Nial dan Ibu berdiri di sisi jalan mereka menunggu angkot yang searah menuju rumah sakit, keduanya berharap masih ada angkot yang tersisa untuk mereka tumpangi. Udara mulai dingin menyentuh permukaan kulit, masih belum ada satu pun angkot yang lewat. Jika mereka tidak menemukan angkot, maka terpaksa mereka harus berjalan kaki menuju rumah sakit. Tapi ada risiko yang harus di bayar jika keduanya nekat berjalan ke sana.
Beberapa sepeda motor lewat di depan mereka begitu saja bahkan tak hanya sepeda motor truk kontainer pun ada yang lewat. Ibu selalu melambaikan setiap ada kendaraan roda empat yang lewat. Sayangnya, semua itu tidak bisa menerima tumpangan bahkan ada beberapa kendaraan yang berlalu begitu saja tanpa menghiraukan lambaian tangan ibu. Ibu meminta Nial untuk duduk sambil lalu menunggu angkot, tapi Nial menolaknya pelan ia masih kuat berdiri.