Hari ketiga akan dimulai dengan penbelajaran tentang organisasi sekolah, Rafly, sang ketua OSIS bertugas untuk menyampaikan setiap tanggung jawab yang harus dilakukan oleh calon anggota osis yang baru. Mereka juga diajarkan cara menjadi seorang pemimpin yang baik dengan penuh tanggung jawab.
Rafly yang dikenal sebagai most wanted di sekolah ini, dengan wajahnya yang tampan hampir mendekati sempurna, kalem, anak konglo merat, putih, tinggi, dan yang pasti berprestasi itu berhasil membuat para siswa baru tercengang mendengar penjelasannya yang sangat memukau. Semua murid disana tak ada yang berbicara saat Rafly sedang menjelaskan materi. Bahkan bukan hanya siswa, panitia yang ada disana pun ikut tercengang mendengar penjelasan materi Rafly yang sangat rinci tapi singkat.
Tak terasa dua jam pun telah berlalu, pemaparan materi pun telah selesai. Bukannya senang, para siswi malah ada yang merasa kecewa dan mengeluh karena waktu pemaparan materi dari Rafly telah selesai. Karena ini sudah jam empat sore maka semua peserta LDKS diharuskan untuk kembali ke rumahnya masing-masing untuk mempersiapkan kelanjutan kegiatan LDKS.
Sementara Rania dan panitia yang lain masih harus tetap di sekolah untuk beres-beres dan merapikan ruangan untuk kegiatan esok.
Rania dan panitia cewek lainnya menyapu ruangan sementara para cowok membereskan salon, mic, kabel dan yang lainnya. Setelah semuanya beres maka para panitia diperbolehkan untuk pulang.
"Ran" panggil seseorang dari belakang saat Rania sedang berjalan di koridor
Rania pun membalikan badannya kemudian tersenyum ke arah orang yang memanggilnya yang ternyata dia adalah Rafly.
"pulang sama siapa? " tanyanya kemudian
Rania tersenyum kaku dan tak tahu harus menjawab apa. Sejujurnya, di dalam hatinya masih ada sedikit ragu untuk sekedar berbincang dengan Rafly apalagi hanya berdua.
"kalau gak ada yang jemput biar gue yang anterin" ajak Rafly
"eum, gak usah " tolak Rania halus
"kenapa? Dijemput sama Ali ya? " tanya Rafly
Rania menganggukan kepalanya Ragu. Dan hal itu pun membuat ekspresi Rafly berubah seketika. Berita kencan dirinya dengan Ali memang lebih cepat tersebar di seluruh sekolah, bahkan sebelum ia berbicara pun berita itu telah menyebar dengan cepat melebihi kecepatan cahaya di bumi.
"ohh ya udah. Bareng aja jalan ke depan. Yuk" ajak Rafly dan Rania hanya mengikutinya dari belakang.
Karena tak ada alasan untuk menolak. Rania pun mengiyakan ajakan Rafly. Toh hanya berjalan bersama sampai parkiran, dan menurutnya itu tidaklah berlebihan. Awalnya Rania berjalan di depan Rafly sampai kemudian perlahan Rafly mulai menyejajarkan posisinya sehingga mereka berdua berjalan bersama.
"sorry ya" ucap Rafly
"buat apa?" tanya Rania
"gak seharusnya gue nyatain perasaan gue ke elo. Jadinya kita malah canggung gini"
"kenapa sih lo ngebahas ini terus. Lagian juga gue gak papa kok. Harusnya gue yang minta maaf"
"gak papa. Gue ngerti kok. Tapi gue boleh minta sesuatu gak dari lo? " tanya Rafly
"apa? "
"jangan ngejauh. Dan jangan bersikap kayak kemaren. Walaupun gue gak bisa jadi pacar lo, kita kan masih bisa jadi temen. Ya kan? "
"iyah" jawab Rania sambil menganggukkan kepalanya
"kita bestfriend" Rafly sambil mengajak bersalaman dan tak lupa dengan senyuman manisnya.
Rania pun hanya membalas salam itu sambil tersenyum. Rania tahu Rafly orang yang sangat baik. Apa salahnya jika menjadi teman? Lebih baik banyak teman daripada banyak musuh kan?
Tak terasa kini mereka pun telah sampai di parkiran. Rafly menaiki mobil merahnya sementara Rania masih berdiri menunggu seseorang.
Setelah kepergian Rafly, Ali pun datang dengan motor hitamnya yang sering ia panggil dengan sebutan 'black'. Rania pun segera menaiki motor itu tanpa perintah.
"Al, kok diem aja sih?" tanya Rania karena sedari tadi ia hanya terdiam tanpa kata
"terus gue harus ngapain? " tanya Ali dengan nada dingin
"ya apake. Kebiasaan deh. Kalau ada apa-apa tuh ngomong. Jangan diem gini. "
"tadi lo ngomong apa sama si ketos itu? " tanya Ali dengan nada kesal
"ohh jadi gara-gara itu. Gue sama dia ngomong biasa aja kok. Jangan cemburu gitu deh"
"enggak tuh. Biasa aja"
"masa? "
"udah ah"
Ali kembali fokus pada jalanan sementara Rania merasa sangat senang sambil menggelengkan kepala melihat cemburunya Ali.
Sebelum pulang, Ali memarkirkan motornya di depan sebuah pedagang nasi goreng di pinggir jalan. Ali dan Rania sepakat untuk menyempatkan makan terlebih dahulu karena selain hari yang mulai sore, cacing-cacing di perut mereka pun telah bernyanyi-nyanyi tiada henti.
Ketika kedua sejoli itu turun tempat yang merupakan restoran bagi mereka berdua, Rania kemudian duduk di salah satu kursi yang kosong sementara Ali sedang memesan makanan.
Sambil menunggu pesanan datang, Rania iseng membuka handphone yang sejak tadi belum sempat ia buka.
-Rafly-
Ran, kalau bisa besok jam 5.30 udah ada di sekolah yah, soalnya ada perubahan jadwal
-Rania-
Set 6? Yakin? Masih pagi banget loh
(send)
-Rafly-
Iyah, banyak banget soalnya. Takut gak keburu
-Rania-
Tapi angkot belom ada kalau jam segitu :(
(send)
-Rafly-
Kalau gitu gue jemput aja gimana?
Rania belum membalas pesan itu. Ia menimbang-nimbang tawaran Rafly. Jika ia menerima tawaran itu, Ali pasti akan marah dan salah paham. Tapi jika tidak, bagaimana besok ia berangkat sekolah? Terus terang pada Ali pun takan membuatnya mengantar Rania ke sekolah besok. Jangankan berangkat jam setengah enam, tadi pagi saja ia hampir kesiangan akibat ulah kekasihnya yang kesiangan.
Saat akan mengetikan sesuatu di layar gadgetnya itu, tiba-tiba suara deheman seseorang tepat di samping telinga Rania. Otomatis ia pun kaget dan hampir akan menjatuhkan ponselnya. Ia pun melihat ke belakang dan DEG hatinya berdegup kencang kala matanya dan Ali saling pandang dengan jarak yang sangat dekat bahkan hidung Ali yang mancung hampir tenggelam di pipi Rania.
Mereka saling pandang beberapa detik sampai akhirnya Ali memutuskan pandangan itu dan segera beralih untuk duduk di kursi yang berhadapan dengan kekasihnya itu.
"ngapain sms an sama dia? Hmm? " tanya Ali dengan raut wajah yang terlihat kesal
"ehh eng-enggak kok" jawab Rania terbata-bata
"jangan boong deh"
"iyah sorry. Dia nyuruh gue berangkat jam set, 6. Lo kan tahu jam segitu angkot jarang ada. "
"terus? " tanya Ali dengan wajah datar. Dalam hati Rania ingin sekali memukul kepala Ali karena ia selalu tak peka dan tak mengerti kemauan Rania. Rania pun hanya memajukan bibirnya karena kesal.
Saat akan menjawab, pikirannya langsung teringat sesuatu supaya Ali peka terhadap ucapannya.
"gue boleh kan nebeng sama Rafly? " ucap Rania dengan senyumannya sambil mengangkat-angkat halisnya beberapa kali
Raut wajah Ali yang kesal semakin dibuat kesal dengan ucapan kekasihnya itu. Ali pun hanya memandang Rania dengan tatapan tajam seakan ingin melahapnya.
"boleh kan? " tanya lagi Rania
"ya udah" jawab Ali malas
Rania langsung melebarkan matanya tak percaya dengan ucapan Ali. Dia kira Ali bakalan marah dan malah menawarkannya untuk berangkat bersama. Ternyata malah di luar dugaan. Rania pun kembali mengerucutkan bibirnya.
-Rafly-
Gimana? Mau berangkat bareng gak?
Rafly kembali memberikan pesan. Dan saat akan membalasnya dengan malas, handphone milik Rania direbut oleh Ali.
"ya udah. Besok gue anterin" ucap Ali
Ekspresi wajah Rania kembali berubah dengan bibirnya yang mulai melengkung lebar.
"serius? " tanya Rania memastikan
Ali menganggukan kepala kemudian tersenyum. Hal itu pun membuat Rania kembali menyimpulkan senyuman lebar.
"ehh tapi lo gak bakalan telat kan kayak tadi? Kalo sampe telat gue bakalan---"
"iya sayang" hampir saja Rania akan menerkam Ali dengan tangannya yang mulai terangkat, namun Ali malah memotong ucapannya dan malah menerkam Rania dengan kata-kata romantis dan hampir membuat jantung Rania terbang ke langit ke tujuh.
Setelah dirasa kenyang, Ali dan Rania pun kembali melanjut perjalanannya pulang.
Di tengah perjalanan, langit yang tadinya cerah malah mendung tiba-tiba. Bintang dan bulan pun tak ada tertutup awan. Dan tak lama setelah itu, rintikan air mulai turun dan semakin deras. Sehingga mereka terpaksa harus berteduh terlebih dahulu.
Melihat Rania yang kedinginan, Ali langsung membuka jaketnya dan memakaikannya pada Rania. Rania pun tentu merasa senang dengan perlakuan Ali yang mulai peka terhadapnya.
Derttt. Suara handphone di saku celana Ali bergetar. Ia pun langsung melihat siapa yang mengirim pesan kepadanya.
-Unknown-
Al, ini aku Alena. Aku skrg ada di Jakarta. Kamu mampir ke rumah yahhh :)))
Bukannya membalas pesan itu, Ali malah langsung menutup ponselnya. Wajahnya mulai gelisah. Ia tak ingin jika Rania sampai tahu karena sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menceritakan masa lalunya.
Rania yang melihat ada raut kegelisahan di wajah Ali, merasa bingung dan penasaran
"ada apa, Al? Siapa yang sms?" tanya Rania kemudian
"nomor gak dikenal. Gak penting. Ya udah yuk" ajak Ali karena kebetulan hujan yang mulai mereda.
Rania pun mengangguk tanpa memikirkan apapun lagi kemudian segera menaiki motor hitam milik Ali.
Cuaca yang dingin membuat tubuh mungil Rania merasa dingin yang tak biasa. Ia pun meniup telapak tangan nya beberapa kali untuk mencari kehangatan.
Ali yang melihat kegiatan pacarnya di balik kaca spion lagi-lagi memarkirkan motornya di pinggir jalan. Tentunya hal itu pun membuat Rania bingung.
Saat Rania akan turun, Ali mencegahnya kemudian tanpa ia duga Ali memasangkan sarung tangan miliknya yang ia pakai kepada Rania.
Tanpa apapun lagi, Ali berbalik dan kembali menyalakan motornya. Namun sebelum itu, ia menarik tangan Rania kemudian mengalungkannya ke pinggang Ali. Lalu tak lama kemudian, motor hitam itu pun segera melaju dengan kecepatan sedang. Menembus cahaya yang mulai memudar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!!! 👍
Dan juga follow akun ini agar lebih berkembang.
Terima kasih 😉