Tanpa banyak bicara, Nara mengangkat kepala Ardina. "Nona, nona kenapa?" Tanya Nara ketakutan. Ia mengecek semua bagian vital Ardina. Semua hanya baik-baik saja, tidak ada yang mengalami kerusakan. "Sukurlah, ternyata cuma pingsan." Pikir Nara. Ia celingukkan, tak ada orang kecuali dirinya dan Ardina. "Aku harus segera bawa dia keluar dari sini!" Katanya sendirian. Ia mencoba membopong tubuh Ardina.
Tiba-tiba saja api besar mengepung dirinya. Menambah kabut yang sudah tebal dan menyesakan rongga pernapasannya. "Apa lagi ini?" Tanya Nara tidak mendapatkan jawaban dari kejadian yang ia alami saat ini. Dadanya semakin sesak. Dan napasnya semakin kesulitan mendapatkan oksigen. Nara jatuh pingsan.
Ardina sadar, ia melirik ruangan tempat sekarang dia berada. Tak ada orang kecuali perdana menteri yang sedang duduk menatap Ardina dengan tajam. Ia sangat tidak suka dengan keberadaan Ardina di istana ini. "Di mana ini?"