Descargar la aplicación
5.17% Ketika Dia Pergi / Chapter 9: Pernyataan Mbak Yati Menghebohkan Media

Capítulo 9: Pernyataan Mbak Yati Menghebohkan Media

"Emily?"

Emily menghambur keluar dari kamarnya saat mendengar suara dokter Rio memanggil namanya. Kelegaan tergambar di wajahnya mendapati dokter muda itu ada di ruang tamu rumahnya.

"Kamu baik-baik kan?," tanya Dokter Rio sambil memindai wajah Emily. Gadis kecil itu tampak pucat dan cemas. Berulangkali dia melirik keluar saat riuh suara kerumunan orang-orang semakin bertambah keras, karena para wartawan itu sekarang sudah masuk ke pekarangan. Bahkan beberapa sudah mencapai teras.

"Masuk ke dapur," ajak Dokter Rio sambil menarik tangan Emily. Beberapa orang sudah keliatan siluetnya di balik gorden, kemungkinan mereka mencoba mengintip ke dalam. Untung Mbak Yati dan Emily sudah bekerja sama menutup gorden jendela itu sebelumnya.

"Mana Mbak Yati?," tanya Emily yang baru menyadari bahwa ART yang setia itu tidak berada di rumah ini.

"Mbak Yati terjebak di luar," jawab dokter Rio dengan wajah murung.

"Mbak Yati tadi membawa handphoneku," ujar Emily. "Semoga aja dia bisa menghubungi Om Dokter nanti."

"Iya, Mbak Yati kan orang dewasa, pasti bisa cari akal untuk kembali masuk ke rumah," kata Dokter Rio menenangkan. "Sekarang lebih baik kamu jelaskan, apa yang dilakukan para wartawan itu di luar? Apa mereka mendapatkan informasi tentang kondisi ibumu?"

Emily tidak terlalu memperhatikan bahwa pandangan mata dokter muda itu berbinar saat menyebut 'ibumu'. Sambil terbata-bata Emily menceritakan kejadian hari ini. Mulai dari berita di televisi pagi itu bahwa telah terjadi penggerebekan terhadap suami seorang artis, sampai kedatangan para wartawan ini ke rumahnya.

Dokter Rio hening sesaat, wajahnya terlihat muram.

"Apa kamu percaya bahwa suami artis itu adalah ayahmu?"

"Aku tidak tahu, Om. Mereka menyebut inisial BD. Mungkin memang itu Papa. Nama Papaku kan Benny Dirgantara? Lagipula Mama dan Papa baru bertengkar beberapa hari yang lalu, dan sejak itu Papa tak pernah pulang. Aku berpikir apa Papa telah berselingkuh dan membuat Mama menjadi sedih sampai menyakiti dirinya sendiri."

"Kalau semua orang yang sedih berakhir dengan menyakiti diri sendiri, mungkin populasi dunia ini akan menurun drastis. Jadi jangan terlalu gegabah membuat kesimpulan. Lebih baik menunggu orangtuamu untuk menjelaskan, daripada menduga-duga yang tak pasti," kata dokter Rio memberi nasehat.

Emily tidak menjawab. Kedua jemarinya saling meremas satu sama lain. Dokter Rio curiga bahwa Tania Zillian memiliki riwayat medis yang mungkin keluarganya tidak tahu. Saat melakukan pertolongan pertama pada artis cantik itu, Rio menemukan bekas sayatan lama pada pergelangan tangan kirinya. Hal itu menandakan bahwa percobaan bunuh diri ini bukanlah pertama kali dilakukan Tania.

Mungkinkah artis cantik itu punya gangguan jiwa yang selama ini ditutupinya?

Sudah lama Dokter Rio mengagumi Tania. Penyanyi cantik itu adalah kebanggaan masyarakat Kota Alpan. Dokter Rio sendiri juga berasal dari Kota Alpan, walau mungkin Tania tidak pernah mengenal keberadaannya. Tidak heran, karena Rio lebih muda dari Tania. Sewaktu Tania kelas 3 SMP, Rio masih kelas 1. Namun Rio ingat bahwa kakak kelasnya itu sudah menjadi langganan juara menyanyi sampai ke tingkat provinsi.

Selepas SMP, Tania melanjutkan SMA nya di Jakarta. Sejak itu, Rio kehilangan jejak kakak kelasnya yang cantik itu.

Suatu kebetulan bahwa selesai menamatkan SMA-nya, Rio melanjutkan kuliah Kedokteran di sebuah universitas swasta di Jakarta.

Tania juga sudah merintis jalan menjadi artis terkenal. Hubungannya dengan Benny, seorang pelukis tampan yang terkenal sebagai playboy kelas selebritis semakin menaikkan pamornya. Penampilan Tania pun sudah berubah, dari gadis desa yang lugu menjelma menjadi sosok wanita metropolitan nan anggun dan elegan. Tania menikah muda dengan Benny Dirgantara di usianya yang baru menginjak sembilan belas tahun, saat karirnya baru saja naik setelah memenangkan sebuah kontes menyanyi di tingkat nasional.

Suatu kebetulan juga bahwa Rio mendapatkan pekerjaan sebagai dokter di sebuah klinik di daerah Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Diseberang jalan dari klinik itu adalah perumahan elit dimana Tania tinggal bersama suaminya sang pelukis tampan dan anaknya yang bernama Emily.

"Om tahu Kota Alpan?," tanya Emily tiba-tiba, mengagetkan dokter Rio yang tengah melamun.

"Eh? Kamu tahu Kota Alpan dari siapa?"

"Mbak Yati bilang, aku mesti siap-siap pindah ke Kota Alpan. Saat aku bertanya mengapa, Mbak Yati bilang tidak tahu," gumam Emily murung.

"Kamu ingin tahu Kota Alpan?" tanya Rio sambil mengeluarkan telepon selulernya dari saku.

Emily mengangguk. Matanya yang besar dan bulat seperti mata boneka membuat hati Rio menjadi luluh.

Tangan Rio bergerak lincah membuka google dan mengetikkan Kota Alpan disitu. Lantas memperlihatkan sebuah artikel di Wikipedia kepada Emily.

'Kota Alpan adalah sebuah kota di atas Bukit Barisan yang dijuluki sebagai kota dingin tanpa salju, terletak diatas ketinggian 1500 m diatas permukaan laut. Kota ini memiliki ciri khas berupa danau kembar yang dikelilingi oleh perkebunan. Berada di kota ini seperti berada di Eropa dengan deretan bukit barisan yang menyerupai pegunungan Alpen di Swiss.'

"Lihat foto ini," kata Rio sambil memperlihatkan foto-foto suasana Kota Alpan. Membuat mata Emily membelalak lebar karena kagum.

"Cantik banget, Om. Ini beneran ada di Indonesia?"

"Ya, kota ini ada di Indonesia. Di sebuah provinsi yang ada di pulau Sumatera. Coba kamu lihat foto ini," kata Rio sambil memperlihatkan foto dirinya sedang berada di sebuah perkebunan teh yang asri

"Om pernah ke Alpan?," tanya Emily sambil memperhatikan foto di telepon seluler milik dokter Rio itu.

"Yep. Lebih dari itu, Om bahkan lahir dan besar di kota itu."

Mata Emily melebar. "Yang benar, Om?"

"Buat apa Om bohong?"

Emily memperhatikan foto itu lagi. Lebih lama dari yang sebelumnya. Sebagai anak yang menyukai dunia desain, Emily sangat memperhatikan detil-detil yang mungkin terlewatkan bagi sebagian orang.

Di bagian sudut kanan atas foto, terdapat sebuah plang nama, seperti sebuah plang nama bangunan. Tertulis di situ Zilli... dengan beberapa huruf yang hilang karena fotonya terpotong.

"Ini plang nama apa ya, Om?," tanya Emily sambil menunjuk papan nama disudut foto itu.

Melihat apa yang ditunjuk Emily, wajah Dokter Rio memucat.

.

.

.

.

Sementara itu Mbak Yati yang kebingungan merasa gelisah dan serba salah karena dikerubuti wartawan yang memberondongnya dengan pertanyaan demi pertanyaan.

"Mengapa Tania tidak mau keluar menghadapi wartawan?," tanya seorang reporter lagi. "Berarti memang benar rumah tangganya diambang perceraian?"

Mbak Yati menggeleng-gelengkan kepalanya dengan panik. Tangannya bergerak menutupi wajah karena lampu-lampu kamera sering menjepret wajahnya dan membuat matanya sakit.

Sementara wartawan-wartawan itu terus mendesak sehingga Mbak Yati merasa terpojok.

"Apa benar Benny Dirgantara memiliki perilaku seks menyimpang?"

"Apa benar Benny Dirgantara ikut arisan perawan?"

Pertanyaan-pertanyaan itu semakin aneh dan membuat Mbak Yati merasa tidak nyaman. Karena sudah tidak tahan lagi, Mbak Yati berteriak karena frustasi. " Benar, Pak Benny itu bajingan! Dia bahkan pernah memperkosa saya sewaktu istri dan anaknya pergi keluar negeri. Kalian puas?!"

Setelah meneriakkan itu, Mbak Yati seperti memiliki kekuatan untuk menerobos kerumunan. Alih-alih kembali ke rumah, wanita desa bertubuh montok itu malah berlari ke arah jalan. Anehnya, tidak ada yang berani mencegahnya pergi. Semuanya seperti terhipnotis saat sosok Mbak Yati terus berlari menjauh.

"Live..live!!! Ada yang merekam pernyataan ART itu barusan?," para wartawan berteriak ribut.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C9
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión