"Lalu apa kamu pikir kekasih kamu tak akan tahu dan tak akan marah? Saya yakin, orang seperti dia memiliki banyak mata dimana-mata. Apa kamu tidak berpikir ke arah situ, Jen?" protes Jeremi. Ia sepertinya masih ragu dengan permintaan Jeni. Walau pun memang dalam hatinya Jeremi juga sulit untuk menolak permintaan Jeni. Dia rindu dan tak bisa berlama-lama tak bertemu dengan Jeni. Tapi, sentakan Wili kemarin terlalu tajam dan menusuk jantungnya. Andai saja tidak ada Jeni yang melerai, mungkin Jeremi sudah menghajar Wili habis-habisan saat itu juga.
"Saya yakin tidak seperti itu kok, Mas. Mas! Mau ya bertemu, kita hanya bincang-bincang saja kok, Mas. Please!" Jeni masih saja merengek manja, memelas membujuk agar Jeremi mau menuruti permintaannya.
"Oke iya, Jen. Iya kita ketemu dimana?" Jeremi bertanya mengiyakan permintaan Jeni. Tak ada pilihan lagi. Jeremi luluh dan tak bisa menolak. Mana bisa Jeremi menolak kalau suara Jeni sudah merengek dengan nada manjanya.