Capítulo 92: 92. Sebuah Rasa Sebuah Rahasia

Jam pelajaran pertama dan kedua sudah berlalu. Kini bel dibunyikan sebagai pertanda bahwa telah memasuki waktu istirahat. Guru mata pelajaran kedua di kelas XII IPA1 itu telah mengakhiri Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di dalam kelas. Para siswa-siswi yang mengenakan jas almamater berwarna biru itupun berangsur keluar.

"Di mana si upik abu itu? Apakah dia akan menjalani hukuman sampai tiba jam pulang sekolah?" Lizty menggeser posisi duduknya untuk menghadap Purie, kawan sebangkunya itu.

Purie yang tengah mengemasi buku serta alat tulis lainnya itu menjatuhkan bahunya.

"Entahlah. Lagipula, aku tidak peduli!" sahut Purie.

Lizty membuang napasnya.

"Aku bertanya bukan karna aku peduli dengan gadis kampung itu. Tetapi aku...." Lizty tiba-tiba menghentikan ucapannya sendiri.

Purie yang awalnya tampak tidak tertarik dengan pertanyaan Lizty barusan itupun, akhirnya merasa penasaran dengan kalimat lanjutan yang mendadak Lizty bungkam.