Nathan mengendarai mobil ibunya seorang diri. Hari ini dia begitu emosi, hingga akhirnya dia memilih untuk keluar dari rumah. Nathan memang biasa kabur dari rumah. Hanya saja kali ini berbeda. Kali ini dia benar-benar sudah muak dengan situasi yang terjadi di rumahnya. Dia sudah tidak bisa mengatasi apa yang terjadi dengan ayahnya.
Kematian kakaknya adalah pukulan telak dalam hidup Nathan. Selama ini dia harus menutupi kerapuhannya sendiri. Tidak mungkin Nathan tak menangis karena ditinggal mati oleh sosok yang selama ini menjaga dia dan selalu melindungi Nathan dari apapun termasuk kemarahan sang ayah yang sering meluap-luap.
Nathan meneteskan air mata sambil menyetir. Air mata, hal yang tak bisa ia tunjukkan di depan ayah atau siapa pun. Dia tak memiliki ibu seperti anak-anak orang lain. Sejak kecil dia tidak tahu seperti apa memiliki Ibu. Dan ayahnya tak pernah memperlakukan Nathan seperti ayah lain memperlakukan anaknya.