Ada rasa pilu saat Wili sampai di ruangan Sindi dan melihat kondisi mamahnya sekarang.
"Mamah!" bisik Wili lirih. Dia segera berjalan mendekati memahnya yang masih terkulai lemas tak berdaya di atas stracker.
Wili mengusap pipi Sindi dengan lembut. Nafasnya tiba-tiba tersengal saat kening Sindi dililit perban dengan sedikit bercak merah bekas luka yang berhasil menembus perban berwarna putih.
Pasang manik Wili terlihat berkaca-kaca, namun berusaha ia bendung dengan kuat. Harus kuat, karena mamahnya harus sembuh. Dia tak pernah menyangka akan melihat Sindi berbaring lemah, karena ini adalah pemandangan yang sangat mengiris hati Wili.
Wili menoleh ke ruangan sebelah lagi, ada Carol yang juga terbaring lemah. Namun Carol sudah sadar dan membuka matanya.
"Carol!" Wili segera menghampiri Carol dan berdiri di samping stracker.
"Wili!" desis Carol dengan suara yang tampak lemah. Ingin bangun namun masih tidak kuat karena dia masih merasakan pusing pada kepala belakangnya.