Descargar la aplicación
57.14% Berawal dari SMA / Chapter 20: Cemburu

Capítulo 20: Cemburu

Satu minggu sudah Ali menjalani hukuman akibat kasus perkelahian dengan anak geng motor itu. Dan hari ini, ia dapat kembali bersekolah.

Semenjak kejadian itu, Ali terpaksa harus  di skorsing oleh pihak sekolah selama seminggu. Bukan hanya itu, jika ia terus-terusan absen lebih tepatnya bolos, maka pihak sekolah dengan terpaksa tidak akan membiarkan Ali mengikuti ujian kelulusan. Karena hal itulah, Ali harus memaksakan dirinya kali ini untuk berangkat sekolah. Jika bukan karena ibunya, mungkin Ali tak akan melanjutkan study nya dan lebih memilih mencari kerja untuk ibu dan juga adik perempuannya.

Jam dinding baru menunjukan pukul enam lewat lima menit. Pagi ini ia dibangunkan lebih awal oleh ibunya karena tak ingin jika anaknya itu berbuat kesalahan lagi. Beberapa kali Ali menguap karena matanya masih terasa kantuk. Ini masih terlalu pagi baginya dan bahkan jam beker di kamarnya belum berdering seperti biasanya karena ia memasang alarm pukul tujuh pagi.

Saat akan kembali mengurung diri di dalam selimutnya, teriakan Anisa, adik perempuannya, menggema dan terdengar jelas di telinga Ali. Dengan malasnya, ia menyeret kakinya untuk segera keluar karena jika tidak adiknya itu tidak akan berhenti memanggilnya.

Rahel Amara, nama lengkap dari ibunda Ali telah mempersiapkan makanan untuk sarapan mereka hari ini yang dibantu oleh Anisa, adiknya. Ali kemudian duduk tanpa disuruh dan menunggu ibunya selesai beres-beres. Setelah semuanya selesai, keluarga kecil itu pun memulai sarapannya.

"Al, inget yah! Mamah gak mau kamu ngulangin hal kayak kemaren. Tugas kamu hanyalah belajar nak bukan kerja apalagi tawuran. Yah? mamah mohon!! " pinta Rahel, sang ibu, kepada Ali setelah mereka semua telah selesai sarapan.

"iya, Mah" jawab Ali singkat sembari meminum segelas air putih yang telah tersedia

"pokoknya mamah gak mau denger lagi kamu tawuran, berantem, atau terlibat perkelahian. Kalau sampe mamah denger itu lagi, mamah gak akan maafin kamu" ucap Rahel sebagai peringatan bagi Ali

"iya, Mah" dan lagi Ali hanya menjawab singkat

"jangan iyah iyah mulu deh, Bang. Dengerin apa kata mamah" ucap Anisa karena kesal dengan jawaban singkat Ali, abangnya.

"iya adekku yang manis" Ali menyunggingkan senyuman kepada Anisa namun lebih tepatnya senyuman terpaksa

"ohh yah Mah, Anisa mau minta ijin, Anisa boleh kan kerja di kantin sekolah. Gak berat kok Mah. Anisa cuma bantu-bantu aja soalnya kan kantin selalu ramai Mah. Gak papa kan? " ucap Anisa meminta ijin pada sang Bunda.

Ketika itu, Ali yang baru seteguk meminum susu buatan mamahnya langsung tersendak seketika.

"hati-hati dong, Al" ucap Rahel pada Ali

"apa? Kerja? Kamu masih kecil dek. Enggak. Gak usah kerja. Abang gak ijinin. Mamah juga gak ngijinin kan? " tolak Ali

"iya nak, abang kamu bener. Kamu masih kecil. Tugas kamu itu, belajar yang rajin. Jangan mikirin kerja. Dan emangnya uang yang mamah kasih kurang buat kamu? " Rahel menyetujui perkataan Ali sambil menasihati Anisa.

"enggak Mah, bukan kurang. Uangnya cukup kok. Ya--Anisa berpikir, lumayankan Mah uangnya, ya siapa tahu bisa bantu mamah, atau juga bisa ditabung nanti. Boleh ya Mah? Plissss" Anisa mencoba menjelaskan pada sang bunda agar mau mengijinkannya dan memohon dengan sangat pada Rahel.

"gak boleh Anisa Aliana" Ali langsung berkata sebagai perwakilan jawaban dari mamahnya walaupun Rahel tak memintanya.

"ihhhhh abang.. Abang juga dibolehin kerja sama mamah"

"abang kan udah gede Anisa"

"tapi abang juga masih sekolah sama kayak Anisa"

"ya bedalah"

"beda nya apa coba, Bang? "

Anisa dan Ali memang terkadang selalu bertengkar bahkan terhadap hal-hal kecil. Dan Rahel sudah terbiasa akan hal itu.

"ya udah ya udah stop. Mamah bolehin kamu kerja, asal---satu, kamu jangan sampe kecapean, dua, kamu jangan lupa sama tugas kamu di sekolah, dan ketiga, kamu jangan lupa sama belajar. Oke" Rahel mengijinkan Anisa dengan menyebutkan persyaratan untuk Anisa sepakati.

"lohh kok gitu Mah, Anisa masih kecil Mah"

Anisa yang merasa menang kali ini hanya menjulurkan lidahnya kemudian berpamitan kepada sang ibu untuk segera berangkat sekolah karena tak ingin lagi berdebat dengan abangnya itu.

Sementara Ali yang merasa terkalahkan hanya mengerucutkan bibirnya kesal karena ibundanya malah mengijinkan Anisa untuk kerja.

.

.

.

.

.

.

.

Bersama 'si black' motor kesayangannya, Ali berangkat menuju sekolah. Ia begitu menikmati perjalanannya hari ini. Melaju dengan santainya diiringi dengan lantunan musik milik 'Justin Bieber'  yang berjudul intention yang membuat perjalanannya asik dan seru.

Memperhatikan kegiatan para penghuni bumi dibalik kaca helm, membuat Ali seakan menjadi saksi bagaimana perjuangan mereka di pagi ini untuk mencari uang bergambar sultan hasanudin itu. Namun ketika itu, pandangan jernih nya teralihkan dengan pemandangan yang membuat hatinya memanas tepat di depan matanya. Seorang wanita berambut panjang yang tiada lain adalah Rania, kekasihnya, bersama dengan lelaki yang pernah ia anggap sebagai saingannya dulu, lelaki yang dipuja-puja oleh satu sekolah, siapa lagi kalau bukan Rafly si Ketua osis.

Ali tak menghentikan mereka,ia tetap berada di belakang untuk memantau pergerakan mereka. Walaupun hati dan matanya telah merah memanas, namun ia coba untuk tetap tahan sebisa mungkin. Baru setelah jarak mereka sepuluh meter lagi menuju gerbang, Ali mengebutkan motornya.

Setelah tiba diparkiran, terdengar jelas Rania yang memanggil namanya. Namun Ali tak menghiraukannya seakan telinganya tuli kala itu. Ali tak marah, ia hanya sedikit kesal pada Rania yang baru sebulan ini menjadi pacarnya.

Istirahat...

Di kantin yang kini sedang ramai dengan para siswa yang mengisi perut mereka, Ali dan Aryo malah terdiam di kursi itu dan hanya memesan masing-masing satu gelas jus jeruk untuk menyegarkan tubuh di cuaca yang panas ini.

Tak ada obrolan seperti biasa hanya ada obrolan-obrolan kecil sebagai pemecah keheningan. Semenjak Aldo di rumah sakit, semuanya terasa berbeda. Beberapa kali, Ali dan seluruh teman-temannya pergi ke rumah sakit untuk menjenguknya, namun alhasil mereka semua malah kena cacian, makian, dan kata-kata kasar dari kedua orang tua Aldo. Dan akhirnya mereka pun kembali memutuskan untuk pulang.

Beberapa menit kemudian, tiga wanita cantik yang juga merupakan murid di sana datang dan duduk bergabung bersama Ali dan Aryo. Siapa lagi kalau bukan Rania, Rasti, dan Nadia. Mereka kemudian memesan mie ayam terkecuali Rania.

"gimana keadaan Aldo sekarang,Ras?" tanya Aryo kemudian

"dia udah lumayan membaik kok. Dan dia bilang mau minta maaf sama kalian semua atas perlakuan nyokap sama bokapnya" jawab Rasti yang mulai lebih bersemangat lagi.

"syukur deh kalau gitu" ucap Aryo dan Nadia berbarengan

Sementara Ali dan Rania hanya terdiam sejak tadi. Lebih tepatnya Ali yang kini bersikap dingin dan sama sekali tak melirik Rania walaupun ia berada di sebelahnya. Karena merasa ada yang aneh dengan dua sejoli ini, Aryo, Nadia, dan Rasti pun beranjak dengan alasan ingin pergi ke toilet untuk buang air kecil. Dan kini hanya tinggal Ali dan Rania di meja itu.

"Al,lo marah sama gue?" tanya Rania sambil memegang tangan Ali setelah beberapa lama saling terdiam satu sama lain.

"enggak" jawab Ali singkat dengan ekskresi dingin bagaikan es di kutub utara.

"sorry, gue gak bermaksud nerima ajakan Rafly, tapi---tadi tuh udah siang. Gue kepaksa, Al. Sorry yahhh" ucap Rania mengeratkan genggaman tangannya dengan perasaan bersalahnya.

"iyah" lagi-lagi Ali menjawab singkat tanpa menoleh sedikit pun ke arah Rania.

Karena merasa tak dihargai, Rania melepaskan genggamannya kemudian beranjak dari kursi berniat untuk pergi. Namun, Ali menahannya. Dan kali ini giliran ia yang memegang erat tangan kekasihnya itu.

"gue cuma gak suka cewek gue deket sama cowok lain. Siapa sih orang yang suka ceweknya deket sama cowok lain apalagi cowok itu udah pernah bilang suka?" ucap Ali yang mengeluarkan semua unek-uneknya.

"iya, gue kan tadi udah minta maaf, Al"

Ali menoleh ke arah Rania dan Rania pun begitu sehingga tatapan mereka pun saling mengunci satu sama lain.

"lo tuh cantik, Ran. Lo tuh pinter, lo berprestasi. Siapa sih cowok yang gak bakal suka sama lo? Gue cuman pengen, lo jaga perasaan gue, dan jaga hati lo buat gue. Oke." ucap Ali mengingatkan

Rania mulai tersenyum sekarang. Hatinya yang kesal menjadi berbunga-bunga. Bagaimana tidak, Ali saat ini sedang cemburu terhadapnya dan itu menandakan jika ia benar-benar mencintai Rania.

"iya sayang" ucap Rania kemudian

Seketika itu juga terlihat simpulan senyum di wajah Ali, namun ia tahan sebisa mungkin. Walaupun begitu, Rania masih bisa melihat wajah Ali.

"kalau mau senyum, senyum aja kali, Al" ledek Rania

"enggak" Ali masih berusaha untuk tetap cool

"ohh yahhhh? " ucap Rania tak percaya

Ketika itu, ibu pemilik kantin datang yang otomatis menghentikan obrolan mereka sejenak. Beliau membawa dua mangkuk mie ayam yang sepertinya di pesan oleh Rasti dan Nadia tadi.

"Rasti, Nadia, sama Aryo mana sih? Kok ke toilet lama banget " ucap Rania sambil melirik ke sana kemari mencari ketiga temannya.

"ya udah. Kita makan aja"

Saat Ali akan melahap mie ayam itu, dengan segera Rania mencegahnya.

"ihh gak sopan tahu. Yang pesen kan Rasti sama Nadia. Nanti kalau mereka balik lagi terus mie ayam nya udah abis gimana? " ucap Rania

"Raniiaaaa---lo lihat dong sekarang udah jam berapa? Istirahat cuma tinggal sepuluh menit lagi, harusnya mereka udah balik lagi dong ke sini. Lagian nih ya--mie ayam nya juga belom dibayar. Masih sah-sah aja dong kalau gue yang makan duluan. Udah cepetan makan!" jelas Ali dan segera melahap semangkuk mie ayam yang terlihat sangat lezat.

Tanpa banyak berpikir lagi, Rania pun langsung menyantap mie ayam begitu pun dengan Ali di sisa waktu istirahat mereka. Di selingi dengan canda tawa, makanan sederhana yang mengisi perut mereka hari ini menjadi makanan paling enak yang pernah mereka makan.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C20
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión