```
Saya menatap Selene dengan terkejut, emosi bergolak dalam diri saya seperti laut dalam badai. Panas yang menyengat memflush kulit saya, keringat bermunculan di sepanjang garis rambut saya. Kaki saya gemetar, dunia nampak berayun dengan tak menentu, dan saya mencengkeram bulu Selene, keberadaannya yang kokoh itu menjadi satu-satunya penguat diri saya.
"Apakah kamu..." saya menelan dengan berat, kata-kata tercekat di tenggorokan saya. "Apakah kamu serigalaku?"
Pertanyaan itu terasa absurd begitu keluar dari bibir saya, menentang logika dan alasan. Namun, saat Selene membersihkan diri, tatapannya bersinar dengan sebuah kecerdasan yang melebihi hewan biasa, tawa histeris tiba-tiba meletus dari dalam diri saya.
"Serigalaku adalah seekor husky," saya terengah-engah di antara tawa yang tercekat. "Bagaimana bisa begini terjadi?"