Dalam perjanjian itu pula, Jeni berjanji kalau perjanjian kesepakatan itu hanya mereka berdua yang tahu dan Jeni tak boleh membocorkan ke pihak ketiga tanpa terkecuali.
'Mengapa harus sesulit ini perjanjiannya!' pekik Jeni dalam hati. Batin sungguh pedih, ingin menjerit namun terasa sulit.
Dengan berusaha mengangkat sebelah tangan kanannya, Jeni begitu sulit melakukan perintah Sindi yang teramat berat.
"Tanda tangan sekarang, Jeni! Ini sudah malam dan saya sudah mengantuk!" Sindi berbicara tanpa iba.
Dada Jeni kembang kempis menarik nafas yang terasa sesak di dalam dadanya. Air mata pun menjadi saksi yang kembali menetes di pipinya.
Sebelah tangan Jeni kini sudah menggenggam pulpen. Dengan berat hati, ia membubuhkan tanda tangan yang kala ini terasa bagai penjanjian di ujung kematian.
Setelah berhasil di tanda tangan, selembar kertas itu diambil dengan cepat oleh Sindi seraya mengulum senyum kemenangan.