Descargar la aplicación
15.87% DENDAM MEMBAWA NIKMAT / Chapter 10: Widya Meninggal

Capítulo 10: Widya Meninggal

Satu minggu kemudian,_

Pasangan suami istri itu pulang ke rumah orang tua Widya.

"Panggilan dari rumah sakit, penting!" Kata tuan Sasongko Wicaksono cemas.

Dia dapat firasat buruk.

Sudah lama dia tidak menengok jasad Widya.

Widya dipercayakan kepada perawat jaga.

"Ayo... Kita ke rumah sakit, perasaanku tidak!" kata istrinya

"Garin ...!" Widya takut, tangannya dingin. Dia kontak batin dengan tubuhnya.

Keluarga Sasongko Wicaksono buru-buru ke rumah sakit.

"Putri anda tidak bisa bertahan... kami harus mencabut alat penompang kehidupannya!" ucap dokter Heri dengan wajah menyesal. Dokter Heri yang merawat Widya.

"AYAH...!" Widya panik.

Garin Anggara memeluk Widya. Khawatir istrinya itu berbuat nekat. Masuk ke jasadnya, mati bersama tubuhnya.

Garin Anggara gelisah. Dalam keadaan begini ayahnya malah pergi. Ki Joko pergi untuk kepentingannya sendiri, dia mencari istri di desa penari.

Garin Anggara memegangi Widya.

"Widya... tenanglah! Kamu tidak boleh begini!" Garin Anggara berusaha membujuk istrinya.

"Hu hu hu...tidak...aku tak mau dia mati!" Widya tambah menangis keras.

Keluarga Sasongko gugup. Perawat dan dokter Heri bingung. Heran, melihat istri Garin Anggara menangisi jasad Widya.

Garin Anggara membawa paksa Widya menjauhi ruang ICU. Nyonya Joice Sasongko mengikuti di belakang. Takut jiwa Widya terlepas dari tubuh Karin.

"Widya tenanglah! Kamu tidak mati. Yang mati itu hanya jasad. Kamu harus merelakan tubuhmu itu mati!" bisik nyonya Joice Sasongko berkata tegar. Namun di dalam hatinya, wanita juga tidak rela tubuh anak gadisnya itu mati dan di kubur. Sementara ruh Widya bersemayam di tubuh orang lain.

Tuan Sasongko Wicaksono datang, Widya berlari ke ayahnya,

"Ayah...tolong aku... aku tidak mau dia di kubur!" Widya memohon ke arahnya.

"Tenang sayang... kamu tidak mati. Kamu sehat, tubuh ini cocok untukmu!" bujuk tuan Sasongko Wicaksono. Mereka tak berdaya. Tubuh Widya tidak bisa diselamatkan lagi.

Berita kematian Widya menyebar cepat. Bella pulang ke kost memberi kabar Katrina.

"Widya meninggal dunia. Beritanya resmi dari rektorat"

"Bagaimana Karin? Dia pasti di salahkan menikahi Garin Anggara!" Katrina cemas.

"Kenyataannya memang begitu...!" Bella sedih. Orang-orang ramai membicarakan Karin yang bahagia di atas penderitaan keluarga Sasongko.

Dua orang gadis ini merasa tak enak sama orang-orang. Orang-orang di luar sana juga membully mereka. Bagaimana tidak, mereka ini sahabat Karin. Tinggal di rumah Karin. Si jago merah juga diwariskan ke mereka.

Padahal dulu Karin pernah berucap tidak akan memberikan Di Jago merah ke siapapun.

Si jago merah umurnya sudah lebih 20 tahun. Mesinnya terawat baik, begitu pula dengan bodi motor itu, Mulus.

Dua orang bersahabat ini dituduh mendapat berkah dari pernikahan Karin dengan Garin Anggara. Buktinya terlihat nyata.

Bella dan Katrina sempat kesal dengan Karin. Karin dan Garin Anggara tidak berperasaan. Mereka mengumbar kebahagiaan di mana-mana. Akun sosial keduanya di penuhi foto dan story bulan madu mereka.

Sungguh aneh, dulu Karin tidak mau punya akun medsos. Tapi sekarang, dia seperti artis Selebgram yang pamer kekayaan dan kebahagian. Karin sudah berubah.

"Ayo kita melayat!" ajak Katrina.

Bella mengangguk. Dia mencari informasi pemakaman Widiya.

"Widya dimakamkan di pemakaman keluarga Sasongko!" kata Katrina.

Mereka berdua berharap bertemu Karin di sana.

Dua orang gadis ini pergi ke rumah duka. Di sana banyak pelayat dari berbagai kelas masyarakat. Maklumlah keluarga Sasongko Wicaksono seorang pejabat kampus dan juga konglomerat.

Rumah duka dipenuhi papan bunga dukacita berderet hingga sepanjang 500 meter.

Saat tiba di rumah duka, Bella dan Katrina tercengang. Demikian juga para pelayat lainnya. Mereka heran melihat Karin menangis sesugukan di pelukan nyonya Joice Sasongko. Seperti apa sebenarnya hubungan keluarga Sasongko Wicaksono dengan Karin?

Mengapa nyonya Joice Sasongko memeluk Karin. Dua orang itu terlihat sangat dekat. Bukan hanya itu, tuan Sasongko juga memeluk Karin

Suami istri itu memeluk Widya, mereka bertiga menangis pilu.

Sementara Garin Anggara duduk di sebelah mereka dengan mata merah. Pria itu juga menangis.

Garin Anggara sangat dekat dengan keluarga Sasongko.

Keluarga Sasongko baik sekali ke Garin Anggara. Tapi mereka juga baik ke Karin.

"Karin tak tahu diri!"_ orang-orang mencibir melihat Karin.

"Karin yang seperti pemain drama. Pura-pura berduka, padahal hatinya bahagia!"

"Benar. Dia berhasil mendapatkan Garin Anggara yang ganteng itu!"_

Para pelayat yang sebagian besar para mahasiswi bergosip. Mereka bicara dengan berbisik-bisik.

Di sudut lain, ada pula para pembenci Karin, dan pecinta Garin Anggara bicara dengan berbisik, sambil melihat ke tempat duduk Karin yang di apit nyonya Joice Sasongko dan suaminya, Garin Anggara malah duduk di dekat para pejabat kampus lainnya.

"Aku heran, Sepertinya pak Sasongko Wicaksono dan istrinya itu bisa dekat dengan Karin?"

"Hah! Dia pakai ilmu pengasih. Apa kalian tahu ibunya Karin itu dukun? Para Ladies banyak yang datang ke sana minta di pakaikan susuk pengasih!" ucap seorang mahasiswi dengan wajah sirik.

"Hah! Benarkah?" para mahasiswi terkejut, mata mereka sampai terbelalak.

"Lihat itu...apa kalian tidak melihat Karin berubah begitu?"

"Dia menjadi feminim dan bening, dan semakin cantik!"

"Aneh apa ngga?"

"Ya aneh sih! Tapi bisa jadi dia pergi ke klinik mahal berubah penampilannya!"

"Betul. Ku rasa wajarlah. Garin Anggara kan kaya raya, dia memanfaatkan uang Garin, kecantikan bisa di beli!"

"Hah. Nasibnya baik sekali!"

Para gadis, mantan pacar Garin Anggara menatap iri ke Karin.

Sepertinya semua pelayat betah di rumah duka. Jumlah orang yang melayat semakin banyak. Mereka ingin mendengarkan sambutan dari pak Sasongko Wicaksono, selaku orang tua Widya dan rektor di kampus Bunga Bangsa.

Namun tuan Sasongko Wicaksono tidak mengucapkan kata sambutan.

Pemakaman Widya dilakukan dengan segera.

Karin dan suaminya berdiri mendampingi keluarga Sasongko.

Katrina dan Bella melongo.

"Aku bingung!" bisik Katrin ke Bella. "Sama. Aku juga bingung!" sahut Bella.

Sejak kapan Karin dekat dengan keluarga Sasongko. pertanyaan itu mengisi otak seluruh pelayat.

Kedekatan Karin dengan keluarga Sasongko Wicaksono, menghapus berita buruk tentang Karin. Mereka tidak pernah menyangka ternyata Karin begitu di sayangi keluarga itu.

"Sepertinya kita semua salah paham. Keluarga Sasongko tidak keberatan dengan pernikahan Garin Anggara dengan Karin!" ucap salah seorang mahasiswi yang berdiri di belakang Bella dan Katrina.

"Mereka tidak marah ke Garin Anggara, bahkan menurut kabar, tuan Sasongko Wicaksono sendiri yang menikahkan Garin Anggara dengan Karin!"

"Masa sih?" Orang-orang memasang telinga.

"Iya...Aku punya foto-foto pernikahan mereka. Acaranya sederhana. Mereka menikah di rumah sakit di sebelah tubuh Widya yang sakit. Pernikahan itu terlihat sangat sakral dan mengharukan. Katanya Karin sampai pingsan segala!'

"Ooohhh! Jadi mereka bukan menikah di KUA?"

"Mereka dua kali menikah, secara agama dan di KUA juga!"

"Ohh!" orang-orang berkerumun mendengarkan information pernikahan itu.

Bella dan Katrina menangis. Menyesal. Mereka telah salah paham ke Karin.

Saat pernikahannya Karin mereka sedang di Hongkong. Jadi bagaimana mereka bisa tahu isi hati Karin, Karin menutupi isi hatinya dengan rapat.

"Astaga! Apa ada sesuatu di balik pernikahan itu?!"_ Bella dan Katrina kontak batin. Mereka satu hati.

Pikiran mereka sama.

Dua orang sahabat itu mencari tempat yang jauh dari kerumunan.

"Kita harus ketemu Karin!"

"Benar. Mari kira dukung dia!"

Bella dan Katrina menghampiri Karin, setelah melihat bertemu Karin dekat begini, dua orang gadis ini di buat terkejut, Karin benar-benar menangis. Tangisan Karin bukan setingan. Karin berduka beneran atas kematian Widya.

"Karin... maafkan kami. Kami tidak memahami dirimu. Kami tidak mengerti apa-apa tentangmu...!" Bella berkata sambil menangis.

"Bella...kamu bisa menangis bersama kami...!" Katrina memeluk Karin.

"Tidak. Pergilah kalian bukan teman ku!" Karin mendorong Bella dan Katrina dengan kasar.

"Karin...!" Bella dan Katrina terkejut.


Capítulo 11: Menjadikan Karin Sebagai Budak

Dua sahabat Karin di buat terheran-heran. Mereka juga malu di depan orang-orang Karin bersikap arogan seperti itu.

Orang-orang memandang kejadian itu dengan berbagai sikap.

"Mengapa Karin marah ke teman-temannya itu? Bukankah mereka sangat dekat?"

"Ku dengar kedua teman Karin itu memanfaatkan hubungan Karin dengan keluarga Sasongko. Mereka menurut mendapatkan fasilitas dari Karin!" Sinis Renita, teman Widya. Dia tidak senang dengan Karin. Tapi setelah hari ini, gadis itu ingin berteman dengan Karin, karena Karin dengan keluarga Sasongko Wicaksono.

"Hah. Mereka bukan teman yang baik bagi Karin!" kata Ocha, dia mahasiswi, dulu dia berteman dengan Widya. Sekarang dia malah dekat dengan Karin.

"Benar. Ku dengar nyonya Joice melarang Karin berteman dengan mereka!" Kata Dewinta, dia teman baru Karin. Dewinta seorang model.

Bella menarik tangan Katrina menjauh dari orang-orang.

Sekalipun mere kea sedih dengan sikap Karin, namun

dua orang ini merasakan sesuatu yang aneh di pada diri Karin. Itu bukan sifat Karin! Karin tidak pernah kasar ke mereka.

"Tidak kah kamu merasa aneh. Karin terlihat berbeda?"

Kata Bella.

Katrina mengangguk,

"Benar. Bukan hanya sikap Karin yang berubah, suaranya juga!" sahut Katrina.

"Suara Karin...mirip suara... Widya. Ya Widya!" kata Katrina lagi.

"Benar. Aku pikir juga, suara Karin itu mirip suara Widya! Apa Karin meniru suara Widya? Tidak. Suara Karin tidak cempreng begitu!" Bella ke pikiran.

Dua orang gadis itu terdiam dengan hati penuh tanda tanya.

"Kita pulang saja!"

Dua orang sahabat Karin ini mengambil jalan samping, meninggalkan rumah keluarga Sasongko Wicaksono yang megah.

Mereka melihat para pembantu mengangkat barang-barang dari mobil Van.

"Itu kan barang-barang Karin?"

Bella dan Katrina ingat. Karin punya tas bag besar bertuliskan namanya. Sebelum berangkat bulan madu, tas itu kemaren di bawa Karin dari rumahnya.

"Letakkan semua tas itu di depan kamar nona Widya!" kata kepala asisten rumah tangga keluarga Sasongko.

Bella dan Katrina tercengang. Karin dan Garin Anggara pindah ke rumah keluarga Sasongko!

Bella dan Katrina sampai di rumah Karin.

"Kita pindah saja dari rumah ini. Karin sudah tidak menganggap kita teman lagi!"

"Benar. Aku khawatir, dia akan mengambil rumah ini lagi dan meminta yang yang telah dia berikan!" Bella berkata dengan hati was-was.

"Untunglah kita tidak menghabiskan uangnya!" kata Katrina.

Mereka berbenah-benah. Mengepak barang, siap untuk pindah.

***

Satu Minggu setelah Widya meninggal. Karin alias Widya datang ke rumah Karin. Bella dan Katrina sudah tidak ada.

"Baguslah mereka pergi!"

Widya masuk rumah Karin.

"Pintunya tidak di kunci. Huh dua orang itu memang sembrono!" Widya mengomel.

"Siapa itu?"

Widya terkejut mendengar suara pergerakan di kamar Karin.

Seseorang keluar dari kamar Karin.

"GARIN?!"

"Kenapa kamu di sini?" Widya terkejut.

"Kamu juga kenapa ke sini?" Garin juga kaget.

"Oh...aku mau mengambil laptop Karin!"

"Ayo sini!" Garin Anggara menarik Widya ke kamar. Membawanya ke ranjang.

"Garin... kamu mau ngapain?" Widya bingung. Tiba-tiba suaminya memaksanya masuk kamar.

"Bulan madunya kita sambung di sini!"

"Ohh... Hahaha!" Widya tertawa senang. "Aduh!" kepala Widya terantuk kepala ranjang.

"Widya... kamu kenapa?"

Widya pingsan.

"GAWAT!" Garin panik. Dia menyiapkan ikat pinggangnya mengikat tangan Widya. Takut Karin yang masuk dan berontak lagi seperti yang sudah-sudah.

Mata Widya terbuka. Itu bukan Widya. Itu Karin!

Garin sudah hapal. Dia cepat-cepat menutup bibir Karin dengan ciuman intens.

Katrin berontak. Garin Anggara tidak peduli. Tangan Garin Anggara bergerak cepat masuk ke bawah sana, merobek segi tiga pengaman putih mungil itu.

Mata Karin terbelalak. Dia tidak bisa melawan. Garin Anggara memasukkan barangnya secara paksa. Memberikan hentakan demi hentikan. Karin berteriak kesakitan. Garin Anggara tertawa senang. Dia dengan rakus menggigit bagian empuk di dada Karin. Karin hanya bisa menangis. Pria itu kembali memperkosanya.

Garin Anggara tersenyum puas, dia telah menjadikan Karin budaknya.

***

Sementara itu, di kerajaan Ankara, Turki, kerajaan gaib ratu Mustika.

Karin setelah mengalami hal yang buruk dengan tubuhnya, Karin bersemedi. "Untuk sementara aku tidak kembali pulang ke tubuh ku!"_ Karin jera dijadikan alat pemuas nafsu Garin Anggara lahir batin.

Ratu Mustika pamit pergi bertapa. Tidak tahu di mana tempatnya dan sampai kapan dia pergi. Tapi sebelum dia pergi, ratu mustika menempatkan di ruang perpustakaan. Hal itu sesuai dengan permintaan Karin sendiri. Di sini dia tidak tahu apa yang harus dia kerjakan. Di luar istana inipun Karin merasa tidak aman.

Di perpustakaan ini, Karin bisa menyalurkan hobinya membaca.

Untungnya dulu sewaktu masih sekolah Karin menyukai bahasa Turki. Jadi dia bisa membaca lembar lembar bacaan yang tertulis di tulang dan daun lontar.

"Mereka tidak menulis buku di kertas!"_ Krim kesulitan membuka buku yang sudah di bandrol dan dibuka dengan kata sandi. Tetapi masih ada buku yang bisa di baca. Buku ringan dan mungkin tidak di sukai oleh para penghuni istana ini.

"Buku Menaklukkan Hewan Peliharaan"

'Tidak apa-apa. Daripada tidak ada yang bisa di baca!"_

Entah berapa lama Karin di tempat ini. Di istana ini tak punya waktu. Siang atau malam tak ada bedanya.

Tempat ini selalu terang, hangat dan nyaman. Karin betah tinggal di sini.

"Aku sekalian belajar!"_ Karin membuat alasan itu ke ratu Mustika.

Tidak ada masalah!

Tapi masalah datang setelah ratu pergi.

"Apa kamu percaya kalau dia sahabat ratu dari negeri Jiran? Hah. Hanya gembel pengemis pencuri penipu!" kata Dayang utama istana ratu dengan wajah iri.

"Kalau begitu kurung saja dia di kandang hewan peliharaan!" jawab dayang ketua.

Dayang lain berkata dengan wajah pucat,

"Bagaimana kalau ratu menanyakan dia?"

"Ratu tidak tahu. Dia sedang menyepi tanpa batas waktu!"

"Hahaha! Baguslah itu. Kita jadikan saja dia budak!"

"Dia memang budak hina!" sahut temannya.

"Tunggu apa lagi! Mari kita siksa dia!" dayang itu menghentakkan cambuknya ke udara, terdengar bunyi menggelegar memekakkan telinga. Dia dayang utama, kesaktiannya tidak di ragukan lagi.

"Kamu jangan membuang tenaga, serahkan saja dia ke Goligo (hewan gaib berbentuk burung elang berkepala naga berwarna biru)!"

"Hahaha! Benar itu. Kita tidak boleh membuat ratu curiga. Kalau dia mati karena Goligo, siapa yang bisa di salah kan?!'

Para dayang itu tertawa. Mereka mengkhayal menyiksa Karin.

"Aku tidak sabar menyiksa manusia hina itu!"

"Iya aku juga!"

Para dayang itu berbisik membuat rencana.

"Sekarang kita singkirkan manusia budak itu!" mereka bersepakat.

"Entah kenapa baginda ratu menyukai manusia itu?"

"Iya. Ratu juga memberi dia tempat istimewa!" sahut dayang lainnya.

Empat orang dayang berwajah seram masuk perpustakaan.

"SINGKIRKAN BUDAK ITU DARI SINI!"


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C10
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank 200+ Clasificación PS
    Stone 0 Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión

    tip Comentario de párrafo

    ¡La función de comentarios de párrafo ya está en la Web! Mueva el mouse sobre cualquier párrafo y haga clic en el icono para agregar su comentario.

    Además, siempre puedes desactivarlo en Ajustes.

    ENTIENDO