"""
Qiao An memandang Ze'en. Ia heran bagaimana waktu telah mengasah sifat Ze'en. Ia tak lagi semaunya dan penuh rahasia. Sebaliknya, ia menjadi masuk akal.
"Ze'en. Kamu sudah dewasa," pujilah Qiao An.
Air mata menggenang di mata Ze'en. Ia menyeruput kopi dan tersedak. "Qiao An, terima kasih. Terima kasih telah melupakan masa lalu dan menyelamatkan ibu dan kakakku dua kali."
Qiao An berkata, "Aku bukan Bunda Maria yang begitu mulia. Meski aku menyelamatkan mereka, aku tidak banyak berpikir tentang itu. Kamu tidak usah berterima kasih padaku."
Ze'en menatap Qiao An. "Jika orang lain, mungkin tak apa melakukan ini. Tapi kamu berbeda. Lagipula, mereka pernah melukaiku dengan sangat kejam."
Qiao An tersenyum. "Yah, jika kamu mengundangku hari ini untuk berterima kasih, aku terima."
Ze'en menundukkan matanya namun berkata canggung, "Sebenarnya, aku tidak memanggilmu hanya untuk berterima kasih."
Qiao An terkejut. "Apa lagi?"