Hari Jumat sore, diwaktu yang hampir bersamaan di Semarang , Ririe sedang duduk sendirian di rumah makan Raos. Ia tadi datang berdua dengan Mei dari kampus.
Sekarang ,terlihat Mei sedang sibuk dimeja kasir, sebentar-sebentar ia melangkah ke dapur belakang memeriksa stok persediaan bahan makanan untuk diolah keesokan harinya. Ia membuat daftar apa-apa saja yang harus di beli. Bagian kasir sementara dipegang oleh Beatrice , adiknya , jika Mei harus menghadiri kuliah.
"Rame engga hari ini Mei ?"tanya Ririe.
"Lumayan, kalo lihat dari bon yang terkumpul sih cukup banyak tamu. Biasa kalau hari Jumat, agak siang tamunya Rie."
"Kamu mau minum apa ? jus strawberry yaah...atau jus alpukat ?"
"Jus strawberry boleh."
"Jus stroberi satuuuuu...!! teriak Mei ke dapur, yang dijawab, iyyaaaaa...!! suara dari belakang sana.
"Pakai speaker kebelakang kan bisa Mei ? jadi engga usah teriak-teriak gitu hehehe."
"Heheeehe ...justru seru tau...! teriak-teriak gini...tamu juga jadi semangat hehehe. Apalagi si Dewi ini, dia menunjuk perempuan kecil karyawannya, dia kalo teriak ...lebih kenceng lagi...hehe...tamu suka nyari dia . "
Ririe yang engga percaya , membulatkan matanya ..."Ooh masaaa...," katanya.
"Iyaaa...malah ada tamu datang cari dia...mana yang suka teriak-teriak itu...katanya." Hehehe.
"Hmm...ada-ada aja yaa...lucu jadinya hihihi."
"Iya kompak kita disini," Mei bilang.
Selesai dengan catatan belanjaan buat besok dan menyiapkan uangnya untuk semua kebutuhan besok, Mei duduk di meja nomor 1 tempat Ririe. Pandangan Ririe masih terpaku ke ponselnya, waktu Mei mendekat.
Mei menatap serius wajah Ririe yang duduk didepannya..."Eeh Rie, kayaknya si Ardi masih ngebet sama elu...,masa dia tanya ke gua kemarin..."
Ririe mengernyitkan kedua alisnya, ada rasa kaget juga, "nanya apa emang Mei... ?"
"Dia tanya hubungan elu sama Hasann seperti apa katanya."
"Trus elu jawab apa ?"
"Gua bilang ...mmm...mungkin serius gitu, tapi engga tau juga yaa. Gua engga berani jawab Rie, takut salah !" Mei terdiam menunggu reaksi selanjutnya dari Ririe.
Ririe pun terdiam sejenak...sepertinya sedang berfikir untuk memulai kata-katanya.
"Kalo Gua mau cerita sih yaaa...sebenarnya gua belum pernah dengar kalo Ardi itu cinta sama gua...selama hampir 6 bulan jalan bersama itu, yaaa begitu aja...kayaknya cuma cari kepuasan birahi aja dia. Elu mah engga tau sih ! paraah nya dia itu kayak gimana. Masih untung aja gua bisa nolak dan menjauh dari dia, kalo engga , gua udah jadi korban dia Mei. Itu jeleknya Ardi ! " katanya sungguh-sungguh. Dia melanjutkan lagi, "gua engga tau dah gimana nasib mereka, pacarnya yang dulu-dulu itu...engga pingin tau juga gua."
"Kalo dia nanya elu lagi, tentang gua, bilang aja hubungan gua sama Hasann serius gitu...rencana mau kawin sesudah wisuda nanti...hehehe...gitu aja yaaa !?"
Meilani mendengar sambil mengerdip-ngerdipkan matanya, seakan belum puas dengan jawaban yang keluar dari mulut Ririe.
"Tapi dia ganteng, tinggi, kaya lagi ...,elu engga nyesel kalo dia digaet cewek lain apa ?"
Ririe menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya cepat ...huuuh... ! "Gua kan udah ngerasa'in jadi cewenya Mei, 6 bulan itu sudah cukup bisa kenal orangnya seperti apa. Gua rasa dewasanya telat kalo Ardi, terlalu egois kalo menurut gua, mungkin nanti umur-umur 40 an dia baru bisa berfikir dewasa." Ririe memandang Mei, dan melanjutkan omongannya "kalo elu mau coba jadi pacarnya, kenapa engga ? emang dia engga tertarik sama elu ?" selidik Ririe.
Mei hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Tapi tampaknya masih ada sesuatu yang dipikirkan dikepalanya.
Hal yang sama pun Ririe dapatkan dirumahnya...ibunya yang nge-fans sama Ardi mulai bertanya-tanya juga kelanjutan hubungan mereka.
"Ardi kok sudah lama engga kemari lagi ?...ada apa Nak ?"
Ririe yang sedang asyik membaca sebuah novel, lagi seru-serunya di bab terakhir itu merasa konsentrasinya terganggu dengan pertanyaannya.
Sebentar kemudian ia menoleh ke arah ibunya. Ia menjawab sekenanya.
"Lagi sibuk mungkin buu...."
"Rasanya sudah lama sekali yaaah...ada 2-3 bulan gituuu...?!"
Ririe engga merespon. Ia kembali menatap lembar buku novelnya , merasa tanggung ingin segera menyelesaikan bacaannya.
Ibunya jadi cemberut melihat respon anaknya seperti itu. Terdengar suara seperti barang jatuh atau dilempar di area dapur. Aaah sudah biasa Ririe melihat reaksi ibunya kesal seperti itu.
Menjelang malam harinya ketika bapaknya Ririe pulang, ibunya ngomel. Kayaknya menceritakan kalau Ririe terlalu asyik dengan bacaannya.
"Sudah lama si Ardi itu engga kemari, kayaknya putus hubungan sama Ririe pa...!"
"Yaaa biarkanlah buu...biar dia sendiri yang menentukan. Kan dia juga sudah dewasa, sudah bisa menilai mana yang baik, mana yang engga. Papa sih engga terlalu mau ikut campur masalah cinta dia. Kita berdoa saja, supaya anak kita selalu dilindungi, diberi jodoh yang baik."
Tapi sewaktu makan malam bersama, bapaknya sempat menanyakan Ririe , tentang hubungannya dengan Ardi.
Andhika adiknya Ririe juga kebetulan ada dirumah.
"Ardi bagaimana kabarnya Nak...papa dengar sudah lama engga jemput kamu lagi ?"
Ririe sebenarnya agak malas membahasnya, tapi toh sekarang atau nanti pun tetap ia perlu menjelaskan.
"Ririe sudah putus sama Ardi. Nanti Ririe ceritain sama ibu deh alasannya yaa...?tapi engga sekarang, " sahutnya tegas.
Ibunya membulatkan matanya , sedikit manggut-manggut. Pantas rupanya kenapa Ardi engga pernah datang lagi, dalam hatinya.
Ririe melanjutkan perkataannya tapi dia agak ragu..."mmm...Ririe pilih sama Hasann. "
Langsung bapaknya menyambung "Iya bapa sih percaya sama Ririe yaa..., engga melarang kalau itu memang sudah pilihan Ririe." Ia mencoba bijaksana.
Ibunya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Jadi calon menantunya bukan lagi si Ardi , yang ganteng atletis dan kaya itu, batinnya.
Ririe rasanya tahu apa yang ada dipikiran ibunya, di suatu kesempatan ia menceritakan semua perihal hubungannya dengan Ardi.
"Tapi ibu engga usah cerita ke siapa-siapa lagi yaaa...? ini Ririe cerita sama ibu aja, supaya ibu tau kalo Ririe juga bisa menilai pribadi orang dengan baik, engga silau sama harta."
"Iyaa nak ...."Ibunya memeluk anaknya, dan mengelus-elus kepala, menepuk-nepuk pundaknya. "Ibu dukung pilihan yang terbaik Ririe yaaa !"
Sebenarnya, ibunya kaget juga setelah mengetahui hubungan anaknya dengan si Ardi ganteng itu begitu mengerikan. Ia pun engga menyangka kalau Ririe ternyata lebih pintar dari perkiraannya. Ia merasa bangga.
"Selesai kuliahnya rencana Hasann mau melamar Ririe pa...,"ibunya bilang perlahan sewaktu mereka berdua dikamar tidurnya.
"Ooh begitu. Yaa baguslaah. Kenapa katanya engga sama si Ardi lagi bu?" tanyanya.
"Engga cocok sama Ririe kayaknya, katanya sih, Ardi itu play boy !"
"Play boy bagaimana maksudnya ?" bapaknya mendesak.
"Engga tau kenapa laaah , ibu mah engga suka tanya-tanya sih. Biarin aja ia dengan pilihannya pa !" Ibunya menyimpan ceritanya dalam hati.
"Iyaa betul begitu, biarin aja dia memilih yang baik menurut dia, bukan menurut kita." Bapanya setuju.
.....
Ditempat lain di Bandung, Hasann kesenangan dengan barang barunya. Sepulang ngajar dia disibukan dengan mobilnya. Ia suka dan senang sekali dengan urusan mobilnya ini, dia lap dashboard dalamnya, dia sikat bannya yang tampak kotor dengan sabun, ia buka kap mobilnya dan membersihkan debu-debu yang menempel di bagian mesin itu. Ia perlu banyak belajar.
Ditengah kesibukannya itu, ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk.
Hm...dari Ririe yang mengabarkan kalau ia sudah bilang soal rencana lamarannya ke orang tuanya.
Haduuuh seketika Hasann tercengang, waktu makin mendekat sedangkan persiapan belum apa-apa. Kini ia semakin berterus terang dengan Ririe, engga ada lagi hal yang ia pikirkan sendiri lagi. Ia segera menghubunginya.
"Haloo..."
"Haloo San," terdengar suara dari sana.
"Hmm...hehehe ...kok bisa-bisanya sih ngasih tau soal itu Rie ? aku belum siap apa-apa nih."
"Sudah waktunya San !" ucapnya singkat.
"Gitu yaaa...hm...trus gimana respon mereka ? engga ada masalah kan yaaa ?"
"Engga sama sekali, tenang aja. Mereka setuju kok."
Hasann langsung merasa lega , "Ohh yaa syukurlah yaaa...hm...jadi dong kita... hehe ? ke Bali kita Rie ?"
"Hm...ya sudah dulu ya San, aku masih repot nih, baru pulang kuliah. Nanti disambung lagi ya... ."
"Okee. " Hasann menutup ponselnya .
Ririe sebenarnya ingin sekali berteriak waktu mendengar kata ke Bali berdua dengan Hasann...hm...berarti itu bulan madu, batinnya. Ingin ia menuliskan kembali di buku diary nya, tapi repot mencarinya lagi karena sudah tersimpan di dalam box disuatu tempat atau entah ia simpan dimana.
Hari cukup cerah dipagi menjelang siang itu , Ririe yang sedang berjalan sendirian menuju kantin melihat Ardi yang berdiri sedang bercakap-cakap dengan seorang mahasiswi baru. Ia bernama Stephany , cukup terkenal dikampus karena ia seorang model. Badannya ramping, rambut panjang, hidung mancung, pokoknya ia memiliki segalanya termasuk wajah yang fotogenic . "Rie...," terdengar suara Ardi memanggilnya.
Sejenak ia tertegun , tapi berjalan menghampiri mereka .
"Haii...,"ucap Ririe yang dibalas lembut oleh Stephany.
Ririe terpana memandang wajah dan penampilan Stephany dari sedekat itu. Memang ia sesekali pernah mendengar dari teman-temannya tentang kehebatan Stephany di dunia mode show, juga kecantikannya.
Sekilas ia merasakan kalau pria didepannya itu sangat ideal bersanding bersama model ini. Harumnya parfum yang Stephany pakai pun tercium parfum mahal.
Ardi mengajak Ririe untuk datang di shownya, "Stephany ngundang kita Rie buat datang diacara shownya di gedung Buana , Sabtu malam ini. Gimana Rie, mau datang yaaa ?" ajak Ardi.
"Ooh mau ada acara yaa ?" tanya Ririe sekenanya saja. Kurang paham ia tentang mode show.
Stephany pun menjawab dengan anggun "Iya, aku mau bawakan pakaian batik untuk liburan di tepi pantai."
"Bagaimana Rie, kita datang yaa...?"ajak Ardi sambil tertawa-tawa. Tapi aneh tubuhnya malah mendekat ke Stephany. Riri merasa Ardi sedang membandingkan dirinya dengan Stephany ini. Mereka berdua menatapnya , Ia kikuk untuk menjawab ajakan Ardi yang dirasa engga tulus ini.
Ardi dan Stephany malah tertawa-tawa sewaktu Ririe pamit meninggalkan mereka karena mau ke kantin. Masih sakit rupanya, batin Ririe. Kalo sudah dekat cewe aja, kayak begitu kelakuannya...huh.
Tak berapa lama datang Meilani, sohibnya.
"Rie...,katanya setengah berbisik, rupanya si Ardi itu benar masih ngarepin elu tau ! "
"Lhooo kok bisa ? gua lihat diluar tadi malah berdua-duaan sama Stephany," kata Ririe.
"Iyaa gua juga lihat mereka. Tapi itu cuma bohong-bohongan tau, kayaknya Ardi cuma mau bikin panas elu aja. "
"Aaaah sok tau elu Mei," bantahnya.
"Sssst sini gua bisikin ...," katanya seraya mendekatkan bibirnya ke telinga Ririe, "kata Ardi dia juga mau ngelamar elu kalo udah wisuda !!"
"Haaaaah !!!! "Ririe tertegun betul, mulutnya terbuka saking kagetnya. "Yang bener aja Mei ??"
"Ini info valid tau, dari dianya sendiri yang ngomong. Sayang gua engga rekam hehehe."
Ririe merasa tersudut, "Maksudnya gimana sih ?? kok gua jadi engga ngerti gini ?? mau apa itu orang sebenarnya Mei ? " katanya lemah, kepayahan dia.
"Engga ngerti gua juga, tapi mungkin masih penasaran sama elu !" Mei menghembuskan nafasnya cepat sambil menoleh kesamping.
Sejenak Ririe berubah menjadi beringas, engga suka dia diganggu lagi, "Waaah kacau , makin nyebelin tuh orang kalo menurut gua sih. Gua kan udah bilang putus...putus ! " tapi sejenak Ririe menambahkan seakan mendapat kunci jawabannya ..." "Oh gua tau Mei...dia tuh masih penasaran sama gua, dia tipe orang, yang kudu dapet apa yang dia mau !" katanya, "betul engga Mei ?"
Ririe menambahkan, "Gilaa yaa...perkawinan dipake main kayak gitu ?? ngomong cinta sama gua aja engga pernah tuh orang, masa tiba-tiba mau ngelamar??...aaah engga masuk akal !"
"Yaa begitulah ...mungkin kalo cewek lain mau kali...gua engga tau ? Mei bilang sambil cekikikan.
"Kalo gitu sama elu aja Mei...? heeeh ?" Riri mengangkat dagunya.
"Dia engga tertarik sama gua ! kegemukan kali badan gua,"katanya acuh.
"Yaaa elunya kurusin sedikit dooong...ikut gym atau senam apa gitu...!"
Mei mulai gerah, Ia menengadahkan kepalanya, "Jadi elu mau nyodorin gua ke dia gitu ...?"
Hahaaha...Ririe tertawa,"Bukan nyodorin elu ke dia..., siapa tau dia naksir elu dan berjodoh ? yaa engga ?"
"Huuh engga laaah !" kata Mei dengan nada malas.
Dalam kesendiriannya Ririe jadi teringat cerita Mei , kalau Ardi akan melamarnya setelah wisuda nanti. Benar atau cuma karangan atau isue aja. Brengsek dalam hatinya , kalau benar ia melamarnya. Suasana bakalan kacau. Hasann bisa-bisa berfikir 2 kali buat melamarnya. Ririe tahu betul karakternya, Hasann engga suka berkompetisi. Malahan ia bisa naik darah seperti waktu kejadian dengan si Richard ditempat kosnya. Ririe ingat betul.
Di kampus Ririe jadi ketus menjawab pertanyaan Ardi , dia memasang muka masam yang bisa seketika meledak menjadi perang.
Ardi sadar setelah melihat reaksi Ririe yang engga biasa itu. Ini pasti karena isue rencana lamarannya setelah wisuda nanti , pikirnya. Hm... sebagai teman dekat Ardi engga enak diperlakukan begitu. Ia pun mendekati Ririe.
Ia memegang pergelangan tangan Ririe, ketika ia hendak menjauh darinya.
"Rie...kayaknya ada yang harus aku ngomongin ke kamu ...,"katanya berharap sambil menatap matanya tajam.
Ririe melihat tangannya yang sedang dipegang Ardi, seketika berdesir hawa panas, ada perasaan lain dalam tubuhnya. Ia agak melemaskan otot-otot tegangnya. Ia pun balik menatapnya. "Ada apa yaa...mau ngomong apa sih Ardi ?"tanyanya.
"Kita duduk-duduk disana aja yuuk sambil ngobrol," ajaknya.
Pikiran Ririe berkecamuk, bertanya-tanya dalam dirinya apa yang mau dibicarakannya ?
Mereka duduk berjejer, berdekatan dibangku tembok disudut tempat parkir, agak terasing dengan keramaian.
Ririe mulai lunak ia membuka pembicaraannya, "Mau ngomong apa sih Ardi ?"
"Aku mau ngelamar kamu buat jadi istriku setelah wisuda nanti," Ardi langsung ke pokok pembicaraannya.
Ririe yang belum siap mendengarnya, ia menegakkan badannya dan mengerutkan keningnya, rasa engga percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Apakah ini lelucon atau apa ?
Belum Ririe menjawab, Ardi sudah meneruskan kata-katanya, "Aku mengerti kalau kamu kecewa dengan aku Rie...aku memang terlalu terobsesi dengan yang namanya seks bebas. Tapi itu dulu Rie. Aku sudah berubah sekarang. Kamu juga lihat juga kan, aku sekarang engga pernah bawa cewek lagi datang dan pergi dari kampus ?"
Ririe masih terdiam saja. Dia masih ingin mendengar lebih banyak lagi dari Ardi.
Ardi pun melanjutkan, "Dulu mungkin hubungan kita hanya sebatas pemuasan seks semata buat aku, tapi sekarang aku benar-benar suka sama kamu Rie. Aku suka dengan semua yang ada dalam diri kamu. Kita sudah saling kenal hampir 2 tahun ini, aku sudah mengenal kamu. Kamu mau kan kalau nanti setelah wisuda aku lamar Rie ???" kata Ardi sambil menoleh meraih lengan Ririe yang masih membisu.
"Engga bisa !" jawab Ririe singkat.
Ardi langsung memohon "Aku engga bisa ke lain hati Rie, tolong aku Rie." Ia memegang lengannya semakin erat, sepertinya engga mau ditinggal.
Ririe melepaskan pegangan tangan Ardi, "Ini bukan masalah tolong menolong antar teman Ardi. Aku sudah mencoba mengenal kamu selama kita pacaran dulu itu. Aku juga mencoba mencintai kamu selama itu, tapi cinta yang aku harapkan bisa tumbuh bersamaan dengan waktu juga, ternyata engga ada , yang ada malah aku jadi objek pemuas kamu saja !"
Ardi menyadari kesalahannya. Ia menundukan kepalanya, matanya tertuju ke lantai.
"Apakah engga ada kesempatan kedua Rie buat aku ?"pintanya.
Ririe meneruskan penjelasannya dengan halus, "Bukan masalah kesempatan ke-2 Ardi... , tapi kamu juga harus memikirkan aku dong ?" katanya sambil menoleh, melihat Ardi yang masih menundukan kepalanya. "banyak wanita lain yang lebih baik, lebih segalanya dari aku Ardi , kamu bisa perlahan-lahan mendekati mereka. siapa sih yang engga mau sama kamu ...hehehe" Ririe berusaha membangkitkan semangatnya.
Ardi kembali menegakkan badannya dan mengangkat kepalanya. Mendapati kenyataan bahwa engga semua keinginannya itu, bisa dia dapatkan.
"Kamu mau kemana sih setelah wisuda nanti ? tanya Ardi seakan-akan sudah mengubur keinginannya melamar itu.
Rona muka Ririe pun seketika berubah menjadi lebih cerah, menyadari bahwa lawan bicaranya sudah kembali tersadar dan topik pembicaraan sudah beralih.
"Pinginnya sih aku hijrah ke Jakarta."
"Jadi kamu nanti engga di Semarang lagiii...?"
"Iya rencananya begitu. Kamu tetap disini Di ? " Ririe balik bertanya.
Ardi mengangguk-anggukan kepalanya, "Mungkin masih disini..., aku harus pegang beberapa usaha keluargaku sih."