona alias Otak Naena."




next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C30
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión