Descargar la aplicación
3.03% Malaikat Dan Iblis Yang Mencintaiku / Chapter 12: Pehatian

Capítulo 12: Pehatian

Alicia menyadari suara itu, dan ia menoleh. "Riel!" pekiknya sangat kaget. Ia bangun dan bergegas menolongnya. Malaikat maut benar-benar kehabisan tenaga. "Riel, Riel kamu tidak apa-apa, Riel?" panggil Alicia, ia tampak panik melihat wajah Malaikat maut itu pucat dan berkeringat. Ia tidak tau harus bagaimana, ia juga tidak bisa pergi kemana-mana sebelum matahari terbit. Takut mahluk-mahluk itu menyerang dirinya kembali.

"Aku harus bagaimana ini, Tuhan?" ujarnya panik. "Riel, ayo dong bangun. Aku tidak tau harus melakukan apa untuk saat ini!" Ia benar-benar bingung saat ini, ia tidak bisa kemanapun dan tidak bisa melakukan apapun kecuali hanya di dalam goa.

Malaikat maut itu membuka matanya, ia melihat wajah Alicia yang begitu mencemaskannya. Seulas senyuman manis dan terindah miliknya mengembang di bibir seksinya itu. "Hei!"

"R-Riel ... kamu udah sadar?" Alicia menoleh.

"A-aku haus!" ucap Riel pelan, tidak menjawab apa yang ditanyakan Alicia. Gadis itu melihat tatapan mata sayu dari Malaikat, mata yang sangat indah bila di lihat dari dekat. Berwarna biru laut, dan itu membuat jantung Alicia berdetak kembali. Gadis itu pun tidak bisa mengendalikannya sama sekali.

"I-iya ... a-aku akan ambilkan air dulu!" Alicia membantu Riel bersandar pada dinding goa yang tak rata.

"Tunggu!" Tahan Riel. Lalu ia mencabut sehelai bulu sayapnya yang putih dan lembut itu. "Bawa buluku ini, mereka tidak akan bisa mencium baumu." Memberikan pada Alicia. Gadis itu sempat terdiam, lalu menerimanya.

"Kamu tunggu di sini, aku akan ambil air di sungai dekat sini!" imbuh Alicia. Bangun dan keluar dari goa, sesaat ia merasakan barrier pelindung milik Riel. Alicia berlari sekeras mungkin ke sungai, dan ia merasa aman dari gangguan para mahluk halus yang menyerangnya saat pertama mengambil air.

Alicia berjongkok, bergegas ia mengambil air itu dengan kedua telapak tangan, berjalan pelan-pelan. Namun, belum seberapa jauh ia melangkah, air itu sudah habis di tengah jalan. Alicia berdecih, ia kemudian kembali ke sungai dan mengambil air sekali lagi. Sayangnya, air itu tetap habis sebelum ia sampai di goa. Ia sudah mulai habis kesabaran, sudah berkali-kali ia bolak-balik, air tidak ia dapatkan.

Mata Alicia melihat ke sekitar tempatnya berada, ia mencari wadah buat menampung air yang akan diambil, kemudian mengambil botol minuman yang belum terlalu lama digunakan. Ia mengisi penuh botol minuman itu dengan air.

Ia segera membawa air itu, berlari kencang dan berharap Riel masih dalam keadaan sadar dan hidup. Sesampainya di goa, Riel masih dalam keadaan memejamkan mata, keringat terus mengucur deras. Bercampur darah yang tiada henti keluar dari luka. Sesekali ia meringis kesakitan. Kekuatan untuk menyembuhkan diri seakan berkurang. Ia sudah memusatkan kekuatannya agar lukanya cepat sembuh. Lebih lama dari biasanya. Alicia menghampiri pelan-pelan, ia takut mengganggu Riel yang sedang menyembuhkan dirinya sendiri.

"Tuan malaikat, silahkan minum air ini," kata Alici membangunkan dengan suara yang pelan. Mata Riel mengerjap, memandangnya samar. Lalu mata itu beralih ke botol minumam di tangan Alicia. Ia mulai meminumnya seperti orang kehausan. Alicia memandangi wajah lelah itu. Malaikat maut menenggak air yang diambil Alicia itu tanpa jeda semenit pun. Tanpa sengaja, matanya melirik kearah Riel. Awalnya merasa biasa saja, mendadak wajah kelelahan itu terlihat sangat tampan di mata Alicia.

Degh..!!

Seketika wajah itu tersipu malu. Wajah Malaikat maut tak seburuk sifatnya yang dingin. Sangat tampan, ketampanannya melebih seorang selebritis Hollywood. "Aaah ...., sial, kenapa harus Malaikat sih?" pikir Alicia sesaat itu juga menundukan wajah.

Botol minuman sudah terlihat kosong sekarang, tidak ada air sedikitpun tersisa di dalam botol itu.

"Aku ambilin lagi ya?"

"Sudah ... sudah cukup. Aku sudah gak haus lagi," tukas malaikat menghentikan Alicia. "Aku hanya kehausan saja, nanti tenagaku akan pulih setelah beristirahat sebentar! Lebih baik kau juga beristirahat, besok aku akan mengantarkan pulang ke rumah."

"Ooh ... oke!" kata Alicia, ia meletakan botol minumannya dan mulai menyelimuti dengan jaket yang ia kenakan sedari tadi.

Kemudian, ia langsung berdiri dan meninggalan Riel kembali untuk beristirahat. Alicia mulai membaringkan tubuhnya, ia membelakangi Riel yang duduk. Matanya tidak dapat terpejam. Tetap terjaga. Di pikirannya masih terlintas bayang-bayang wajah tampan Riel.

Malaikat maut memejamkan matanya. Ada guratan rasa lelah yang terlukis di wajahnya. Alicia membalikan tubuhnya, menatap sebentar Riel yang sudah tertidur, entah kenapa dadanya kembali berdegup. Degubnya seperti gendang ditabuh kencang.

Ia menghela napas kemudian, kembali pada posisi tidur semula.

"Tuan malaikat, apa anda sudah tidur?" tanya Alicia penasaran. Sedari tadi mulutnya terasa gatal ingin tau tentang hubungan antara Malaikat maut dan Iblis. Tapi tak ada jawabannya. Alicia menoleh, Ia mendengus. Rupanya Riel kembali melakukan meditasi, menyembuhkan dirinya sendiri. Alicia bangun dan duduk. Menghela napas panjang. Berdiri kemudian. Ia berjalan menghampiri Rail yang sedang meditasi. Ada rasa penasaran yang ingin ia tanyakan, tapi ia rasa itu tidak mungkin buat mengajukan pertanyaan untuk saat ini.

Tetapi ada satu hal lainnya yang membuat ia penasaran selain pertanyaan yang ingin ia ajukan. Alicia menatap serius wajah Riel. Ia penasaran dengan wujud Malaikat yang sebenarnya, menurut cerita ibunya, Malaikat adalah mahluk yang tidak pernah mengalami penuaan diri. Kulitnya sangat halus dan lembut dan bersinar. Dari cerita ibunyalah, ia mengetahui seperti apa sosok malaikat. Dan sekarang, ia sedang berada di hadapan Malaikat maut. Memperhatikan dengan seksama wajah malaikat yang sangat tampan itu. Tanpa sadar tangan Alicia sudah berada di dekat wajah Riel, namun belum sempat ia menyentuh kulit wajah Riel ...

Tangan Riel sudah menghentikan tangan Alicia yang hendak menyentuh wajahnya itu. "Mau apa kamu, Hah?" tanya Riel mengintimidasi Alicia, membuat gadis itu tak berkutik ataupun mengelak. Ia menatap Riel, wajahnya terlihat sangat jelas bahwa ia benar-benar marah pada gadis yang sering membantah itu. Alicia kaget Riel terbangun, Wajah pucatnya semakin pucat.

"G-ak, a-ku gak ngapa-ngapain kok! Sumpah deh!" kata Alicia terbata, gelagapan dan salah tingkah. Ia tidak berani menatap Riel. Kepalanya menunduk ketakutan dan sangat malu.

"Ingat, jangan pernah sekali-sekali kamu menyentuh wajah aku, gadis bodoh!" seru Riel sangat serius dan sinis. Alicia berusaha melepaskan genggaman tangan Malaikat maut itu, tapi sepertinya sangat sia-sia ia lakukan. Sebab, genggaman itu sangat erat dan kuat. Tatapan mata Riel juga semakin tajam, ketajaman pandangannya itu membuat hati Alicia bergetar hebat. Ini baru kali pertama buat Alicia merasakan debaran jantung yang begitu dahsyat saat ini di hatinya. "Lebih baik kamu istirahat, dan jangan sia-siakan tenagamu itu untuk mencari tau masalah orang lain. Lebih baik tenaga kamu disimpan untuk hal yang lebih berguna," kata Riel melepaskan genggaman tangannya dengan kasar. Alicia sedikit meringis dan mengelus-elus pergelangan tangannya yang terasa sakit.

Alicia berjalan pelan, antara malu dan kesal. Terus menunduk tanpa menoleh lagi kearah Malaikat maut. Ia kembali tidur membelakangi Riel yang sudah kembali pada posisi meditasinya. Gadis itu terdiam dengan batin yang terus ngedumel.

Malaikat maut itu menyadarinya, walau Alicia tidak menggerutu, tetapi ia tau apa yang ada di hatinya. "Apa ada yang mau kamu tanyakan padaku, gadis bodoh?" Tanya Riel tanpa membuka mata. Ia tau apa yang mengganjal di dalam dirinya. Alicia membalikan wajahnya, kali ini dalam posisi bebaring.

"Tidak ada, dan lupakan saja. Bukankah katamu aku harus menyimpan tenagaku dan tidak berusaha mencari tau tentang masalah orang lain?" sahut Alicia ketus. Terdengar sekali bahwa gadis itu sedang kesal pada Riel.

Malaikat itu tersenyum manis. "Baiklah. Istirahatlah dengan baik, perjalanan akan sangat panjang," ujarnya.

Dan sadarkah kalian, ada yang berubah dengan Riel, ia tidak lagi menggunakan kata 'Gue' dan 'Elu' melainkan 'Aku' dan 'Kamu'. Sebenarnya, ada rasakah Riel terhadap Alicia saat ini. Sebab, ia selalu saja tersenyum yang sangat misterius dan mengandung arti bila berhasil membuat Alicia salah tingkah padanya.

****

Bersambung.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C12
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión