Descargar la aplicación
7.86% Cinta Yang Dirindukan / Chapter 21: Malu-Malu

Capítulo 21: Malu-Malu

Tiara benar-benar merasa linglung ketika beberapa saudara Angga mulai meninggalkannya sendiri untuk bergabung dengan yang lain. Merasa tidak nyaman, Tiara mencoba menghubungi Angga. Tapi, Angga tidak bisa dihubungi.

Tidak lama kemudian Angga datang lalu memperkenalkan Tiara secara resmi pada keluarga besarnya dan tamu yang datang. Seketika itu do'a-do'a terbaik pun mengalir untuk Tiara dan Angga.

Setelah dari acara itu, Angga mengajak Tiara berjalan-jalan.

Hari ini begitu menyenangkan buat Tiara sehingga ia tidak sabar untuk bisa menikah dengan Angga.

Keesokan Paginya.

Atas perintah Heru, pagi itu Tiara mampir ke kantornya, yang juga kantor tempat Angga bekerja.

Saat memasuki kantor, semua pegawai di sana memandang Tiara sambil tersenyum.

'Kenapa mereka memandangku seperti itu? Ada apa? Atau jangan-jangan mereka tau soal aku yang akan menikah dengan kak Angga?' Batin Tiara dengan ekspresi bingung.

Tiara masuk dan duduk di ruang tunggu, dia ke sana untuk menemui Heru, tapi yang tidak diketahuinya kalau semua karyawan di sana sudah tau kalau Angga akan menikah dengannya.

"Hi ... Tiara? Kamu ngapain di sini Dek?" Tanya Mbak Nia yang tidak lain adalah teman curhatnya selama lima tahun belakangan ini. Akan tetapi, Tiara baru tau kalau Nia baru saja dipindahkan ke kantor yang sama dengan kakaknya.

"Mbak Nia? Kok Mbak ada di sini sih? Bukannya Mbak tugasnya di Mataram ya?"

Tiara terkejut melihat Nia tiba-tiba ada di sana.

"Mbak sudah lama dipindahkan ke sini. Oh iya, kamu ke sini mau ketemu Heru atau Angga? Hehehe ..." Jawab Nia setelah duduk dengan nyaman di samping Tiara.

"Aku mau ketemu kak Heru lah Mbak. Oh ya, kenapa para karyawan di sini melihatku seperti itu?"

"Itu wajar Dek, secara mereka sudah pada tau kalau kamu dan Angga akan menikah"

"Apa? Aku malu banget nih!" Ucap Tiara sambil menundukkan wajahnya.

"Kenapa harus malu? Tapi, ngomong-ngomong kapan nih acaranya? Bocorin dong! Hehehe ..."

"Apa sih kak? Lamaran saja belum, masak udah nyebut tanggal. Hehehehe" jawab Tiara dengan malu-malu.

Nia hanya tersenyum mendengar jawaban Tiara yang malu-malu.

Setelah itu dia pergi meninggalkan Tiara untuk melanjutkan pekerjaannya.

Tidak lama kemudian Angga dan Heru keluar bersamaan, terang saja semua karyawan mulai mengejek Angga.

Sedangkan Tiara hanya tersipu malu sembari berpura-pura mengabaikan Angga.

"Habis dari kantor ini kamu mau ke mana sayang?" Tanya Angga setelah mereka berada di luar kantor.

"Aku mau ke Rumah Sakit Selong, mau jengukin anak temanku yang lagi sakit." Jawab Tiara sambil tersenyum manis.

"Oh begitu. Ya sudah, kamu hati-hati di jalan! Nanti kalau sudah pulang telepon aku ya!"

"Iya. Aku pergi dulu! Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalam."

Setelah bicara dengan Angga, Tiara langsung mengendarai motornya ke arah Rumah Sakit Umum Selong yang tidak begitu jauh dari kantor Heru.

Beberapa saat kemudian, Tiara sampai di RSU Kota Selong dan mengambil parkir di bagian depan pintu masuk.

Setelah parkir, Tiara bergegas menuju kamar yang sudah diberitahukan oleh teman baiknya itu.

"Ini pasti ruangannya." Ucap Tiara ketika ia sampai di depan salah satu kamar VIP kelas 1.

Tepat saat Tiara hendak mengetuk pintu ia mendengar suara lembut seorang lelaki dan gelak tawa si kecil anak temannya itu.

Dengan pelan Tiara membuka pintu dan memperhatikan dua orang yang sedang asik mengobrol itu.

"Apakah Dokter bisa menjadi temanmu?" Tanya Dokter itu sambil menatap nanar mata bocah kecil itu.

"Doni mau jadi temennya Doktel ganteng. Hehehe ... ... " Jawab Doni sambil tersenyum gembira.

"Kalau begitu apa kamu mau minum obat sekarang?"

Bocah 4 tahun itu tampak bersemangat mendengar pertanyaan Dokter itu.

"Mauuuuu ... Doktel. Tapi, apatah atu bica jadi Doktel cetelah atu minum obat?" Tanya Doni dengan bahasa cadelnya yang menggemaskan.

Mendengar pertanyaan Doni, Tiara tidak bisa menahan tawanya, Doni benar-benar lucu dan menggemaskan bagi dirinya yang sangat menyukai anak kecil itu.

Mendengar suara orang tertawa, Dokter itu dan Doni menoleh ke arah sumber suara. Seketika itu Tiara langsung diam sekaligus terkejut saat melihat wajah Dokter itu.

"Dokter ini lagi?" Batin Tiara dengan sedikit canggung.

Setelah melihat Tiara, Dokter itu langsung berbalik kembali membantu Doni untuk meminum obatnya tanpa menghiraukan Tiara.

Dia Dokter Arya Wiguna. Ia adalah sosok Dokter yang tidak banyak bicara, kaku, dingin dan tidak perduli dengan hal-hal yang tidak penting selain mengenai dunia kedokteran atau hal penting lainnya menurut dirinya sendiri.

Zaskia yang sedari tadi juga tersenyum mendengar kepolosan anaknya melirik Tiara lalu mendekat ke arah Tiara yang masih terdiam memperhatikan Dokter Arya yang sedang fokus memberikan Doni obat.

"Ra, kamu datang kok tidak bilang-bilang? Dan sudah berapa lama kamu di ruangan ini? Kenapa aku tidak mendengar kamu masuk?"

"Ahh ... Iya, aku sengaja tidak memberitahumu karena mau kasih kejutan. Dan tadi, aku masuk pelan-pelan karena aku tidak mau mengganggu Doni yang lagi dibujuk untuk minum obat." Jelas Tiara sambil tersenyum.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C21
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión