Penyesalan adalah hal yang jarang dirasakan oleh seorang Gojo Satoru. Sebagai seorang sorcerer dari klan gojo yang terakhir, Satoru tumbuh sebagai seorang pria dengan harga diri tinggi. Dia tidak mampu menerima apa yang disebut penyesalan terutama atas apa yang telah diputuskannya.
"Hm? Pernikahan politik?" Satoru memiringkan kepalanya, senyumannya yang lebar terpampang jelas.
Dia tertawa kocak.
"Ahahahahahah"
Matahari yang cerah bersinar di langit biru. Dalam bagunan tempat berkumpulnya para klan terkuat, vonis mengejutkan di putus kan secara tiba-tiba.
"Klan Violetta dan klan Gojo akan disatukan demi menjaga garis keturunan masing-masing"
Satoru yang dinikahkan secara paksa tidak melawan. Anehnya dia cukup tertarik dengan kondisi ini. Dia ingin melihat bagaimana semua ini akan berjalan.
"Eeeehhhh!!!!! Gojo-sensei akan menikah?????" Yuuji tercengang, bukan hanya dia namun dua orang temannya juga membeku.
"Pria seperti mu bisa menikah?" Nobara menatapnya dengan tatapan "apa iya?"
Sedangkan Megumi lebih terlihat lebih tenang "pasti kau memiliki alasan"
Satoru terkekeh "ya... Ini hanyalah pernikahan politik"
Dia dengan santainya membawa ketiga muridnya ke dalam kediaman Violetta. Bangunan sederhana yang terlihat hangat segera memasuki pandangan mereka.
Satoru menaikkan sebelah alisnya "oh... Rumah ini tidak memiliki pelindung ataupun penghalang"
Megumi mengerutkan keningnya "artinya mereka cukup percaya diri untuk menjaga garis wilayah mereka"
Satoru terkekeh "ayo masuk"
Pria itu melangkahkan kakinya yang panjang, dengan santainya mengetuk pintu kediaman keluarga Kuno itu.
"Yaho~ permisi!!!!"
Suaranya yang ceria bergema.
Ketiga muridnya yang telah terbiasa hanya menatapnya tenang. Yuuji mendekati gurunya itu "sensei apakah itu sopan?"
Satoru dengan santainya berkata "lagipula kita harus mengetuk nya keras agar orang di dalam mendengarnya"
Megumi menatap yuuji yang menganggukkan kepalanya paham. Dia dengan tenang menekan bel.
Nobara memiliki wajah poker.
'Gini amat punya guru'
Pintu kayu yang semula tertutup perlahan-lahan terbuka, sesosok anggun wanita cantik terlihat dengan jelas, rambut panjang perak terlihat menawan dengan mata merah Ruby yang berkilau.
"Ah..... Gojo saturo? Dan... Kutebak ini adalah siswa mu bukan? Silahkan masuk"
Yuuji, nobara, dan Megumi tercengang. Satoru di sisi lain memiliki wajah tenang seolah-olah sudah mengetahui wajah calon istrinya itu.
"Permisi atas gangguannya~" Pria itu tanpa ragu-ragu memasuki rumah keluarga Violetta yang sakral itu.
Anehnya udara luar yang dingin disekitar nya berubah menjadi hangat seolah-olah memeluknya dengan rasa aman.
"Oh? Aku tidak pernah tahu ada teknik kutukan seperti ini, Nona Violetta"
Gadis cantik itu tertawa "panggil saja aku Alena" Dia menuntut mereka ke ruang tamu.
"Keluarga Violetta adalah keluarga misterius. Tidak ada yang mengetahui keberadaan kami selain dari pada para petinggi. Teknik kutukan yang diturunkan kepada kami sendiri bukanlah teknik biasa" Alena menjelaskan dengan ramah.
Satoru terlihat tertarik "kutebak kalian memiliki sumber kutukan yang unik?"
Alena tersenyum ramah, sesaat setelah mereka duduk di sofa secara tiba-tiba teko teh dan kue kering bertebaran dan tersusun rapi di meja.
"Biasanya 100 tahun sekali, seorang dari garis keturunan kami akan lahir dengan kekuatan misterius yang tidak terbatas"
Yuuji menatap kejadian di depannya dengan shock "tidak mungkin!!!"
Bukankah itu artinya dia adalah orang terkuat?
Satoru terdiam. Dia terkejut.... Kekuatan tidak terbatas?
Megumi melirik gurunya sekilas "lantas apakah kalian menggunakan nya sebagai sumber kekuatan? Bagaimana caranya?"
Alena tersenyum"kalian merasakannya bukan? Energi yang mengalir dengan hangat di rumah ini adalah miliknya. Biasanya dia akan menyuntikkan aliran kekuatannya ke dalam rumah. Keluarga yang ada di rumah bisa menggunakan aliran itu hingga dia kembali pulang"
Nobara tercengang "ini teknik kutukan? Kenapa rasanya berbeda?"
Alena tertawa lucu"itulah kemampuan dari Violetta"
"Apakah ini milikmu?" Satoru menatap nya dengan serius.
"Tidak" Jawab Alena dengan senyuman lebar.
"Ini milik putriku, Aloni" Ucapnya dengan penuh kasih sayang.
___________________________________
"Luar biasa" Yuuji bergumam, dia menatap bingkisan kue kering di tangannya dengan takjub.
"Sensei... Kau tidak bisa lari" Megumi dengan santainya memakan kuenya.
Nobara mengangguk "dia memiliki putri yang kuat"
Satoru tertawa dan membawa murid-murid nya pulang. Kata-kata Alena sebelum mereka pergi terngiang-ngiang di kepalanya.
"Aku akan mati ketika putriku menginjak usia 20 tahun" Alena berkata dengan ramah.
Satoru yang telah mengeluarkan semua muridnya dari ruangan itu terkejut.
"Oh?"
Alena menjelaskan dengan senyum lebar "yah daripada disebut dengan kematian aku akan menghilang. Apakah kau tahu kenapa klan Violetta memiliki jumlah anggota yang sedikit?"
Satoru mengernyitkan keningnya "aku mendengar bahwa pewaris Violetta akan membunuh keluarganya ketika dia mencapai usia dewasa"
"Omong kosong" Alena mencibir
"Alasannya karena anggota utama dari klan Violetta akan berubah menjadi roh penjaga demi sang pewaris dan kini hanya tertinggal aku dan putriku, sang pewaris keluarga"
Satoru terkejut "apakah ada hal seperti itu?"
Alena tertawa "itu memang benar. Lagipula aku sudah berumur 70 tahun. Sudah waktunya aku untuk mati"
Lagi-lagi Satoru merasa terkecoh "aku menikahi nenek-nenek?!"
Alena terkekeh "yah mereka tidak mengetahui hal itu. Lagipula wajah ku memang agak menipu"
Saturo merasa rumit, bagaimana tidak? Dia akan menikahi nenek-nenek yang akan meninggal sebentar lagi.
"Ini mungkin terdengar tiba-tiba tetapi aku ingin meminta sesuatu darimu sebagai calon istrimu" Alena menatapnya serius.
"Apa itu?"
"Kumohon jagalah putrimu, Aloni"
________________________________________
Hari pernikahan akhirnya tiba!
Hari yang dinanti-nanti semua orang akhirnya!
Pewaris keluarga gojo akan menikah dengan kepala keluarga Violetta!
Semua tetua berharap bahwa keduanya akan memiliki seorang pewaris yang mewarisi kedua kekuatan orang itu, tanpa mengetahui bahwa Alena akan mati dan kekuatan sebenarnya ada di tangan putrinya Aloni.
Satoru yang akhirnya memegang tangan istrinya merasa rumit di kala pendeta mengucapkan "kau bisa mencium pengantin mu"
Yah... Dia hanya bisa memberikan ilusi bahwa dia menciumnya di kening.
Satoru menghela nafas lega, dan membawa Alena untuk berdansa. Namun sepertinya Alena memilih pikiran lain
"Putriku akhirnya datang!!!" Wanita itu dengan bahagia melepaskan suami barunya itu dan berlari menuju pintu. Semua orang terkejut dengan tindakannya.
Pintu bangunan yang sebelumnya terkunci rapat dengan penghalang kuat tiba-tiba hancur.
Sesosok gadis anggun terlihat di depan mata mereka, mata birunya terlihat dalam layaknya lautan biru yang berbahaya. Rambut semerah darah itu bergoyang lembut layaknya gelombang.
Kecantikan yang benar-benar mematikan. Aura dingin dari tubuh gadis itu menyeruak bagaikan es. Tidak ada yg bisa bergerak, bahkan Satoru hampir tercekik.
"Aloni sayang"
Fokus semua orang teralihkan ke arah Alena yang terbalut gaun pengantin nya. Semua orang berpikir bahwa tamat sudah kehidupan gadis itu.
Setidaknya sampai suhu di sekitar mereka berubah menjadi kehangatan musim semi.
Aloni yang dipanggil Alena mendekati sosok ibunya dan memeluknya. Pintu yang sebelumnya hancur kembali seperti semula seolah-olah tidak pernah dihancurkan.
Suasana dingin mencair.
Semua orang saling memandang kebingungan.
Siapa gadis itu?
"Ibu..... Kenapa kau tidak memberitahu ku?" Aloni menggertakkan giginya dengan dingin.
"Siapa bajingan yang menikahimu?" Katanya dengan tajam.
Bulu kuduk Satoru menggigil mendengarnya.
Alena terkekeh dan membawa Aloni mendekati suaminya.
"Aloni sayangku... Perkenalkan ini Gojo Satoru, ayah tirimu. Sebaik nya perlakukan dia dengan baik"
Aloni yang mendengar perintah ibunya menghela nafas. Dia menatap tajam ke arah para tetua dengan benci seolah-olah tahu rencana mereka untuk mengikat keluarganya.
Mata birunya bertemu mata permata langit sang ayah tirinya.
"Halo... Namaku Aloni"
Satoru terpesona. Detak jantung nya berdetak kencang di kala matanya melihat keindahan gadis itu. Namun dia berpikir itu hanyalah ilusi keterkejutan.
Pria itu tersenyum "halo putriku"
Aloni menatapnya datar, ibunya segera menarik tangannya.
"Sayang ayo menari?"
Pesta itupun kembali meriah ketika keduanya mulai berdansa bersama. Semua orang akhirnya mengetahui identitas gadis itu.
Dia adalah sang "pewaris" Yang seharusnya dinikahi Satoru. Namun....
"Si*l wanita itu menipu kita" Salah satu tetua bergumam.
Tidak disangka. Alena bergerak cepat dan melamar diluan, tidak bisa dibayangkan dia telah mengetahui skema mereka.
Yaitu untuk menggabungkan kekuatan kedua orang itu dan merebutnya.
Dan Alena yang merupakan keluarga utama ke dua akan mati untuk menjadi roh penjaga Aloni. Tentunya setelah itu Satoru tidak akan sempat untuk memiliki keturunan.
Para tetua dengan cepat memikirkan rencana untuk menemukan solusi namun tiba-tiba saja.
'Sssswiiing!'
Beberapa pisau meluncur ke arah tenggorokan mereka.
"Ugh!"
Rasa sakit yang tajam membuat mereka semua meringis. Mata biru bercahaya menggetarkan tubuh mereka dengan penuh ketakutan.
"Masih memikirkan skema jahat?"
Gadis itu tertawa layaknya psikopat.
"Tidak... Kami mohon tidak lagi!!!!!"
Teriakan histeris mereka akhirnya berakhir ketika mereka terbangun.
Itu tentunya bukan mimpi karena.... Lihatlah! Luka perban di leher mereka nyata.
Sensasi kematian itu juga nyata.
Orang-orang disekitar para tetua menatap mereka kebingungan.
"Ada apa?"
Para tetua menyentuh leher mereka namun...
Apa?
Tidak ada perban?!
Satoru disisi lain melirik putrinya dengan ketertarikan.
Teknik kutukan apa itu?
Dia telah menyaksikan nya untuk pertama kalinya benar-benar tertarik.
Aloni yang tengah berdansa dengan ibunya menyadari lirikannya. Ke empat mata itu sekali lagi bertemu di udara.
____________________________________
"Hati-hati!" Aloni dengan lembut menggendong ibunya yang tergelincir. Dia meletakkan wanita yang kehilangan pandangannya itu di sofa.
"Maaf merepotkan mu Aloni" Kata Alena dengan rasa bersalah.
Ini sudah 3 bulan sejak dia menikahi Satoru. Tubuh Alena perlahan-lahan melemah. Dia telah kehilangan matanya dan indra perasanya. Meskipun begitu tidak ada rasa sakit apapun di tubuhnya.
"Dimana ayah?" Aloni menatap sekitarnya dengan tajam.
"Kau tahu bahwa dia sibuk dengan urusan sekolah" Kata Alena lembut.
"Ibu...." Aloni menghela nafas.
"Ibu tidak mencintai Satoru. Itu memang benar. Semua ini demi melindungi dirimu. Ibu ingin setidaknya pria itu menjagamu hingga kau menemukan cinta mu. Bahkan jika kau suka pada Satoru, ibu menjamin bahwa dia belum pernah menyentuh ibu ataupun mencium ku" Alena lagi-lagi memulai menjodohkan mereka.
Aloni mengerang "dia suami ibu"
"Suamiku hanyalah ayah kandung mu"
"Lalu mengapa kau menikah dengan dia?"
"Saat itu dia akan dilamar oleh Utahime, kau belum berusia 18 tahun jadi aku harus mengamankan pria itu"
Aloni menepuk jidat ibunya "ck aku tidak akan mengambil pria itu"
Aloni dan Alena tidak menyadari bahwa sedari tadi Satoru telah mendengarkan pembicaraan mereka dengan shock berat.
Satoru merasa tertipu. Dia ingin menyela keduanya setidaknya hingga sebuah pemandangan membuat nya membeku di tempat.
Tidak bisa Aloni sangka bahwa hari itu adalah hari terakhir dia dan ibunya berbincang. Dia perlahan-lahan menyaksikan ibunya yang menghilang menjadi sekumpulan cahaya tanpa ekspresi.
Gadis itu bergumam lembut "aku akan merindukan mu ibu"
Aloni melirik pohon raksasa di depannya "keluarlah ayah"
Satoru yang bersembunyi tertawa garing"bagaimana kau tahu?"
Aloni berkata dengan tenang "aku mengetahui keberadaan apapun di wilayah ku"
Satoru tersenyum santai"ibumu meminta ku untuk menjagamu"
Aloni menghela nafas "itu terserahmu untuk mengikutinya atau tidak"
"Lagipula aku bisa melindungi diriku"
Sejak kematian Alena, kedua orang itu pun berusaha untuk menjaga "kekeluargaan mereka"
Meskipun itu agak sulit namun sepasang anak dan ayah itu berusaha keras untuk akrab dengan satu sama lain.
"Uh... Aloni-chan.... Aku tidak sengaja meledakkan kompornya lagi" Satoru menggaruk kepalanya dengan senyuman.
Well dia tidak sengaja memaksimalkan daya apinya.
Aloni yang tengah menyelesaikan pr nya menghela nafas. Dia mengeluarkan sapu tangannya dan mengusap wajah pria itu dengan lembut.
"Biar aku yang memasak" Katanya lembut.
Satoru membeku.
Aloni yang melihat keanehan nya menyadari kesalahan.
"Ah... Maaf" Dia mengusap dahinya.
"Itu adalah kebiasaan ku. Untuk sementara tindakan mu yang ceroboh mengingat ku pada ibuku yang bodoh itu" Katanya dengan ketidakberdayaan nya yang dipenuhi kelembutan.
"Maaf jika itu membuat mu tidak nyaman, Ayah"
Satoru tersenyum "tidak masalah. Kalau begitu aku menyerahkan makan malamnya kepada mu Aloni-chan!"
Aloni terkekeh"ya... Serahkan padaku"
Dia tidak menyadari bahwa wajah Satoru telah memerah samar setelah dia ada di dapur.
Satoru bersandar di dinding dengan tangannya menutup mulutnya yang tersenyum. Rona merah di pipi dan telinganya terlihat jelas.
"Ini berbahaya...."
Perasaan samar ini semakin terlihat.
_________________________________
2 tahun kemudian....
"Aloni-chan!!!! Akhirnya kau pulang!!! Ayah sangat merindukanmu!!!" Satoru memeluk tubuh putrinya dengan erat.
Yuuji, megumi, dan nobara menatap sosok Aloni yang berwajah poker dengan lamunan, diam-diam mengagumi kecantikan gadis itu meskipun ini bukan pertama kalinya mereka bertemu.
"Ayah hentikan" Aloni mendorong pria itu dengan lembut.
Megumi mendekati Aloni, wajah tenang pemuda itu tanpa sadar memerah samar. Dia menyerahkan sebuah mawar di tangannya.
"Selamat datang"
Aloni terkejut. Dia menatap Megumi dengan bingung sebelum akhirnya tersenyum lembut dan menerima bunga itu.
"Terimakasih" Suaranya terdengar hangat.
"Ahem... Sepertinya dia menyukainya!" Bisik Nobara kepada yuuji dengan senyuman "you know lah"
Yuuji tersenyum jahil "kita harus mengejeknya nanti"
Disisi lain Satoru terdiam membeku, dia menyaksikan "putra" Dan "putrinya" Dengan tatapan kosong.
Wajah tenang gadis yang selama ini terlihat dingin mencair, kehangatan yang dikenalnya menyeruak di sekitar tubuh gadis itu.
Megumi mengulurkan tangannya ke arah Aloni untuk mendampingi nya berjalan.
Tepat ketika Aloni akan menjangkaunya, Satoru dengan cepat melingkari jari-jemari nya dengan erat.
"Ah~ putriku masih terlalu awal untuk jatuh cinta. Megumi-chan, Ayah mertua mu tidak memberikanmu restu" Katanya bercanda.
Namun dalam hatinya.
Satoru tahu.
Dia benar-benar serius.
Putrinya... Dia tidak bisa melepaskannya.
Aloni.....
Mata biru dibalik penutup mata itu berkilat dengan sentuhan obsesif yang tersembunyi.
Penyesalan tidak pernah ada dalam kamus Satoru. Setidaknya sampai kehadiran seorang wanita yang merupakan putri tirinya.
Ah..... Satoru benar-benar dijebak.
"Wanita itu sudah tahu ini akan terjadi" Satoru bergumam dengan cemberut sambil memakan makan malam nya.
Aloni yang duduk di samping nya memiliki ekspresi bingung.
"Ada apa?"
Satoru menatap wajah gadis yang berbeda 8 tahun darinya itu dengan kekehan geli.
"Ibumu sudah tahu kalau para tetua berusaha menjebak mu"
Aloni menaikan sebelah alisnya "jadi?"
"Itu curang. Jika saja aku tahu sejak awal aku pasti tidak akan tertipu. Seharusnya aku menikah dengan mu saja" Ucapnya bercanda.
"Tidak terimakasih" Jawab Aloni.
"Hidoi.... Padahal aku menyukaimu" Satoru menghela nafas, dia menopang dagunya mengambil ujung rambut merah gadis itu dan mengecup nya.
"Aloni-chan"
Aloni membeku "kau ayahku"
"Ayah tiri" Koreksinya ramah.
"Dan aku tidak ingin menjadi ayahmu lagi" Satoru mengambil tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.
Dia mendudukkan nya di pahanya dan mencium pipinya.
"Aku mencintaimu, Aloni"