Benda bulat di penghujung siang telah hampir tenggelam meninggalkan lukisnya tanpa jejak. Penghuni bumi pun mulai menyepi menyelesaikan setiap aktivitasnya. Bumi yang gelap membuat manusia pun ikut terlelap.
Di balik gelapnya jalan di hari ini, seorang wanita berseragam sekolah sedang berjalan sendirian di tepi jalan seakan tak takut akan gelapnya malam yang mencekam. Wanita yang akrab disapa Rania itu melihat ribuan bintang di langit yang memancar dengan cerahnya menghiasi langit yang kesepian tanpa adanya bulan yang menemani.
Di dalam hatinya penuh tanda tanya dan keraguan. Kemana kakinya harus melangkah mencari sebuah kebahagiaan? Kebanyakan dari setiap pelajar pasti menginginkan waktu pulang sebagai waktu yang paling di tunggu, tapi tidak dengan Rania yang sama sekali tak menginginkan untuk pulang. Ia tak peduli lagi seberapa besar ayahnya akan marah jika hari ini ia kembali pulang malam. Pulang cepat atau lambat, semuanya akan tetap sama dan tak akan mengubah keadaan.
Di saat hatinya sedang dilanda kegelisahan, entah kenapa pikirannya sekarang malah tertuju pada Ali. Perkataan Ali saat di kantin masih terdengar jelas di telinganya.
*flashback on
"gue tahu kok lo lagi ada masalah" ucap Ali yang seketika membuat suapan Rania terhenti.
Rania mendongak, menatap Ali penuh tanya seakan berpura-pura jika hatinya kini memang sedang terluka.
"gue gak tahu seberat apa masalah yang lagi lo hadepin sekarang, tapi--nyokap gue selalu bilang, pada dasarnya manusia selalu menganggap kalau dialah orang yang paling menderita di dunia ini karena masalah yang terjadi di hidupnya, dulu juga gue pernah mikir gitu, sampe gue sadar kalau ternyata ada orang yang punya masalah lebih berat dibanding gue, dan lo tahu apa yang gue salut dari dia? " ucap Ali panjang lebar yang diikuti pertanyaan di akhir yang langsung di balas gelengan oleh Rania.
Raut wajah mereka juga kini berubah menjadi lebih serius dari biasanya.
Ali memajukan badannya yang tadinya menyender ke kursi menjadi lebih tegap, sehingga mulai mengikis jarak diantara mereka menjadi lebih dekat.
"karena orang itu selalu tersenyum, sampe-sampe semua orang gak ada yang tau kalau dia lagi ada masalah. Sampe-sampe semua orang ngira kalau dia orang paling bahagia di dunia ini. Dan hal itu, yang gue lihat dari lo. Jadi---" Ali menjeda ucapannya beberapa detik dengan mata mereka yang saling pandang sejak tadi.
"lo harus tetap tersenyum apapun masalah dan seberat apapun masalah yang lo hadepin sekarang. Oke" lanjut Ali yang diakhiri dengan mengangkat jempolnya di udara.
Perlahan, bibir Rania melengkung lebar membentuk senyuman indah di wajahnya. Lalu setelah itu, ia pun ikut mengangkat jempolnya tanda persetujuan.
*flashback off
Rania belum pernah melihat Ali yang sebijak itu, dan mungkin obrolah mereka tadi siang menjadi obrolan paling serius sepanjang Rania mengenal Ali beberapa hari ini.
Mereka berdua memang baru mengenal atau bahkan bisa dibilang dikenalkan oleh alam dengan first impression yang menyebalkan, tapi entah kenapa Rania justru merasa pertengkaran atau perdebatan diantara mereka adalah bumbu-bumbu kehidupan yang ada dihidupnya. Dibalik rasa kesalnya, ia juga tak memungkiri kalau ia juga bahagia.
.
.
.
.
.
.
.
Di atas kasur empuk bermotif spongebob, Rania telah mengistirahatkan tubuhnya di kasur setelah kembali di marahi oleh ayahnya karena pulang selarut ini. Namun jam ditangannya masih menunjukkan pukul delapan malam, dan ayahnya marah karena hal yang menurut Rania masih dalam batas wajar.
Kruuk kruukk
Suara bunyi handphone di dalam tas nya terdengar jelas di telinganya. Ia pun mengambil ponselnya di dalam tas untuk melihat pesan yang masuk.
+628569xxx
Hallo Rania. Ini gw Alex
Jngn lupa save ya
Sebelum membalas Rania menyimpan nomornya terlebih dahulu.
Rania
Oke
Alex
Lagi ngapain?
Rania
Belajar
Alex
Belajar mulu, gk bosen?
Rania
Enggaklah. Lo nya aja yang males
Alex
Yang penting pinter kan?
Rania
Pinter apanya?😤
Alex
😂😂😂
Lo besok ada acara gak?
Rania
Knp emang?
Alex
Gw mau ngajakin lo jalan sekalian mau traktir lo makan
Rania
Emng ada acara apa?
Alex
Party reuni kita
Rania
😅😅
Gw kayak udah jadi martabak spesial tahu gak
Alex
Emang lo spesial
Rania
Udah ah. Jangan becanda mulu
Alex
Tapi gimana? Mau gak?
Rania
Gak tahu
Besok abis pulang
sekolah aja gue kabarin.
Oke
Alex
Oke deh
Rania tak lagi membalas pesan dari Alex. Entah kenapa hatinya merasa ragu terhadap Alex sekarang. Saat akan menyimpan ponselnya, suara notifikasi pesan masuk mengurungkan niatnya.
082111463xxx
Hai, Ran! Ini gue Ali
Rania pun mengerutkan kening dan mengucek matanya beberapa kali barangkali ia salah melihatnya. Namun Ali benar-benar menghubungi Rania dan tentunya hal itu pun membuatnya mengembangkan senyuman lebar. Saking bahagianya, Rania bahkan hampir akan lompat-lompat di kasur.
Rania
Hem. Ada apa?
Rania mencoba membalas dengan santai pesan dari Ali kemudian memberikan nama pada nomor ponsel Ali di handphone nya.
Ali
Besok lo brngkt jam brp?
Rania
Jam set.7 kayak biasa
Kenapa?
Ali
Naek mtr?
Rania
Gk
Ali
Knp?
Rania
Lg gk dibolehin sm ayah
Ali
Oh
Tok tok tok....
Suara ketukan pintu membuat perhatian Rania teralihkan. Ia pun meninggalkan ponselnya lalu membuka pintu kamarnya. Dan muncullah seorang lelaki berparas tampan,kakak terbaik nya. Randy.
"kamu lagi ngapain dek? " tanya Randy
"gak ngapa-ngapain. Kenapa kak? " tanya balik Rania
"ikut kakak yuk" ajak Randy yang langsung menarik tangan Rania dan mengajaknya pergi tanpa menunggu persetujuan Rania.
Beberapa menit kemudian, kakak beradik itu telah sampai di penjual nasi goreng di pinggir jalan yang tidak jauh dari rumahnya. Itu adalah tempat favorit mereka berdua.
Dua porsi nasi goreng pedas menjadi menu makan malam di malam yang cukup mendung ini. Cuaca nya tak begitu dingin namun suasananya begitu hening. Entah karena tak ada bintang, ataukah mereka yang telah lelah dengan aktivitasnya yang sungguh mengekang.
"dek, coba deh nasi goreng kakak, pedess banget" ucap Randy kemudian memberikan sesuap nasi goreng miliknya pada Rania.
"perasaan sama aja deh kak, coba deh kakak coba yang aku" kini giliran Rania yang menyuapi kakaknya.
"enggak ah. Punya kakak lebih pedes" ucap Randy
"sama aja kakak"
"enggak Rania" ucap Randy kekeh
"iya deh kakakku yang ganteng" ucap Rania mencoba untuk mengalah sambil tersenyum lebar kepada kakaknya, dan Randy pun membalas senyuman Rania dan merasa puas karena adiknya itu telah memujinya.
"ohh ya kak, kakak cari pacar dong jangan ngejomblo terus biar Rania ada temennya kak kalau mau curhat" ucap Rania
"sama kakak kan bisa"
"ihh beda lah kak, Rania gak mungkin curhat sama kakak kalau masalah perempuan"
"kan bisa sama Bunda."
"Rania selalu malu kalau sama Bunda"
"kenapa malu? Bunda juga pernah muda kali"
"ihh kakak.. Pokonya kakak harus cari pacar. Kakak kan udah kuliah. Ayah juga pasti gak bakalan marah kok. Normal tahu" ledek Rania
"ohh jadi maksud kamu kakak gak normal gitu? " tanya Randy kemudian mengelitik adik perempuannya itu sehingga membuat Rania merengek kepada Randy ubtuk menghentikannya.
"lagian kakak tuh bukan jomblo tapi single" ucap Randy setelah menghentikan aksinya.
"ya sama ajalah kak"
"ya bedalah dek"
"pokonya kakak harus cari pacar" ucap Rania kekeh
"kakak udah punya pacar kok"
"ohh yah? Serius kak?" tanya Rania tak percaya
Randy pun hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
"siapa kak namanya? Cantik gak? Baik kan? Dia tinggi? Sejak kapan kakak---"
Randy langsung menutup mulut Rania dengan tangannya. "suuuuttttt---kamu cerewet banget sih" ucap Randy kemudian
"abisnya aku penasaran kak, kakak kan gak pernah cerita sama aku. Ayah tahu gak kak? " tanya Rania
"gak. Nanti juga ayah tahu sendiri"
"kalau ayah marah gimana?"
"gak papa"
"serius? "
Randy hanya menganggukkan kepala penuh keyakinan.
"kakak pasti cinta banget yah sama pacar kakak" ucap Rania berusaha memahami perasaan kakaknya.
"kalau gak cinta ngapain dong kakak pacarin dia"
"iya sih. Kakak hebat" Rania mengacungkan kedua jempolnya untuk sang kakak.
Setelah saling melontarkan senyuman, mereka pun kembali memakan nasi goreng yang sempat terhenti.