Sementara itu di Bandung, Hasann sedang menjalani rutinitas hariannya. Tiba-tiba saja ada pesan masuk dari Ririe di ponselnya.
Ririe :"Haloo San...apa kabar ? maaf baru balas nih. Abisnya aku agak sibuk kemarin itu. maafin aku yaa...hehe."
Hasann :"Hmm...kirain udah kemana nih orang, aku sih takutnya udah diculik orang yang suka lewat bawa karung gitu."
Ririe :"Hahaha ...engga ada lah. Engga ada yang mau nyulik aku, engga mau direpotin kali San hehehe."
Ririe :"Kita ketemuan yuuk San?"
Hasann :"Hm...takut aaah Rie." Hasann bercanda.
Ririe :"Hehe...sama dong."
Hasann :"Ketemuan dimana ? kalo di tengah aja gimana ...? antara Bandung dan Semarang gitu ? hahaa... ."
Ririe :"Good idea kayaknya, tapi dimana?"
Hasann :"Sebentar yaaa , lagi repot nih, nanti disambung lagi yaaa...love you !"
Hmm...ada aja idenya Hasann ini , dalam hati Ririe ceria. Aneh emang kalo sama dia, agak unik. Kira-kira mau ketemuan dimana yaaa ? Belum sempat ia lihat di map , kira-kira di kota apa akan bertemu.
Siangnya di jam istirahat, ponselnya Ririe berdering menandakan ada pesan masuk.
Hasann : "Di Tegal aja yaaa ? stasiun kereta api Tegal. Cuma 2 jam 5 menit dari Semarang."
Ririe :"Ooh aku ke Tegal naik kereta gitu ? hehehe... ."
Hasann :"Hehee...iya. Bisa ? Kita kalo mau ketemuan disana aja, pergi pagi, siangnya bisa pulang lagi. Bagaimana ...berani engga kamu ?"
Ririe engga langsung menjawab, dia harus mencerna dulu dikepalanya sebentar, ide yang rada aneh ini.
Ririe : "Okee , kereta paling pagi jam 11.13 dari sini sampai stasiun Tegal jam 1.17 itu aja yaa San ?"
Hasann :"Iya boleh. Aku sudah lihat jadwal kereta Bandung –Tegal rutenya muter ke Tangerang dulu, jadi lama perjalanannya. Nanti aku naik bis aja, jadi lebih fleksibel waktunya."
Ririe :" Beneran ini... ?" hehe.
Hasann :" Habis mau gimana lagi...?hehehe . Anggap aja jalan-jalan yaaa Rie ?"
Ririe :"Ok... J"
Hasann : " J"
Hari Sabtu pagi, Hasann sudah ada di dalam bis tujuan Tegal, yang akan memakan waktu kira-kira 4 jam perjalanan. Diperkirakan ia tiba disana pukul 12 an tengah hari, masih sempat untuk menunggu kedatangan kereta dari Semarang, yang akan tiba pukul 13 lebih sedikit.
Semoga aja semua lancar, dalam hatinya.
Jadwal kereta api Ririe berangkat jam 11.13 masih ada waktu ia untuk bersiap-siap.
What a love journey, dalam hati Ririe !
Ibunya yang sedari tadi memperhatikan anak gadisnya ini berkata, "Mau kemana lagi sweety... ?" tanya ibunya yang melihat ia sibuk menyiapkan pakaian, sepatu, topi, tas ranselnya, botol minuman, camilan. Ia menatanya rapi semuanya diatas tempat tidurnya, sebelum dimasukan ke tas ranselnya. Agak berbeda dengan hari biasanya, Ririe lebih gembira.
"Aaaah... ibu pingin tau aja aaaaaaah..."sergahnya sambil tertawa riang.
"Iyaaa laaah...masa ibunya sendiri engga tau anaknya nanti ada dimana ?" katanya sambil sedikit menarik wajahnya.
"Hehehe...engga kemana-mana buu ...cuma mau ketemu dengan Hasann, sudah lama..." Ririe menggigit bibir bawahnya , kalimatnya terputus. Sepertinya ia tersadar sendiri mendengar kata-kata 'sudah lama engga ketemu.'
"Lhooo memangnya Hasann ada dimana, bukannya dia di Bandung ?"
"Ririe mau ke Tegal naik kereta api bu...boleh yaaa ? nanti siangnya juga udah balik lagi ke rumah kok ?" pintanya manja.
"Ooh...ketemuan Hasann di kota Tegal, gitu ??? " tanyanya sambil mengerutkan kedua alis matanya. Aneh dipikirnya.
"Iya ! Hehehee...Ririe ijin yaa bu ?"
"Idenya siapa ketemuan disana ?" ibunya penasaran.
"Yaaa siapa lagiii...Hasann laah buu...dia mah memang begitu. Unik orangnya, hehehe."
"Hmmm...makan dulu Rie."
"Sendirian gitu ?"ibunya tanya lagi, tanya lagi... .
Ririe mulai merasa disusahkan dengan pertanyaan-pertanyaannya, "Iyaaa laah buuuu...udaaah aaaaaaah ! mau ketemuan sama Hasann , masak rame-rame sih buu ...hehehe."
Ibunya Ririe mendekat, dan mengelus kepalanya Ririe dengan lembut.
"Hati-hati yaa sweety, pintar-pintar jaga diri yaaa, ibu pesan itu aja sama kamu."
"Iya ! Ririe selalu ingat itu kok bu." Ia meyakinkan ibunya.
Hasan tiba lebih dulu di kota Tegal...ia langsung mencari kendaraan umum menuju stasiun kereta Tegal yang berjarak sekitar 4 km dari pemberhentian bis. Waktunya agak mepet, jarum jam sudah menunjukan hampir pukul 1 siang.
Perjalanan dari Bandung ke Tegal cukup menyenangkan, hanya bisnya berjalan perlahan sekali dan berhenti untuk menunggu penumpang sebelum masuk jalan tol, jadi memperlambat perjalanan.
Ada apa gerangan dengan Ririe ini, dalam hatinya. Kok rasanya tiba-tiba ingin bertemu, jangan-jangan dia akan memberikan undangan pernikahannya ? Sambil duduk di bangku yang menghadap rel kereta itu, Hasann mengirimkan pesan lewat ponselnya.
Hasann :"Rie ...aku sudah di stasiun kereta Tegal yaa...hehehe. Kamu baik-baik aja kan ?
Ririe :"Baik ...San. sebentar lagi kereta sampai stasiun Tegal."
Hasann :"Rie...aku kok merasa takut mau ketemuan sama kamu, kenapa yaaa ?"
Ririe :" Haaah...kenapa emangnya ? ada-ada aja aaaah... ."
Hasann :" Kamu engga akan bikin aku pingsan dengan ngasih undangan pernikahan, kaan ?"
Ririe :"Pernikahan siapa... ?"
Hasann :"Kamu."
Ririe :"Hahahahaaa....kok kamu tahu sih San ?"
Hasann :"Kalo benar begitu, aku mau balik pulang ke Bandung lagi aaah , engga bakalan tahan."
......
Ririe belum sempat membalasnya lagi karena kereta sudah masuk stasiun Tegal.
Terdengar pengumuman dari petugas stasiun, bahwa kereta dari Semarang telah tiba di stasiun Tegal.
Hasann mengarahkan pandangannya ke barisan penumpang yang turun, berjalan kearahnya.
Dari jarak sekitar 30 meteran , ia melihat sosok Ririe yang berjalan kearahnya, mengenakan jaket warna biru, kembali Hasann meyakinkan kalau sosok itu benar adalah dia.
Ia tertunduk dan menutup matanya pura-pura tidur...sampai ia merasa ujung sepatunya ada yang menginjak.
"Awww..."ia pun terbangun, bangkit berdiri dan membulatkan matanya. Ia tersenyum mendapati Ririe yang mematung didepannya tanpa ekspresi, seakan meneliti secara detail penampilan Hasann. Sebaliknya ia pun terdiam menatap wanita didepannya yang sudah sangat dikenalnya itu. Ia menatap dari atas sampai ke ujung kakinya, balik lagi keatas sampai kebawah lagi.
Ririe merasa sebal diperhatikan seperti itu, ia pun mendekat dan meninju dadanya Hasann...duk! Hasann pura-pura kesakitan, tapi matanya masih menatap Ririe.
Kali ini Hasann diam, mendekatinya dan memeluknya erat. Lama mereka berpelukan tanpa sepatah katapun keluar. Berkaca-kaca matanya Ririe, dia nangis di pelukan Hasann. Pria yang sudah dikenalnya, tapi terasa menjadi asing baginya. Ia telah kehilangan Hasann sekian lama. Inikah yang dinamakan rindu yang sebenarnya ?
Masih Ririe membenamkan kepalanya dipelukan Hasann, ia nangis terisak-isak terus...banyak airmatanya keluar membasahi jaket Hasann. Ada apa rupanya ? batin Hasann. Ia merasa kasihan, lalu mengelus kepalanya lembut.
"Udaaah yuuk...itu dilihat banyak orang. Nanti iri mereka...,"sambil sedikit mendorong halus tubuhnya.
Ririe melepaskan pelukannya. Hasann mengeluarkan sapu tangannya membersihkan sisa airmata di wajahnya, dan keringat dikeningnya.
Belum puas dengan pelukannya, Hasann kembali memeluknya dan mencium pipi kanan kirinya sekali lagi.
"Muaah ...muaah...syukur kita masih bisa ketemuan yaaa...meski harus menempuh perjalanan seperti ini," kata Hasann.
"Keluarga di Semarang baik-baik aja kan Rie ?" Mereka berjalan meninggalkan area stasiun kereta itu.
"Mau kemana kita yaaa ?" tanya Hasann bingung setelah keluar stasiun melihat jalan raya.
"Kita ngadem aja San sambil makan siang yuk ?"
"Iyaaa okeee...kita nyari tempat yang bisa nongrong lama yaa hehehehe."
Hasann membuka aplikasinya di ponsel dan melihat jadwal kereta dari Tegal ke Semarang.
Ia serius melihat ponselnya, " Ada kereta ke Semarang berangkat Jam 3.13 tiba jam 5.37, ada lagi berangkat jam 4.50 tiba di Semarang jam 7.05 malam . Pilih yang berangkat jam berapa nanti kamu pulang Rie ?" Hasann ingin memastikan Ririe untuk pulang sesuai jadwal yang diinginkan.
"Kereta jam 4.50 aja San, tiba di Semarang jam 7.05 "
"Okeee...sebaiknya kita pesan sekarang aja ya Rie,? jadi ada kepastian kamu pulangnya, takutnya kehabisan tiket."
Ririe menghargai usaha Hasann, "Iyaaa...boleh."
Hasann pergi ke loket penjualan tiket dan membelikan satu tiket untuknya. Diperlakukan begitu, Ririe merasa hatinya perlahan kembali ke Hasann.
"Masih ada sekitar 3 jam kita," kata Hasann setelah memegang tiketnya. "cukup yaaa ?"
"Ayooo aaah , sudah lapar nih." Ririe berkata.
"Kita cari rumah makan yang dekat-dekat sini aja ya Rie, takutnya kalo jauh-jauh engga tau jalan pulang hehehe,"candanya.
"Iya . Kita ke restoran pizza aja mau engga San? atau ke restoran chicken fast food ?"
"Mmmm...aku sih butuh nasi Rie hehehe... ."
"Yaaa sudah kita ke rumah makan itu aja San...kayaknya ada." Ia menunjuk ke arah jauh disana, nama rumah makan yang sudah dikenal secara nasional.
Di depan counter rumah makan itu,
Hasann melihat menu yang terpampang diatas meja counter itu, "Aku sih mau pesan nasi goreng aja dah, sama es campur. Enak kayaknya."
"Kamu mau makan apa Rie ? nanti pulang aku belikan kamu pizza yaa...mau kan?"
"Engga usah !"
"Aku pesan mie ayam aja deh, sama es campur juga."
Sesaat kemudian ,sambil menunggu pesanan datang,
"Kamu pulangnya gimana nanti San ? Ririe menjadi perhatian terhadapnya juga. Ia sadar Hasann bukanlah teman biasa, ia calon pendampingnya nanti, mungkin.
"Naik bis aja, jadwalnya banyak kalau bis, kalaupun aku harus nunggu, engga akan lama. Tadi juga sekitar 4 jam perjalanan sampai Tegal." Hasann kembali memandang wajah didepannya, yang sudah jauh lebih segar dibanding ketika bertemu tadi.
"Kamu masuk semester 3 ya sekarang ? aku tuh rencana kalau kita tetap bisa bersama dan berjodoh, aku mau ngelamar kamu Rie , lulus kuliah nanti !" Hasan berkata mantap.
Ririe diam saja, seakan-akan engga percaya dengan apa yang baru didengarnya tadi. Saat ini, ia sendiri merasa belum siap dengan berita besar seperti itu. Ia cuma memaling-maling kan mukanya saja kekiri-kekanan , merasa aneh kalimat se-serius itu keluar dari mulutnya seorang Hasann.
"Haaah ngomong apa sih ? aku engga mudeng nih hehe..., betul engga dengar! mungkin karena cacing diperutku pada brisik kelaparan nih. Apaan siih ?"
"Engga jadi aaah ...,"katanya bercanda lagi , yang langsung dicubit lengannya.
"Ulangi lagiii...!" Ririe melotot , "atau aku pulang sekarang juga," katanya manja.
"Haaah ...aku kok dicubitin terus siih. Nanti ajalah kalo kita sudah selesai makan yaa Ririe sayang, Ririe cantik, pujaan hatiku hehehe." Melihat respon Ririe yang gembira, Hasann pun jadi lebih percaya diri. Dia tau kalau Ririe akan senang mendengarnya.
Ririe jadi cemberut, tapi tentu kembali senang dalam hatinya dirayu olehnya.
"Awasss luu yaaah kalo bohong... katanya , cepetan deh makannya ! candanya."
"Hahahahaa..."Hasann tertawa lepas seperti khasnya dia. Dia malah pura-pura engga nafsu makannya, perlahan sekali. Yang bikin ketawa Ririe. Ini cowo banyak lagunya batin Ririe.
Selesai makan,
"Udah yaaa...? engga usah ngulangi kata-kata tadi ?"
"Terserah," Jawabnya seakan tak acuh.
"Hmmm...jangan ngambek gitu dong. Aku kirim aja lewat whatsapp ke ponsel kamu yaa ? hehehe."
Ririe terpana.
Hasann :"Aku tuh rencana, kalau kita tetap bisa bersama dan berjodoh, aku mau ngelamar kamu Rie , lulus kuliah nanti !"
"Udah yaaa...." katanya, sambil mengarahkan pandangannya ke ponsel Ririe.
Ririe pun membuka pesan itu, dan membacanya.
Ia mengerdipkan matanya, masih belum percaya. Bener engga sih ?
Ingin sebenarnya ia berteriak....mauuuuu...!!!
Ririe meneteskan air mata bahagianya, ia tau Hasann bukan tipe orang yang asal ngomong.
"Engga usah nangis gitu aaah...aku kok jadi engga enak hehehe." Emangnya aku ini seorang pangeran gitu ? sampai didambakan gitu.
"Kamu tuh yang bikin aku nangis terus...!" Ini mungkin akhir perjalanan cintanya, batinnya.
"Kalau nanti prosesi nya dilaksanakan sederhana, engga apa-apa gitu Rie ?"tanya Hasann mulai membuka diri.
"Engga masalah aku sih. Nanti aku bisa yakinkan keluarga aku. Jangan takut San !"
"Oh yaa...wuiiih hebat amat kamu ,"katanya gembira campur kaget mendapat jawaban yang melegakan itu. Hasann engga menyangka.
Ririe mengutarakan pendapatnya lagi, "Iyaa tapi kan masih lama yaaa...setahun lagi aku lulusnya juga. Kita lihat aja nanti, tapi pada prinsipnya sih aku malah senang dengan acara yang sederhana aja, engga usah pesta gede-gedean gitu. "
Ia pun melanjutkan, "Ngundang beberapa teman dan keluarga dekat saja, cukup. Uangnya buat kebutuhan yang lain."
"Iya. Betul !" kata Hasann.
"Semester 2 kemarin, lulus semua Rie ?" tanyanya.
"Hmmm lulus dooong ."
"Aku mau tanya satu aja, boleh engga ? tapi kamu jangan marah yaa ?" pinta Hasann.
Wajah Ririe menegang, mau tanya apa lagi ini orang ? haaah capek rasanya...jangan-jangan...apa dia tahu hubungannya dengan Ardi itu ? batinnya.
"Tanya aja...ayoo, aku siap !" padahal sih jantungnya berdebar engga karuan.
"Okeee ...kamu selama ini ,kemana aja sih...? kok beberapa bulan terakhir ini seakan engga bisa dihubungi, kalaupun kita chat rasanya seperti formalitas gitu...? aku tebak sih kamu marah beneran dan mau menjauh dari aku," kata Hasann.
Iya betul ! Hasann mempertanyakan statusnya selama beberapa bulan terakhir. Ia pun menarik nafas panjang perlahan dan menghembuskannya.
Sesaat Ririe terdiam tapi kemudian menatap wajah Hasann,perlahan ia menjawab.
"Apa perlu aku jelasin lagi San ?! jawabnya. Aku sih orangnya engga suka mengingat-ingat masa lalu apalagi yang engga menyenangkan ! sambil menggelengkan kepalanya. Aku jalanin hidup ini sekarang, seperti apa adanya saja dan mikirin kedepannya mau bagaimana. Gitu aja sih,"katanya sedikit berdiplomasi sambil tersenyum. "Move-on San...move-on ...hehehe" sambungnya.
Hasann menatapnya tajam, sepertinya hendak memberikan penilaian akhir, "Hehehe...iya bagus begitu ! Maafin aku yaa kalo kadang engga ngenakin kamu hehee,"kata Hasann tau diri. Ia menerima jawaban Ririe.
"Kamu tuh suka mikir yang engga-engga ! kadang rada jelimet, complicated gitu. Aku sih simple-simple aja orangnya." Ririe juga menyampaikan penilaiannya. Hm... pinter juga Ririe.
"Yaa perempuan sama lelaki itu beda Rie cara berfikirnya, memang dari sananya alamnya begitu. Jangan disamakan dong... hehehe."
"Terserah ! engga mikirin yang begitu aku sih !"
Hasann melunak, ia menceritakan rutinitasnya , "Heheehe...sibuk aku juga sekarang, jam ngajarnya makin banyak. Hampir penuh dari pagi sampai sore jam 3.30 itu,tapi yaaa sudah konsekuensi pekerjaannya begitu, aku jalani aja. Pulang kerumah paling istirahat sambil baca buku. Tidur, terus aja begitu."
"Iya begitu aja...engga jelek kok profesi guru ! nanti perlahan-lahan bisa jadi dosen kamu San... !" kata Ririe memberi semangat.
Hasann senang dengan dukungannya. Ia meng-amin-i.
"Kalo kamu udah lulus S2 , rencana mau ngajar lagi di Bandung atau gimana Rie ?"
"Belum tau sih San, aku jalanin aja dulu. Tapi kayaknya pingin coba kerja di Jakarta."
"Kamu mau ke Jakarta ???" Hasann membulatkan matanya, kaget dan senang.
"Iyaa kenapa memangnya ?"
"Ooh bagus aja sih kalo di Jakarta , aku setuju. Disana lebih banyak kesempatan buat berkembang yaa. Aku juga mau kalau di Jakarta ! hehehe."
"Ooooh ..." katanya sambil memandang wajah Hasann, mengulas senyum dengan lesung pipitnya.
"Tapi mau tinggal dimana kita disana yaaa ? ngontrak rumah gitu ?" tanya Hasann engga percaya diri lagi.
"Yaaa kalo harus sewa rumah, ya kita sewa aja, memangnya kenapa ? katanya acuh . Sudah biasa kok kalo di Jakarta sih...atau sewa apartemen aja kita San , jadi bisa pilih yang dekat dengan lokasi kerja kita nanti."
"Iyaa yaaa...bisa begitu." Hasann setuju.
Ririe cukup mengerti dan menerima kondisi keuangan Hasann yang seorang guru, engga mungkin mengharapkan untuk langsung dibelikan rumah.
"Yaaa kita berusaha dan berdoa ajaaa...supaya semua dilancarkan," kata Ririe.
Hasann membuka ponselnya dan iseng mengirim pesan ke ponsel Ririe.
Hasann :"Rie... aku kangen banget, pingin cium kamu."
Ririe yang curiga ponselnya tiba-tiba berbunyi, langsung meraihnya. Ia tersenyum geli.
Ririe :"Hmm...sama !" Ia memandang lagi wajah Hasann dengan senyumnya.
Hasann :"Ayoo dong Rie ?"
Ririe :"Muaaah ...muaaah, l love you San !"
Hasann tertawa. Ia pun segera membalasnya.
Hasann :"Love you too dear Ririe...kamu tuh masa depanku."
"Jadi kita nanti kawin nih ? hehehe. Ririe nyeletuk "enak aja !"
Hasann tersenyum mendengarnya, "Hm...siapa takut ! Orang suka bilang menyesal, menyesal...setelah menikah, kenapa engga dari dulu...! gitu kaan ? enak kayaknya. Hehehee," Hasann balas bercandain. "lebih cepat lebih baik kayaknya, kamu setuju engga ?"
"Hmm...apanyaa ?? enak di kamu dong kalo gitu."
"Enak gimana ?" tanya Hasann engga mengerti maksudnya.
"Mmmm...apa yaaa...? Ia bingung sendiri. "hehehe...engga tau tuh hahaha...belom pengalaman sih aku hahaha."
Tapi ia langsung menyambung,
"Kalo aku langsung hamil bagaimana ? masak aku harus bawa-bawa perut gede ke kampus ? nanti orang tanya hasil hubungan sama siapa katanya ? hahaha."
"Hm...iya juga yaa hahaha." Hasann baru menyadari hal seperti itu.
"Enak aja!" sergah Ririe, yang disambut tawa lepas dari Hasann.
"Jadi kamu lulus kapan ? bulan berapa tahun berapa dong ?"
"Aaaaah... udaaah aaaah...stop dulu ngomongin soal itu !" balasnya sambil mengernyitkan alisnya. Udah berpikiran mesum kali cowo ini juga, batinnya. Ia memiringkan bibirnya, kecut.
"Menurut kamu, perlu engga yaa aku ketemuan orang tua kamu, ngobrolin soal ini Rie.?
"Engga usah !" jawabnya singkat.
"Okee boss !" jawab Hasann langsung mengerti, kalau artinya nanti Ririe sendiri yang perlahan membicarakan dengan kedua orang tuanya.
Hasann engga tahan, dia langsung setengah berdiri dan mencium pipinya cepat.
"Udaaah yuuk , udah mau jam 4 nih, katanya sambil melihat arlojinya dilengan kirinya. Kita ngobrolnya pindah di stasiun kereta aja."
"Lima menit lagi deh,"tawarnya, Ririe masih malas untuk bangun dari duduknya.
Hasann pun menghela nafasnya dan menatap wajah didepannya.
Iya setuju 5 menit lagi...aku belum puas ngeliat cewek ini, dalam hatinya.
Tapi sebentar kemudian,
"Manaa tahaan aku ngeliat bibir kamu itu ...ayooo aaah kita jalan, pusing kepalaku," katanya sambil memijit-mijit pelipisnya.
Sama aja mahluk cowok dimana-mana juga, mesum aja pikirannya huh..., batin Ririe sambil merapikan isi tasnya.
Mereka pun berjalan menuju stasiun kereta Tegal yang berjarak beberapa ratus meter saja.
"Kita duduk dilantai sana aja yuuk, asyik kayaknya sambil selonjoran," ajak Hasann menunjuk ruang kosong diluar rumah makan siap saji.
Mereka duduk berdampingan di lantai, meluruskan kakinya. Engga ada kata-kata yang keluar. Hasann mengalungkan lengannya di pundak Ririe, dan Ririe merebahkan kepalanya ke pundak kanan Hasann.
Cukup menarik perhatian orang yang lewat disana , mereka menoleh dan tersenyum, bahkan ada yang memotret mereka . Dengan pakaian jaket dan tas ranselnya masing-masing, Hasann dan Ririe kayak turis yang sedang menunggu jadwal kereta untuk perjalanan liburan berikutnya.
"Kapan-kapan kalo kita ada liburan panjang , kita jalan-jalan ke Bali yuk Rie ?"
"Ooh mau banget, aku udah 3 kali kesana. Ada Riana, kakakku disana. Ia tinggal di Kuta Selatan. Ayo aja kapan dong ?" tantangnya.
"Hmm...kalo aku sih, liburnya waktu akhir tahun pelajaran sih, atau libur semester sekitar November Desember gitu. Atau nanti aja kita kalo udah merit gitu yaa kesananya ? Gimana menurut kamu ?"
"Hmm... mau bulan madu di Bali gitu ? hehehe... ."Ririe tertawa sambil membayangkan.
Hasann mengiyakan, "Boleh... hehehe pas musim hujan itu... hahaha."
Ririe hanya tersenyum saja mendengar guyonannya.
"Kalo mau..., berarti nanti kita meritnya harus sekitar bulan juni atau akhir tahun gitu Rie, berbarengan dengan liburan sekolah."
"Iyaa yaaah ?"
"Uuuh mana tahaaan nunggunya masih lama gitu hehehe..."canda Hasann sambil garuk-garuk kepalanya. Ia lagi-lagi mendapatkan cubitan dari Ririe, yang sebenarnya sama-sama udah engga tahan.
Sambil tetap memandang ke depan arah datangnya kereta, Hasann ngomong " Rie, engga nyangka yaaah ? kita ketemuan sekarang ini kok banyak ngomongin soal rencana pernikahan terus ...hahahaha, kenapa yaa ?" tanyanya baru sadar.
"Hmmm...udah waktunya kali San...kalo engga nanti kamu keburu tua hehehe."
"Hehehe...aaah cowok sih ...sampe 40 an juga masih oke, tambah oke malah ! Heheh. Yang penting ada duit sih semua beres !"
"Ooh sori ! aku sih engga begitu. Engga semua bisa dibeli sama uang."
Hasann mendengarkan banget ucapan terakhir dari Ririe tadi. Dia simpan di memori kepalanya.
"Udah tinggal 10 menit lagi kereta berangkat Rie...!"
Mereka pun bangkit berdiri, terlihat Ririe agak malas kurang bersemangat. Hasann memeluknya erat dan menciumnya sebelum ia membantu Ririe mengangkat tas ransel kepunggungnya.
"Aku pulang dulu yaaa..."kata Ririe lemas sambil menatap Hasann.
Hasann memberikan senyumnya, yang dibalas dengan senyuman Ririe yang manis dengan lesung pipitnya. Ia mengangkat kelima jarinya yang disambut oleh Ririe. Mereka bertatap-tapan lagi , ia mengecup bibirnya lagi lembut tanda perpisahan.
Ririe menutup matanya merasakan sentuhan dibibirnya, sangat halus.
Ia mengantarkan Ririe sampai kedepan pintu keretanya. Pandangannya terus mengikuti lewat jendela kaca sampai ia mendapatkan tempat duduknya dan melihatnya keluar mencari sosok Hasann. Hasann merasa tenang. ia melambaikan tangannya dan melihat wajahnya Ririe untuk terakhir, lalu berjalan meninggalkan lokasi stasiun itu... .
Di dalam kereta Ririe langsung mengenakan head-setnya mendengarkan lagu. Dia juga sudah siap dengan sebuah buku novel yang bisa dibacanya kalau perlu.
Ririe mendengarkan lagu sambil melamun , tiba-tiba ia dikejutkan seorang pria berjaket hitam yang berdiri dekatnya sedang menggecek nomor tempat duduknya. Dan setelah dia yakin, tanpa berbasa-basi , dia pun menaruh tas ranselnya di bagasi atas dan duduk dengan tenang disamping Ririe. Segera ia membuka ponselnya dan mengetik pesan.
"Sudah dilokasi boss !" entah dikirim kesiapa pesannya, tapi dari kalimatnya sepertinya ia sedang berkomunikasi dengan seorang pria juga.
Ia pun duduk tenang , tak acuh tanpa menyapa Ririe disampingnya.
Terdengar suara peluit tanda waktu keberangkatan kereta sudah tinggal beberapa detik lagi. Ririe pun berdoa untuk keselamatan perjalanannya. Ia mengirim pesan ke Hasann, bahwa kereta mulai bergerak meninggalkan stasiun Tegal.
Ririe meraih botol minumannya, dan sedikit menoleh kearah pria disampingnya yang tampak terdiam memejamkan matanya, seakan sedang mengatur nafasnya.
Tak berapa lama setelah kereta meninggalkan stasiun, petugas karcis berjalan kesetiap bangku memeriksa karcis penumpangnya.
Ririe memberikan karcisnya dan juga pria disebelahnya. Tapi waktu pengembalian karcis yang sudah ditandai oleh petugas, pria itu membantunya mengembalikan ke Ririe.
"Trimakasih , "kata Ririe sambil menerima lembaran karcisnya. Pria itu cuma mengangguk mengulas senyum.
Sepi engga ada percakapan, Ririe kembali mengenakan head-setnya sambil melihat pemandangan dari sisi jendelanya.
Suasana kereta dengan tempat duduk berdua itu agak membosankan, rasa kantukpun mulai menyerang. Tak berapa lama kemudian Ririe pun tertidur. Ia dibangunkan oleh suara ponselnya yang bergetar disakunya, ia segera meraihnya dan melihat ada pesan masuk dari Ardi.
Aduuuh apalagi ini, batinnya. Kok bisa pas begini waktunya seakan sudah diatur, engga ada kontak dengannya selama seharian bersama Hasann , tapi sekarang...
Ardi :"Rie...apa kabar ?"
Ririe berfikir sejenak sebelum membalasnya. Apa lagi ini...? bukankah sudah berakhir kisahnya ? waktu tinggal sedikit, sebelum ia lulus dan nanti dilamar oleh Hasann pikirnya. Ririe sudah engga mau berpetualang lagi dengan Ardi , sudah cukup ! sudah mantap hatinya dengan Hasann. Tapi sebentar kemudian , Ardi mengirim lagi pesan.
Ardi :"Aku engga ganggu kamu kan ?"
Ririe membaca pesannya, tapi segera ia menyimpan ponselnya didalam tasnya. Peduli amat dah pikirnya, dia engga akan baca lagi kalo ada pesan dari Ardi lagi, dalam hatinya.
Beberapa menit kemudian, telponnya berdering nada panggilan. Ia segera meraihnya dan mendapati Ardi yang menelponnya disana. Engga mungkin ditolak lagi, ia pun memijit logo hijau dilayar ponselnya tanda siap memulai percakapan.
"Yaa haloo...."
"Haloo Rie...hm...kamu lagi dimana ?"
"Lagi diluar."
"Hmm...aku jemput kamu di stasiun Tawang nanti jam 7 yaaa... kebetulan aku antar teman yang mau berangkat ke Jakarta dengan kereta malam."
Ririe langsung keheranan, "lhoo kok kamu tau sih, aku lagi di kereta ??" tanyanya curiga.
"Tau dong...ada temanku di Tegal sana yang kebetulan dikereta yang sama menuju Semarang dengan kamu," Jelasnya.
"Oooh..." Ririe tercengang sesaat sambil menegakkan kepalanya, memutar-mutar bola matanya. Orang yang mana dalam hatinya ?
"Ooh mmm...aku bisa naik taksi kok nanti, engga usah repot-repot Ardi, lagian kan kita sudah PUTUS yaaa !" Ririe sudah nekad , meski resiko malu didengar oleh penumpang lainnya. Nangis dalam hatinya karena sepertinya ia dipaksa untuk lagi-lagi berhadapan dengan Ardi yang bermasalah, engga boleh apa dia mendapatkan ketenangan ?
"Yaaa terserah kamu sih , tapi aku kebetulan ada di stasiun kereta nanti jam 7 yaa ! baik-baik kamu yaa Rie. Aku sudah belikan makan malam buat kamu bawa pulang nanti yaa."
Ardi menutup pembicaraannya tanpa menunggu jawaban dari Ririe.
Huuh ... dalam hati Ririe.
Pikiran Ririe jadi berkecamuk lagi , bercampur-campur jadinya. Pingin rasanya dia keluar dari kereta sekarang juga. Ririe kelihatan resah ia melihat jam tangannya dan melihat keluar.
Masih ada satu pemberhentian kereta di stasiun Weleri ,kota Kendal sebelum sampai di stasiun Tawang ,Semarang pikirnya . ia pun berencana untuk turun di stasiun itu untuk menghindari Ardi, agar memberi sinyal putus yang lebih jelas lagi ke dia.
Ketika kereta hendak masuk stasiun Weleri , terlihat ia merapikan isi tasnya , merapikan rambutnya , mengikat tali sepatunya kembali dan siap-siap akan berdiri, tapi tiba-tiba ...
"Aduuuh !" teriaknya.
"Ooh maaf bu..."kata penumpang pria disampingnya itu yang secara bersamaan berdiri , engga sengaja tangan kirinya menumpahkan kopi ke dada Ririe.
"Oooooh... !! Ririe melotot kaget , bercampur marah menyadari kaosnya kotor tersiram air dan dedak kopi. Aduuh bapak ini bagaimana siiih ??!! jadi basah deh iniii..." setengah teriak sambil memegang kaosnya yang lengket di kulitnya.
Ririe menjatuhkan tas ranselnya dengan kesal dan kembali duduk , sementara pria itu masih berdiri memenuhi ruang kosong ,seakan menghalanginya keluar .
"Iyaaa... maaf yaa bu, saya bener-bener engga sengaja, saya mau ambil tas saya. Tiba-tiba ibu berdiri juga,"alasannya.
"Maaf ya bu...,"kata pria itu sambil membungkukkan badannya.
Ririe terduduk cemberut sambil melap kaos dan badannya yang lengket disiram kopi . Buyar sudah konsentrasinya, ia pun hanya memandang keluar lewat jendela kacanya menyadari kalau kereta yang ia tumpangi sedang bergerak meninggalkan stasiun Weleri, Kendal menuju stasiun Tawang, Semarang.
Langsung Ririe teringat teman Ardi yang katanya satu kereta dengan dia ...jangan-jangan...! pikirnya. Cepat ia menoleh ke tempat duduk disampingnya, sudah kosong ! Mengherankan sekali. Ririe pun bergeser duduknya kesamping dan memandang sepanjang selasar gerbong kereta mencari orang tersebut, engga terlihat.
Kereta perlahan masuk stasiun Tawang dan Ririe berdiri ikut dalam antrian penumpang yang hendak keluar gerbong kereta. Ia melangkahkan kakinya dengan lemas, pikirannya masih berkecamuk. Dengan sedikit menundukan kepalanya tanpa menoleh kiri-kanan, ia berjalan dengan harapan, engga akan mendengar ada orang yang akan memanggil namanya disana.
Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti , dan ia melihat pas didepannya sosok tubuh tinggi atletis, ganteng seakan sedang menghadang jalannya. Siapa lagi kalau bukan Ardi.
Ririe menengadahkan kepalanya, dan menatap Ardi. Ia mengangguk pasrah dan mengikutinya.
"Pakai kaos saya aja Rie , nih daripada basah-basahan gitu, nanti takutnya masuk angin kamu !" kata Ardi sambil memberikan sebuah kaos t-shirt putih ke pangkuannya.
"Engga usah! " Jawabnya. Lagian masa dia harus berganti pakaian didalam mobil disaksikan dia gitu...huh ! engga laaah yaa.
"Yaa engga apa-apa kalo engga mau. Aku belikan kamu makan malam nih. Jadi engga susah-susah lagi harus cari makanan nanti yaa."
"Kamu tau dari mana saya ada di kereta !?" tanyanya keheranan sambil menggeser posisi duduknya jadi miring menghadap Ardi.
Ardi tetap diam saja melihat kedepan jalan.
"Ardi...aku tanya, darimana kamu bisa tau aku ada di kereta? Jawab Ardi !" tegasnya.
"Hmmm...aku kan sudah bilang kalau ada teman aku yang satu kereta sama kamu."
"Orang yang menumpahkan kopi itu ???! iya kaaan ? jawab Ardi... !"
Ardi menoleh sebentar dan kembali mengarahkan pandangannya kedepan , " Bukan ! cewek kok dia," jawabnya ikut kesal karena cewek disampingnya ini menjadi galak .
Ririe diam saja, rasa engga percaya dengan jawabannya.
"Ini buat yang terakhir kali yaa...Ardi, engga usah lagi jemput aku, engga usah lagi belikan aku makanan atau apapun juga. Kan aku sudah bilang kita sudah putus. END !" katanya tegas.
Ardi diam saja, sambil terus mengemudikan mobilnya dengan tenang, seakan menunggu waktu yang tepat dan mencari kata-kata yang pas buat disampaikan.
Mobil berhenti didepan rumah berteras yang dipenuhi tanaman hias.
"Boleh aku duduk di teras itu atau kita ngobrol sebentar didalam mobil sini ?" katanya datar sambil mengarahkan pandangannya ke teras rumah.
"Disini aja. Cepat deh mau ngomong apa."
"Okeee...aku akui memang aku sudah sering kali berganti pacar sebelum sama kamu , sebelum dengan Tracy, Arni, Shella dan banyak lagi. Maafin aku kalau aku sudah bertindak kasar sama kamu, mungkin sedikit melecehkan kesannya, tapi sebenarnya engga begitu Rie. Aku sebenarnya...sebenarnya ingin berhenti dengan kelakuan bejatku ini. Aku menyesal setiap setelah melakukannya. Tapi engga lama kembali lagi dengan kebiasaan buruk ini.
"Tolong aku Rie, sebenarnya wanita yang aku cari itu yang seperti kamu, berani , pintar dan punya pendirian."
"Kita jalan bareng lagi yaaa...jangan putusin yaa Rie ? pleasee... . " Ia memohon dengan memegang tangannya Ririe.
"Sudah selesai Ardi ! kamu cari aja perempuan lain. Masih banyak yang mau sama kamu. Engga usah mengejar-ngejar aku lagi. Percuma . Aku sudah tau maunya kamu seperti apa."
"Aku masuk dulu...,trimakasih Ardi." Ia membuka pintu mobil dan melangkah keluar dengan tenang.
Sebenarnya sempat hinggap dalam pikiran Ardi untuk mengerjai Ririe dengan memberinya sedikit saja obat perangsang dalam minumannya, supaya sedikit terpengaruh tanpa disadarinya. Ia juga sanggup memerintahkan orangnya untuk berbuat sesuatu yang buruk terhadap si Hasann , guru sekolah itu, pacar kekasihnya itu. Tapi melihat foto-foto yang 'orang suruhannya dalam kereta' ambil selagi mereka beberapa jam di Tegal itu, di stasiun kereta, di rumah makan, duduk-duduk di lantai teras stasiun kereta Tegal itu, ia berfikir dua kali.
Entah kenapa, dia engga berani melakukannya ! seakan-akan ada sesuatu yang bilang 'jangan' jangan lakukan terhadap mereka. Mungkin Ardi tersentuh oleh kesederhanaan hubungan cinta mereka, mungkin karena Ardi benar-benar mencintai sosok Ririe, dan siap melepaskannya atau ia tiba-tiba tersadar dan takut akan karmanya. Hanya dia dan Tuhan yang tahu.