"Wow ... makanan yang sangat lezat. Jantung seorang wanita muda yang penuh dendam!" Raja Abbadon melahapnya hingga habis dan tak tersisa. Darahnya pun sama.
Nara hanya terdiam sambil tersenyum melihat Raja Abbadon melahap jantung Daniella. Nara memandang keluar jendela, ada pergolakkan dalam hatinya yang terus menerus menghantuinya. Rasa bersalahnya terus muncul tanpa berhenti menyalahkan dirinya itu.
"Hei ... sudah waktunya ke tempat pembully-mu yang ke lima, bukan?" tanya Raja Abbadon sambil menjilati sisa darah di tangannya itu.
"Kita sudahi saja, Yang Mulia! Aku sudah merasa puas untuk semuanya!" seru Nara.
"Apa?" Raja Abbadon cukup terkejut. "Apa kau yakin, Nara? Perjalanan kita sudah sejauh ini, ayo kita selesaikan dan lalu kita hentikan pembalasan dendam itu," bujuk Raja Abbadon.