"I-iya, gak apa-apa!" Ardina menyembunyikan tangannya kebelakang. Namun, ia masih merasakan genggaman tangan Rail yang begiu hangat. Ia membelai tangannya sendiri, sayangnya momen itu terasa sangat singkat. Padahal Ardina ingin sekali Rail terus menggenggamnya seperti tadi. Penuh rasa yang berbeda dari sebelumnya.
Sekali lagi, suasana hening kembali untuk kedua kali. Mata Ardina tertuju pada kerang cantik yang tertutup pasir sebagian. "Kerang?" Katanya, ia mengambil kerang itu. Kerang yang sangat cantik, kulitnya bergerigi dengan warna campuran antara biru dan merah muda. Sangat abstrak dan saling bertabrakan. Kerang yang sangat berbeda dengan sering kali ia temukan waktu di dunia. Ia mengangkatnya ke atas, membiarkan sinar matahari menerpanya. Kilauan dari kulit kerang memantul jelas.