Sepanjang malam itu Maya menyusun siasat.
Sudah larut malam di Alpan, namun Maya sama sekali belum bisa memejamkan matanya. Sementara di kamar sebelah terdengar suara dengkuran lirih si lelaki misterius.
Saat ini Maya masih serba salah dan sulit untuk menentukan sikap. Dia tidak tahu lelaki yang menyekapnya ini berada di pihak siapa. Namun Maya bertekad untuk mencari tahu, dan menjadikan lelaki itu sebagai sekutunya.
"Seharusnya gue yang memanfaatkan dia, Bukan sebaliknya," gerutu Maya sambil memeluk bantal gulingnya dengan gemas. "Sebenarnya lelaki ini cukup tampan juga. Jauh lebih macho dibandingkan Benny. Tapi masa iya gue jadi simpanan seorang satpam? Turun derajat dong gue, dari istri siri seorang direktur menjadi simpanan seorang satpam."