Descargar la aplicación
100% Ayve / Chapter 12: ep 12

Capítulo 12: ep 12

Kesibukan kota Oswego saat ini sangat padat dengan pedagang asal kota mahupun luar kota itu. Semuanya mempunyai tujuan yang sama iaitu mencari rezeki dan keuntungan masing-masing.

Namun kesibukan di kota abad ini belum mampu menandingi kesibukan yang dimiliki di abad kota masa depan. Bukan hanya orang-orang tetapi juga kereta berbagai bentuk dan warna juga.

Perdagangan dalam era ini kebanyakannya menggunakan teknik tradisional tidak seperti di zamannya yang kebanyakkan nya menggunakan mesin canggih tanpa kawalan manusia. Tapi jika dibandingkan, penggunaan teknik tradisional ini lebih asli berbanding teknik berasaskan motor kawalan IT.

Hanya saja penggunaan mesin lebih cepat dan kurang menggunakan tenaga manusia.

Semua itu tidak luput dari pemerhatian Ayve yang sejak tadi masih tidak berganjak dari tempatnya setelah memasuki kawasan perdagangan utama di kota besar itu. Freya di sebelahnya tampak bingung melihat nyonya nya yang hanya berdiri melihat saja. Seolah-olah ini adalah kali pertama nyonya nya keluar.

"Nyonya...." Panggil Freya.

"Aah iya" Ayve segera sedar dari lamunannya. Entah kalau Freya tidak memanggilnya mungkin saja otak nya sudah melamun sampai ke luar angkasa.

"Apa ada sesuatu yang mengganggu fikiran nyonya. Apa perlu kita kembali saja" tanya Freya.

Ayve menggeleng laju. Mana mungkin mereka kembali ke mansion tanpa ada hasil. Itu hanya akan mensia-siakannya penat nya berjalan kemari. Walaupun dia tahu kereta kuda bisa saja datang kapan pun itu jika dia menginginkannya tapi dia memilih jawapan tidak.

"Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit kagum dengan kemajuan pusat dagangan kota ini. Sejak terakhir kali aku ke sini masih belum ada apa-apa perubahan" Ayve sengaja membuat alasan supaya nampak lebih logik. Mana mungkin dia akan mengatakan jika dia sedang membanding bezakan abad ini dan abad masa depan. Itu hanya akan meraih curiga dari maid nya itu.

"Ooh" Freya manggut² faham.

"Kita cari resto terlebih dulu. Aku ingin mengisi perut" kata Ayve lalu berjalan lebih dulu diikuti Freya.

"Apa kau tahu di mana resto yang terkenal?" Tanya Ayve masih terus melangkah perlahan membaca tiap papan tanda di setiap toko yang dilaluinya.

Freya tampak berfikir sejenak.

"Aku tahu..." sedikit teruja nada bicara Freya.

Ada satu resto terkenal yang selalu dia kunjungi saat pergi membeli bahan basah di dapur. Restoran nya boleh dikatakan antara restoran berkelas tinggi. Makannya... Aissh sampai terliur Freya mengingatnya.

"Di mana itu" soal Ayve.

"Mari ku tunjuk kan" bawa Freya memimpin jalan. Wajahnya juga terlihat tidak sabar.

Melihat kelakuan maid satu nya itu Ayve hanya mampu menggeleng geleng kecil. Sepertinya Freya sefrequency dengan nya.

Beberapa minit berjalan akhirnya mereka berhenti di depan salah satu bangunan dengan interior mewah. Merah dan putih menjadi warna utama di sini.

"Tadaaa...kita sampai" senyum Freya sampai meleret ke telinga saking terujanya dia.

Ayve membaca papan tanda yang digantung di atas dua tiang penyangga. 'Red Flamingo'

"Nama tokoh ini sangat bersesuaian dengan tema pilihan di sini" Ucapnya perlahan.

Dia jadi penasaran dengan cara resto ini beroperasi dan juga apakah makanan di sini seenak nama tokonya. Kerana rasa penasaran nya dia lalu masuk ke dalam bersama Freya.

Woah...begitu dia masuk dia disajikan dengan pemandangan mewah susun atur di dalam.orang-orang banyak yang memenuhi lantai utama ini saja sudah menunjukkan resto ini begitu terkenal juga menjadi pilihan utama rakyat kota. Di tengah-tengah pula dibina pentas catur untuk menambah lagi suasana meriah. Bukan itu saja pemain muzik, pembaca puisi dan juga penari terkenal juga dijemput ke sini.

Ayve tiba-tiba jadi ragu. Apa benar ini memang resto atau...

Belum sempat Ayve melanjutkan apa yang sedang diragukan nya datang Freya yang entah sejak bila pergi. Tampaknya Freya bukan kembali seorang diri tapi dia kembali dengan seorang wanita di belakangnya. Siapa itu tanya Ayve dalam hati.

"Nyonya maaf sudah membuat mu menunggu. Perkenalkan ini nyonya Rachel, pemilik resto ini" Freya memperkenalkan wanita yang tadi ikut bersamanya kepada Ayve.

"Senang bertemu dengan anda Nyonya besar Octivanna. Keberuntungan sekali resto ini dikunjungi oleh nyonya" wanita itu sedikit membungkuk memberi hormat kepada Ayve.

Ayve jadi sedikit canggung. Wanita itu terlalu formal dengannya. Apalagi saat mendengar nama keluarga nya disebut oleh wanita itu membuat hampir kesemua orang di lantai utama itu menoleh ke arahnya. Keriuhan tadi seakan-akan hilang ditelan bumi.

Mula terdengar bisikan-bisikan di sekeliling nya yang jelas mengenai tentang nya. Tapi dia boleh simpulkan bahawa mereka bukanlah mengatakan hal buruk mengenainya. Hmm itu lebih baik.

"Ahh tidak apa-apa. Jangan terlalu formal denganku" Ayve cuba memadam kecanggungan nya.

Nyonya Rachel tersenyum hangat. Dia selalu mendengar dari cerita-cerita rakyat yang beredar jika Nyonya besar Octivanna seorang wanita yang lembut, sopan, tidak mengira darjat juga baik membuat dia selalu berniat ingin menemui wanita ini. Tidak disangka entah dewa sedang membantu nya atau apa sampai hari ini dia ditemukan secara langsung dengan wanita idolanya. Rumor itu memang benar.

Saat pelayan dari kediaman Octivanna tadi pergi menemuinya dan mengatakan bahawa nyonya nya juga turut ke sini membuat jantung nya hampir ikut keluar kerana teruja. Nasib saja dia dengan cepat dapat meneutralkan jantungnya.

"Nyonya tadi saya sudah sediakan ruang untuk nyonya" beritahu Rachel.

"Iyakah. Jika begitu harap Nyonya Rachel bisa tunjukkan jalannya" Ayve tersenyum kecil.

"Ahh nyonya tidak perlu memanggil ku dengan panggilan itu. Saya tidak pantas untuk itu. Panggil saja Rachel"

"Baiklah, mulai saat ini saya akan memanggil mu Rachel" balas Ayve tidak keberatan. Hanya saja sebenarnya dia malas berbahasa begitu formal.

"Silakan Nyonya"

Rachel kemudian memimpin Ayve untuk pergi ke lantai atas. Suasana di sana jauh berbeda dengan suasana di lantai utama. Di sini suasananya tenang dan tidak riuh.

Mereka kemudiannya sampai di salah satu ruangan. Ayve masuk terlebih dulu. Kedudukan ruangan ini tepat mengara ke pemandangan kota. Walaupun begitu nilai estetika pemandangan nya mampu merubah mood seseorang agar bisa lebih tenang. Ayve suka itu.

Dia kemudian nya duduk dan membelek-belek menu di atas meja. Banyak sekali pilihannya sampai kepalanya ikut pening ingin memilih yang mana satu. Tidak ingin kepalanya meletup seperti gunung berapi akhirnya dia menutup buku menu itu lalu memandang Rachel.

Ayve tidak sedar jika Rachel saat ini sedang berdebar-debar menanti menu apa yang dipilih oleh Ayve. Macam mana jika makanan yang ada di resto nya ini tidak ada yang menepati selera Ayve.

Freya yang melihat kebingungan nyonya nya segera tahu. Dia lalu menoleh ke arah Rachel.

"Nyonya Rachel sepertinya nyonya besar kesulitan untuk memilih. Mmh..lebih baik seperti ini. Sajikan saja semua makanan yang paling terkenal di resto ini" ucap Freya yang cuba membantu nyonya nya.

"Ahh baiklah. Jika seperti itu harap bisa tunggu sebentar" Rachel tidak menunggu lama. Bergegas dia keluar dari ruangan itu.

Ayve yang mendengar kata-kata maid nya itu tersenyum cantik. Kau memang boleh diandalkan. Sangat bagus.

"Terima kasih sudah memahami kesulitan ku" ucap Ayve yang membuat Freya hampir berada di awang-awangan.

Aarggh nyonya memuji ku teriak nya dalam hati. Dia merasa seperti sudah melakukan hal besar yang sangat membantu bagi nyonyanya. Sampai² senyumnya tidak padam². Begitu lah karakter Freya. Mudah terhibur walau sesuatu hal kecil dan juga suka membantu.

Tidak lama hampir setengah pelayan di resto itu berjalan sebaris masuk ke dalam ruangan itu. Masing-masing membawa seporsi makanan yang masih hangat. Awalnya meja bulat yang masih kosong kini serta-merta penuh dengan beraneka makanan yang masih berasap. Terlihat begitu menggiurkan.

"Harap nyonya menikmati makanan ini" ucap Rachel yang kembali muncul.

"Terima kasih" ucap Freya mewakili nyonyanya.

"Jika ada apa-apa yang nyonya inginkan, panggil saja saya. Baiklah saya harus pamit sebentar. Masih ada pekerjaan yang belum ku tuntaskan." Rachel kemudian pergi setelah menutup rapat pintu ruangan itu.

Ayve meneguk liur. Bagaimana caranya nanti untuk menghabiskan kesemua makanan ini. Adduh ada juga buruknya permintaan dari Freya ini. Lihatlah hanya mereka berdua yang ada di sana tapi porsi makanan yang ada hampir untuk sepuluh orang.

"Hmm...tidak apa-apa lah. Freya duduk lah. Kita makan dulu" ajak Ayve lalu mula menyantap satu per satu makanan yang ada.

.

.

.

.


Load failed, please RETRY

Un nuevo capítulo llegará pronto Escribe una reseña

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C12
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión