LUO YAN menatap pria muda yang tinggi yang berdiri di depan paviliun. Ia mengenakan mantel trench biru tua di atas baju turtle-neck krem berlengan panjang dan jeans hitam yang sudah pudar. Dengan rambutnya yang sedikit terhembus angin dan sepasang mata birunya yang mengejutkan, ia tampak seperti bintang yang baru saja keluar dari layar film.
Hati Luo Yan yang sudah berdetak cepat kini berdetak semakin kencang. Ia tidak tahu mengapa. Ia bahkan tidak bisa menunjuk alasan spesifik untuk itu. Bisakah itu karena ia tidak terbiasa melihatnya secara nyata? Lagi pula, hampir semua interaksi mereka telah berada di dalam game. Itu benar-benar satu-satunya alasan yang bisa ia pikirkan.