Descargar la aplicación
76.92% ANTARA LANGIT DAN BUMI / Chapter 10: Bab 13. Dua orang asing

Capítulo 10: Bab 13. Dua orang asing

"Biar saya antar kamu sampai kontrakan," tawar Langit saat akhirnya mereka tiba di Bandara Soekarno hatta.

"Nggak perlu," jawab Mauren cepat. Tawaran Langit tentu saja tidak menarik bagi dirinya. "Saya bisa pesen taksi online," lanjutnya sembari mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.

"Tante Ren ikut mobil kita aja!" Lesi menarik-narik baju Mauren sembari menunjukkan wajah penuh permohonan.

Langit yang melihat putrinya sangat menginginkan berada satu mobil dengan Mauren, langsung berinisiatif mengambil ponsel wanita itu begitu saja.

"Kamu!" pekik Mauren yang terkejut, tidak menyangka Langit akan menyandera ponselnya.

"Kalau mau ambil sendiri," tantang Langit sembari menahan senyum setelah mengantongi ponsel milik Mauren ke saku celananya. "Kalau nggak berani kamu ikut saya," lanjutnya sembari menggandeng jemari putri kecilnya untuk melangkah menjauh.

Mauren yang kesal hanya bisa berdecap, dan mau tidak mau mengikuti langkah Langit yang sudah mengayunkan langkah terlebih dulu.

"Ayo Tante Ren!" Lesi mengulurkan satu tangannya yang bebas untuk minta digandeng oleh Mauren. Wanita itu tanpa pikir panjang menyambut tangan mungil milik Lesi. Dan saat itu juga wanita itu sadar, jika kini mereka terlihat seperti sepasang orang tua yang sedang menggandeng tangan putrinya. Namun, sayangnya Mauren sudah tidak bisa menarik lepas tangannya karena Lesi menggenggam erat jemarinya.

Sementara Langit yang menyadari wajah Mauren kini tidak nyaman hanya menahan senyum. Kini mereka memang terlihat seperti keluarga yang bahagia dengan satu putri kecil. Ini tidak masalah untuk Langit karena dia memang akan memanfaatkan putrinya untuk mendekati Mauren. Dia sudah berjanji akan segera memperbaiki hubungan Mauren dan Maura sebelum resmi melamar kekasihnya itu. Dalam waktu dekat, semoga saja berhasil.

*

"Tante Ren, bentar lagi Lesi ulang tahun, nanti Tante Ren dateng, ya," ujar Lesi sembari memainkan boneka lumba-lumba yang kini menggantung di ransel kecil gadis itu. Mauren ingat boneka lumba-lumba kecil itu Lesi bilang pemberian seorang laki-laki yang gadis itu panggil Om Baik. Apakah kira-kira Langit tahu siapa Om Baik yang gadis ini maksud?

"Nanti Tante Ren usahakan, ya. Lesi mau kado apa?" Mauren sempat mencuri pandang pada Langit yang kini duduk di bangku depan mobil, segera mengalihkan pandangan saat laki-laki itu balas menatapnya dari kaca tengah.

"Apa aja, yang penting dari Tante Ren aku bakalan suka."

Mauren tersenyum sembari mengusap kepala Lesi dengan penuh sayang. Hal tersebut tidak lepas dari pengamatan Langit yang langsung menunjukkan senyum. Dia bahagia saat semua orang menyayangi Lesi. Sayangnya Bumi belum bisa memperlihatkan itu. Langit mendadak memikirkan apakah Mauren tahu masa lalu Bumi secara menyeluruh?

"Lesi bilang ini dari Om Baik, kan?" Mauren bertanya sembari mencuri pandang lagi ke arah Langit yang masih menatap ke belakang melalui kaca tengah mobil.

Lesi mengangguk dengan senyuman lebarnya.

"Lesi nggak tahu Om Baik itu siapa?" lanjut Mauren, dan melihat ke arah Langit yang tampak mengerutkan kening.

"Itu dari Om Bumi, Sayang." Langit memutar sedikit tubuhnya agar bisa menghadap ke belakang. "Lesi nggak inget? Waktu itu yang nolongin Lesi pas mau kecelakaan Om Bumi," ujar Langit lagi.

"Bumi?" Tentu saja bukan Lesi yang bertanya, melainkan Mauren. Jika pemilik gantungan kunci boneka lumba-lumba ini dan miliknya yang ada di rumah adalah orang yang sama, maka kemungkinan besar teman masa lalu yang selama ini dicarinya adalah Bumi?

Langit mengangguk bingung saat melihat ekspresi yang Mauren tunjukkan seperti orang terkejut. "Waktu itu Lesi masih sangat kecil, jadi nggak terlalu inget sama sosok Bumi. Dan lagi mereka juga jarang ketemu. Jadi wajar kalau Lesi lupa."

Mauren hanya menganggukkan kepalanya. Mencoba menghapus dugaannya yang sedikit tidak masuk akal. Pemilik boneka lumba-lumba seperti ini tentu saja banyak orang. Dan mencari keberadaan teman masa lalu hanya melalui benda seperti ini, tentu saja hal yang terasa konyol. Kenapa Mauren baru menyadarinya sekarang jika selama ini yang dilakukannya sangat tidak berguna?

*

"Saat ulang tahun Lesi nanti, itu sepertinya hari baik. Kamu harus dateng karena kalau enggak Lesi pasti akan kecewa." Langit ikut turun saat mobilnya sudah sampai di depan kontrakan Mauren. Sementara Lesi sudah tertidur di mobil mungkin karena kelelahan.

Mauren paham betul apa yang dimaksud hari baik. Itu adalah hari di mana dia akan berada di satu tempat yang sama dengan Maura. Apa memang sudah waktunya dia menghadapi semuanya?

"Oh, ya. Apa Bumi kasih tahu kamu alasan dia nggak pernah pulang ke rumah?" Langit tiba-tiba merasa penasaran dengan hal ini.

Mauren mengangguk pelan. "Dia nggak sepaham sama ayahnya, dan dia milih kabur karena nggak suka selalu diatur."

Langit tersenyum tipis karena ternyata adiknya belum menceritakan masalah yang sebenarnya pada Mauren. Dia juga tidak akan membongkar aib adik dan ayahnya karena ini bukan lagi ranahnya.

"Kalian sudah lama pacaran?"

Mauren memicingkan mata curiga dengan pertanyaan ini. "Ada urusannya dengan Anda?"

Langit tertawa kecil untuk sikap dingin yang Mauren berikan. "Kamu nggak inget saya kakak pacar kamu? Bukankah seharusnya kamu bersikap baik sama saya untuk mendapatkan restu?"

Mauren memutar bola matanya malas, wajahnya masih datar tanpa ekspresi berarti. "Anda tidak memerlukan restu saya untuk menikahi Rara. Jadi saya pikir itu juga berlaku sebaliknya."

"Dia sudah serius sama kamu?" Setahu Langit adiknya membenci komitmen pernikahan setelah kejadian masa lalu itu. Dan bahkan sekarang Langit pun masih tidak percaya jika adiknya mampu membuka hati dan memiliki kekasih.

"Itu bukan urusan Anda. Saya masuk, terima kasih tumpangannya." Mauren memutuskan untuk memutar tubuh karena pembahasan keseriusan ini tidak pernah terpikirkan olehnya sampai detik ini.

"Dari sikap kamu saya tahu jawabannya belum." Langit tidak mau adiknya hanya mempermainkan Mauren. Namun, jika gadis ini sudah bisa masuk ke hati Bumi, itu artinya tidak menutup kemungkinan Mauren juga bisa mengubah cara berpikir Bumi tentang pernikahan yang dianggap mengerikan.

"Adik saya takut menikah karena satu alasan." Kalimat itu menghentikan gerakan Mauren yang sedang memutar kunci pintu.

"Tapi saya harap keberadaan kamu bisa membuat ketakutan itu hilang. Dan juga dia bisa memaafkan dirinya sendiri karena kejadian masa lalu," ujar Langit lagi.

"Dia pernah melakukan satu kesalahan. Dan saya harap kamu bisa menerimanya saat kamu tahu kesalahan apa yang pernah dia perbuat." Setelah mengatakan itu Langit memutar tubuh dan mendekat ke arah mobil. Masuk dan meninggalkan Mauren yang kini tengah mematung untuk berpikir.

Kesalahan? Bumi tidak pernah menyebutkan ini dalam alasan kaburnya dari rumah. Jadi apa yang sebenarnya terjadi pada kekasihnya itu? Mauren baru sadar jika sebenarnya mereka adalah dua orang asing. Dia tidak mengenal Bumi, dan juga sebaliknya. Mungkinkah hubungan yang selalu baik ini akan tiba pada titik yang akan membuat mereka berpisah kelak?


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C10
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión