Descargar la aplicación
5.62% Fated Baby of The Alpha / Chapter 22: Marion in the Wolf's Lair

Capítulo 22: Marion in the Wolf's Lair

Entah apa yang membawa langkah Marion ke tempat ini. Sejak tadi ia tak hanya merutuki dirinya yang begitu bodoh karena akhirnya memutuskan datang ke kediaman William. Jika ditanya apakah ini ia lakukan karena mencemaskan pria itu? Maka jawabannya adalah tidak.

Marion bahkan memutuskan untuk datang atas desakan Leah yang mengatakan bahwa selama ini William tak pernah sakit atau tidak datang bekerja. Dan jika ia sampai tidak bekerja, maka itu berarti ia memang benar-benar tidak sehat. Dan itu merupakan masalah yang serius.

Entah berapa persen kebenaran dari penuturan Leah, yang pasti kini dirinya sudah berdiri di depan pintu pagar kediaman Reynz yang dikelilingi rumah lain yang sama mewah, hanya tetap saja rumah William tampak lebih dibanding lainnya. Termasuk proses yang harus dijalani oleh Marion hingga ia akhirnya tiba di depan pintu pria itu.

Marion sangat memaklumi jika William mungkin sangat protektif terhadap dirinya sendiri dan apa yang dimilikinya, tetapi tetap saja aneh jika untuk masuk ke dalam saja ia harus berkali kali melakukan pembicaraan melalui interkom, seolah ia sedang akan memasuki kediaman seorang pimpinan negara.

Tiba di depan pintu rumah William, napas Marion sudah terengah. Ia kelelahan sejak tadi sebelum tiba tempatnya berdiri saat ini. Tempurungnya serasa mau lepas, hingga ia harus berpegang pada pintu untuk menetralkan kembali seluruh metabolisme tubuhnya.

Namun, belum sempat ia mengetuk, nyaris saja ia terjatuh karena tiba-tiba pintu terbuka dan membuat Marion hampir tersuruk jika saja seseorang yang ada di hadapannya tidak dengan sigap menangkap tubuh gadis itu.

"Marion? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya William sembari celingukan mencari tahu mungkin saja ada orang lain yang mengantarkan gadis itu hingga tiba di depan rumahnya.

Jangan tanya apakah William benar-benar tak tahu bahwa Marion akan datang, tentu saja ia sudah mengetahui. Hanya saja, jika ia tak tampak heran, justru akan aneh bagi Marion nantinya.

William tidak mencemaskan jika para anggotanya menyerang Marion, itu hal yang tak mungkin terjadi. Satu hal yang lebih dicemaskan oleh William. Vampire.

"Siapa yang mengantarmu kemari?" tanya William lagi, satu tangannya masih melingkar di tubuh Marion yang tak disadari keduanya sampai akhirnya Marion merasakan hawa panas dari tubuh bosnya.

"Ah! Tuan Reynz, kau demam!" pekik Marion, melepaskan diri dari rengkuhan William. Ia kemudian menempelkan punggung tangannya pada kening William dan langsung memvalidasi hasil indra perabanya yang merasakan suhu tubuh William yang lebih panas dibanding suhu manusia pada umumnya.

"Boleh aku masuk, Pak? Nanti akan kuceritakan. Sekarang kau harus beristirahat, karena suhu tubuhmu sangat panas." Marion memapah William yang kini hanya mengerjap tak mengerti dengan apa yang tengah dilakukan oleh asistennya itu. Namun, bukankah ini kesempatan baik baginya? Ia patuh saja apa yang dikatakan gadis itu.

Terlebih saat Marion merebahkan William di atas ranjangnya, terburu menyiapkan handuk dan air hangat lalu mengompres kening pria itu. Dan kemudian meninggalkan William untuk sebentar ke dapur dan tak menemukan apa pun di sana selain hanya beberapa bungkus daging tersimpan dalam lemari pendingin.

Tak ada sayuran sama sekali. Bagaimana ia bisa membuatkan sup untuk pria itu?

Sementara William di kamarnya beberapa kali tanpa sadar menyungging senyum dengan wajahnya yang terasa makin memanas.

Bukan, bukan! William sesungguhnya tidak sedang demam. Bukankah tubuhnya memang terasa lebih hangat dibanding manusia biasa? Ditambah lagi kehadiran Marion yang membuatnya makin hangat.

Ia harus segera membebaskan diri dari rasa tak nyaman ini. Bukan lantaran kehadiran Marion yang membuatnya tak nyaman, melainkan efek metabolisme hormonal yang tengah bekerja dalam tubuh William. Hal yang akan selalu terjadi pada setiap lycan yang berdekatan dengan pasangannya.

Ah, tidak! Ia dan Marion bukanlah pasangan seperti yang dibayangkan banyak orang, tetapi mungkin saja ini terjadi karena mereka pernah melakukan ....

"Pak, aku tidak menemukan sayuran apa pun, dan hanya menemukan daging dan iga, jadi aku membuatkan sup dengan bahan seadanya. Makanlah dulu, agar tubuhmu lebih baik." Marion datang tiba-tiba, meletakkan nampan di nakas yang berada di samping ranjang William. Pria itu hanya mengangguk gugup. Berkali-kali ia berdehem untuk membersihkan apa pun yang kini tengah menyekat kerongkongannya.

Apakah ini efek dari kerja hormonal tadi? Apakah ada hormon yang membuat manusia—ralat, maksudnya lycan—merasa gugup? Jika ya, sepertinya William tengah kelebihan hormon itu saat ini.

Marion tidak kembali ke dapur seperti yang diharapkan oleh William. Setidaknya agar ia bisa menghirup udara sedikit saja. Sebentar lagi ia pasti akan kehabisan pasokan oksigen di paru-parunya karena sejak tadi ia menahan napas, agar degup jantungnya tak terdengar oleh Marion.

"Pak? Kenapa kau tidak memakannya? Apakah kau sedang tak ingin makan daging? Atau ...."

"Ah, t-tidak ... aku akan memakannya."

William meraih mangkuk itu dan menyeruput perlahan isinya. Sesekali ia melirik ke arah Marion yang masih di tempatnya, memerhatikan William, seolah memastikan apakah pria itu akan menghabiskan makanannya atau menyisakannya.

Anggap saja ini adalah salah satu risiko memiliki asisten pribadi dengan tanda kutip, karena akan terus mengawasi apakah benar William sama seperti manusia pada umunya ataukah seorang siluman.

William lupa kalau Marion sama sekali belum tahu apa pun. Ia masihlah gadis naif yang merasa bahwa semua yang ia temui adalah manusia dengan wujud asli. Padahal bisa jadi hanya Marion saja yang murni manusia di dunia ini. Atau bisa jadi William salah.

Tak menunggu lama, sup yang disediakan Marion sudah berhasil berpindah dari mangkuk ke dalam lambung William.

tak ada yang ia keluhkan dari rasa maupun cara Marion mengolahnya. Entah apa yang membuat gadis itu tahu kalau William tak pernah makan daging yang benar-benar matang.

"Apakah rasanya enak, Pak?" Marion sungguh menyesal telah menanyakan hal itu. Memangnya kenapa kalau tidak enak? Atau ... apakah ia akan bangga jika William memuji masakannya? Bukankah selama ini ia tak membutuhkan validasi untuk apa yang ia lakukan? Namun, terhadap William kali ini ... mengapa ia merasa harus mendengar komentar dari pria itu?

"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku tidak suka daging yang terlalu matang? Teksturnya tadi itu—" ia ingin bilang kalau tekstur dagingnya mirip seperti daging yang ia nikmati langsung. Meski ada beberapa rempah yang ditambahkan ke dalam sup, tetapi nyatanya William masih bisa menikmati rasa asli daging di dalamnya.

"Karena aku memerhatikan steak yang kau makan setiap hari, selalu masih pada tingkat rare," jawab Marion tanpa mengalihkan tatapannya pada William yang baru ia sadari sejak tadi hanya mengenakan celana panjang dengan dada bidangnya yang ia biarkan terbuka.

Marion membuang wajah ke arah lain, sembari berusaha menelan saliva sekaligus oksigen sebanyak yang ia bisa.

Kini tak hanya William saja yang merasakan suhu tubuh yang meningkat. Marion pun tengah merasakan atmosfer yang mengelilinginya kini mulai memanas.

"A-aku ... kurasa aku harus pulang sekarang. Setidaknya aku telah memastikan bahwa kau baik-baik saja." Marion bangkit dari tempatnya kemudian hendak memutar tubuhnya dan mengayun langkah, tetapi dengan cepat William mencekal lengan Marion. Membuat gadis itu terhuyung sesaat dan segera menjaga keseimbangan dan menegakkan tubuhnya kembali.

"Biar aku mengantarmu, karena ini sudah cukup larut. Akan sangat berbahaya jika kau pulang seorang diri."

Marion tak berani menatap manik coklat milik pria itu. Ia sungguh tak ingin tenggelam di dalamnya.

"Tapi, Pak, kau sendiri masih belum cukup sehat. Aku khawatir jika kondisimu—"

"Jadi kau kemari karena mengkhawatirkan kondisiku? Benar begitu?" todong William, memotong perkataan Marion, dan tentu saja kalimat itu membuat perasaan Marion semakin tak karuan.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C22
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión