Descargar la aplicación
4.81% Malaikat Dan Iblis Yang Mencintaiku / Chapter 19: Aku Akan Menghalangimu!

Capítulo 19: Aku Akan Menghalangimu!

Asmodeus duduk di sebuah tepi sungai. Di situlah tempat favoritenya bila sedang dalam masalah besar atau sedang kalut. Ia memandangi sungai dan suara riak yang berasal dari aliran sungai yang deras hingga hulu. Ia lalu melempar batu yang diambil di dekatnya. Batu itupun terlempar sangat jauh dan kemudian tenggelam di tengah-tengah sungai.

"Kau tau, Orthus?" kata Asmodeus mulai berbicara pada anjing kesayangannya itu. Anjing itu sebenarnya milik Lucifer, ia menemukan anjing itu saat berjalan-jalan di sekitar kerajaan. Orthus kecil sedang kedinginan dan kelaparan di dekat pohon besar yang tumbuh subur di halaman belakang istana. Dan akhirnya, Lucifer membawanya sebagai hadiah atas kedatangan Asmodeus di istana itu juga sebagai penghibur dirinya yang sedang sedih.

Awalnya, Asmodeus menolak anjing pemberian Lucifer itu. Mau tidak mau, Lucifer merawat Orthus selama sebulan dengan penuh kasih sayang, lambat laun Asmodeus menerima Orthus sebagai peliharaannya. Hanya Lucifer yang menyayanginya dulu, dan dari Lucifer Asmodeus merasakan kasih sayang.

"Aku sangat muak kehidupanku ini! Andaikan Kak Lucifer gak pernah menjadi malaikat, mungkin saja aku tidak akan sesengsara ini!" ujarnya. Lalu ia menghela napas panjangnya. Ia berdiri, "Lebih baik kita mencari gadis itu sekarang, Orthus!" ujar Asmodeus berusaha melupakan semua yang terjadi.

Guk.

Guk.

Guk.

Orthus terlihat senang. Ia terlihat imut di tubuh kecil itu, benar-benar menggemaskan.

"Ayo, Orthus. Kita pergi dari sini!" Orrthus mengikutinya dari belakang. Menggoyang-goyangkan ekornya.

Sayap berwarna hitam mirip kalelawar itu terlihat sangat besar muncul dari punggung Asmodeus, lalu ia menggendong Orthus. Sayap itu mulai mengepak pelan, hembusan angin membuat daun-daun kering di sekitat tempatnya berdiri mulai beterbangan, air yang tenang pun mendadak beriak.

Tubuh Asmodeus mulai melayang keatas dan lalu terbang ke langit yang mulai senja. Warna jingga terlihat menghiasi seluruh ruang di langit. Burung-burung terbang menghiasi lukisan alam sang pencipta, menambah keindahan panorama alam yang damai.

Mata Asmodeus mengamati bawah langit. Di bumi terlihat pepohonan yang tumbuh subur dan rindang di hutan itu. Ia sedang menapaki jejak mencari rumah Alicia. "Hei ... Orthus, apakah kau bisa mencium bau gadis itu dari atas sini?"

Guk.

Guk.

Guk.

sahut Orthus penuh percaya diri.

"Bagus, berarti kita tidak akan susah menemukan rumah gadis itu," kata Asmodeus tersenyum. Mereka terus terbang sambil melihat-lihat ke bawah, kini Asmodeus dan Orthus sudah memasuki rumah penduduk setelah melewati perkotaan dengan cahaya lampu yang berkelap-kelip.

Guk.

Guk.

Orthus tampak ribut setelah ia melihat satu rumah. Anjing itu mencium bau Alicia di rumah itu. "Apakah itu rumah gadis yang kita cari?"

Guk.

Tanda bahwa penciumannya tidak pernah meleset. "Baiklah, kita turun sekarang!" imbuh Asmodeus. Iblis dan anjing kesayangannya itu perlahan-lahan turun ke bawah. Dan ia berdiri mengamati jendela kamar yang tertutup gorden hijau. Lampu masih menyala terang berderang di tengah sepinya malam. Hanya ada beberapa mobil saja yang melintas di jalan raya pemukiman tempat Alicia tinggal.

Asmodeus tersenyum senang, bayangan Alicia sedang tidur tengkurap. Sepertinya gadis itu sedang menulis sesuatu di buku diarynya. "Akhirnya aku temukan juga kau, manusia!" gumamnya pelan. Kemudian ia menggerakan tangannya, gumpalan asap hitam muncul dari telapak tangan Asmodeus, ia pun menebarkan keseluruh rumah di permukiman tempat Alicia tinggal.

Tak lama, gadis itu menguap beberapa kali. Rasa kantuknya tidak dapat tertahankan lagi olehnya. Alicia tanpa sadar sudah tertidur, tertidur oleh sihir yang di keluarkan Asmodeus, pangeran iblis berdarah campuran manusia. Iblis itu menyeringai, dan Orthus menggeram.

Ia menggerakan tangannya sekali lagi, kali ini, gumpalan hitam menyelimuti tubuhnya. Tak lama, tubuh Asmodeus tertutup gumpalan asap itu dan menghilang. Bersatu dengan gumpalan asap yang berwarna hitam, sangat pekat.

Gumpalan asap itu pun mulai terbang kearah rumah Alicia dan masuk melalui celah bawah pintu. Sedangkan Orthus di perintahkan untuk berjaga di luar, Asmodeus kuatir, Riel datang tiba-tiba dan menyerangnya.

Wujud Asmodeus pun kembali seperti semula, wujud manusia yang sangat sempurna dan begitu tampan. Ia kembali tersenyum, ia kemudian duduk di pinggiran ranjang gadis yang sudah tidak sadarkan diri.

Ia mengambil buku diari yang tergeletak di dekat gadis itu tertidur. Asmodeus mulai membacanya.

'Hai diari,

Kau tau, hari ini adalah hari terpanjang yang pernah aku rasakan. Dari rada takut yang awalnya menyelimuti perasaanku setelah kecelakaan bis yang menyebabkan semuanya meninggal, tapi akhirnya aku bersukur Tuhan masih mengijinkan aku hidup sekali lagi di dunia ini.

Aku senang diari, entahlah, apakah aku harus senang atau tidak. Sebab, aku bertemu sosok yang paling di takuti oleh umat manusia di dunia ini. Yaitu Malaikat Maut, kupikir ia sangat menakutkan, ternyata ia sangat tampan.'

Asmodeus berdecih kesal saat Alicia memuji Riel tampan. "Apanya yang tampan? Apa gadis ini buta memuji ia tampan? Apa ia tidak melihat ketampananku tadi?" gerutu Asmodeus sangat kesal.

Lalu ia mulai membaca halaman selanjutnya.

'Kukira itu semua hanya mimpi, ternyata ia sangat nyata. Wajahnya yang bersih, pakaiannya yang serba putih dan juga sayapnya yang bersinar membuat jantungku sangat berdebar-debar memandangnya.'

Asmodeus kembali berhenti membaca. "Apa-apaan ini? Kenapa semuanya tentang Riel? Apa gadis ini bodoh lebih memuji ketampanannya dibanding aku?" Ia semakin kesal. Ia terus membalikkan halaman diari itu, mencari tulisan Alicia di dalam buku diari itu. "Masa tidak ada satupun ia menulis tentang ketampananku? Ia justru menulis tentang semua keburukan aku?" protesnya kesal. Ia akhirnya merobek-robek tulisan tentang Riel di buku Alicia, Asmodeus sangat membencinya. Setelah itu, ia menaruh kembali buku itu di dekat gadis itu.

"Kau benar-benar menyebalkan gadis bodoh!" kata Iblis itu mengumpat. Lalu ia menghelas napas. Terdiam.

Tak lama menjadi sangat hening.

Entah kenapa, tangan Asmodeus mulai menyentuh rambut Alicia, ia menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajahnya yang kini jauh lebih cantik di banding sebelum ia mengalami kecelakaan. "Ternyata kau jauh lebih cantik bila sedang tertidur!" gumam Asmodeus.

Tanpa sadar, ia sudah mengelus-elus pipi Alicia. "Tapi sayang, kau akan mati sebelum merasakan kasih sayang dari Riel. Andai saja kau memujiku sedikit saja, ya ... mungkin aku akan mengampuninya!" ujar Asmodeus.

"Kini sudah saatnya aku mengambil kristal nyawa Raja Akhirat yang diberikan padamu," kata iblis itu mulai mengeluarkan kekuatannya. Lalu ia meletakan telapak tangannua tepat di dada Alicia setelah Asmodeus membalikan tubuh gadis itu.

"HENTIKAN ITU, ASMODEUS!!" teriak Riel dari belakang. Membuat Iblis itu menghentikan sejenak niatnya.

"Riel? Bagaimana kau bisa lolos dari penjagaan Orthus?" tanya Asmodeus sangat kaget.

"Kau tidak perlu tau!" sahut Riel.

"Brengsek, kenapa dia selalu mengganggu kesenanganku?" gumamnya di batin, ia sangat kesal pada kehadiran Riel.

****

Bersambung.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C19
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión