.
.
.
Hari semakin petang dan hujan semakin deras. Mu Shenan telah membawa wanita yang menangis itu ke kamar miliknya yang ada di lantai atas. Baju mereka telah basah karena lebatnya hujan yang mengguyur mereka di lapangan tadi, dan Shen Yiyi masih menangis sambil menggigil kedinginan.
Di kamar presidential suit terbaik disana, Mu Shenan terlihat mendudukkan Shen Yiyi di atas sofa, sementara dirinya bergegas menyiapkan air hangat untuk wanita itu mandi.
Di sela-sela aktifitasnya itu, Mu Shenan tersenyum. Sebenarnya, sudah semenjak pertama kali dia mengetahui penyamaran isterinya. Hanya saja, dia mau sedikit bermain-main dengan wanita yang telah berani memblokir nomornya. Sayangnya, Mu Shenan tidak tahan untuk mempermainkan hatinya lebih lama. Ada sesuatu di dalam hatinya yang menghalanginya untuk melakukan itu.