Vivian duduk sendirian di meja di restoran, antisipasinya perlahan berubah menjadi ketidak sabaran. Menit-menit seakan berjalan tanpa henti ketika dia gelisah memeriksa jam tangannya, melihat jarum jam bergerak perlahan. Sudah lewat jam 7 malam, dan sama sekali tidak ada tanda-tanda adanya Abigail.
Pelayan mendekatinya, siap menerima pesanannya, tetapi dia dengan sopan meminta dia untuk kembali lagi nanti.
Perhatiannya hanya terfokus pada pintu masuk, berharap bisa melihat sosok familiar Abigail. Waktu terus berlalu, dan ketidak sabarannya bertambah setiap detik.
Sudah setengah jam lewat 7 malam, dan keraguan Vivian mulai muncul. Dia meragukan apakah Abigail benar-benar akan datang.
Kilatan harapan yang dia pegang mulai memudar, digantikan oleh rasa kecewa dan ketidakpastian.